Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • SKP Online
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit
  • Obat
  • Tindakan Medis
Diagnosis Glomerulonefritis general_alomedika 2022-02-24T11:48:11+07:00 2022-02-24T11:48:11+07:00
Glomerulonefritis
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Glomerulonefritis

Oleh :
Audric Albertus
Share To Social Media:

Diagnosis glomerulonefritis dapat ditentukan secara pasti dengan biopsi ginjal. Anamnesis dan pemeriksaan fisik dapat membantu klinisi dalam menentukan etiologi glomerulonefritis.

Anamnesis

Gejala pasien glomerulonefritis bervariasi, mulai dari asimtomatik sampai sakit berat. Glomerulonefritis dapat dibedakan berdasarkan onset menjadi akut dan kronik. Salah satu kasus glomerulonefritis akut yang sering ditemukan adalah post streptococcal glomerulonephritis (PSGN). PSGN lebih sering terjadi pada laki-laki, berusia 2-14 tahun, 1-2 minggu post faringitis atau 2-5 minggu post infeksi kulit. Gejala dapat berupa edema pada wajah dan periorbital, urin berwarna gelap, dan gejala nonspesifik lain seperti demam, nyeri abdomen, dan lemah.[3]

Pada pasien glomerulonefritis kronik, umumnya sudah terjadi penyakit ginjal kronis dan sudah ada tanda uremia seperti fatigue, pruritus, mual-muntah saat pagi hari, hilang nafsu makan, penurunan berat badan, gangguan pola tidur, kejang, dan tremor.[6]

Gejala sistemik juga dapat ditemukan pada pasien glomerulonefritis tergantung pada penyebab yang mendasari. Sebagai contoh, gejala hemoptisis dapat ditemukan pada pasien sindroma Goodpasture atau glomerulonefritis idiopatik progresif. Ruam purpura juga dapat ditemukan pada glomerulonefritis akibat vaskulitis hipersensitif dan krioglobulinemia.

Berikut ini merupakan beberapa kumpulan gejala sistemik yang dapat ditemukan pada pasien glomerulonefritis:

  • Konstitusional: demam, menggigil, penurunan berat badan, keringat malam, lemas
  • Neurologi: nyeri kepala, kejang
  • Oftalmologi: penurunan tajam penglihatan, nyeri mata
  • Telinga, hidung, dan tenggorok: epistaksis, batuk, pilek, hidung tersumbat, luka pada mulut
  • Kardiovaskular: nyeri dada
  • Paru-paru: sesak napas, hemoptisis
  • Abdomen: ascites, nyeri abdomen
  • Kulit: purpura atau ruam
  • Muskuloskeletal: artralgia, myalgia[6,8,23]

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik pada pasien glomerulonefritis dilakukan secara menyeluruh untuk mencari penyebab yang mendasari. Penemuan tanda uremia umumnya menunjukkan glomerulonefritis dengan onset kronik.

Tanda Vital

Pemeriksaan fisik dapat diawali dengan pemeriksaan tanda-tanda vital pasien. Hipertensi dan demam dapat ditemukan pada glomerulonefritis.[3,6,8]

Tanda Akumulasi Cairan

Berikut ini merupakan tanda akumulasi cairan yang dapat ditemukan pada pasien glomerulonefritis:

  • Edema periorbital
  • Edema pitting pada tungkai
  • Peningkatan tekanan vena jugularis
  • Suara crackles pada paru
  • Ascites
  • Efusi pleura[3,6,8]

Tanda Uremia

Tanda-tanda uremia merupakan salah satu karakteristik dari glomerulonefritis kronik. Berikut ini merupakan tanda-tanda uremia yang dapat ditemukan pada glomerulonefritis kronik:

  • Hipertensi
  • Peningkatan tekanan vena jugularis
  • Tanda edema paru yaitu ditemukan suara rales pada paru
  • Friction rub perikardial

  • Gastritis uremik enteropati yang ditandai nyeri tekan regio epigastrik atau darah pada feses
  • Penurunan sensasi dan asterixis atau flapping tremor[3,6,8]

Tanda Lainnya

Berikut ini merupakan tanda klinis lain yang dapat ditemukan pada pasien glomerulonefritis:

  • Mata: konjungtiva anemis, retinitis, uveitis, xantelasma
  • Telinga, hidung, tenggorok: faringitis, ulkus mulut, sinusitis, epistaksis
  • Kulit: ruam atau purpura
  • Pemeriksaan dada: murmur jantung

  • Urogenitalia: hematuria makroskopik atau mikroskopik, nyeri ketok daerah kostovertebra
  • Neurologi: penurunan kesadaran, kejang, neuropati perifer
  • Ekstremitas: iskemia atau infark digital
  • Muskuloskeletal: arthritis, nyeri tekan dan pembengkakan sendi
  • Metabolik : peningkatan berat badan, anoreksia[3,6,8]

Diagnosis Banding

Beberapa penyakit urogenital dapat menyerupai tanda dan gejala glomerulonefritis seperti batu ginjal, kanker ginjal, dan kanker buli.

Batu Ginjal

Batu ginjal atau nefrolitiasis dapat menyebabkan gross hematuria yang juga dapat ditemukan pada pasien glomerulonefritis. Akan tetapi, pada nefrolitiasis umumnya hematuria diiringi dengan gejala nyeri berkemih dan nyeri alih sesuai dengan posisi batu. Pemeriksaan ultrasonografi ginjal dapat membedakannya dengan glomerulonefritis.[7]

Kanker Buli

Kanker buli dan glomerulonefritis dapat memiliki gejala yang serupa, yaitu hematuria tanpa rasa nyeri. Pada kanker buli umumnya dapat ditemukan riwayat merokok pada pasien. Kanker buli dapat dibedakan dengan glomerulonefritis dengan pemeriksaan sistoskopi dan biopsi pada lesi.[7]

Kanker Ginjal

Kanker ginjal dapat memiliki gejala yang mirip dengan glomerulonefritis, seperti nyeri flank, demam, dan hematuria. Akan tetapi, pada pemeriksaan urinalisis umumnya hanya ditemukan hematuria tanpa kelainan lainnya dan pada pemeriksaan computed tomography dapat ditemukan massa renal.[7]

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang dapat membantu klinisi mengetahui penyebab yang mendasari glomerulonefritis.

Pemeriksaan Darah Lengkap

Anemia dapat ditemukan pada pasien glomerulonefritis, ditandai dengan penurunan hemoglobin dan hematokrit. Pada keadaan glomerulonefritis akibat infeksi dapat ditemukan leukositosis. Penurunan hitung platelet dapat menunjukkan mikroangiopati trombotik.

Peningkatan kreatinin, blood urea nitrogen (BUN), dan penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG) dapat ditemukan pada keadaan gagal ginjal. Laju endap darah juga umumnya ditemukan meningkat pada pasien glomerulonefritis.

Urinalisis dan Studi Urin 24 Jam

Urin pada pasien glomerulonefritis umumnya memiliki warna gelap dengan gravitasi spesifik melebihi 1.020. Selain itu, juga dapat ditemukan adanya sel darah merah pada urin.

Proteinuria juga umum ditemukan pada glomerulonefritis yang memiliki presentasi klinis sindroma nefrotik dan sindroma nefritik. Pada sindroma nefrotik, umumnya ekskresi protein urin lebih dari 3500 mg/24 jam atau perbandingan protein dengan kreatinin lebih dari 3000 mg/g pada dewasa. Proteinuria dengan hematuria umumnya ditemukan pada glomerulonefritis dengan presentasi klinis sindroma nefritik. Akan tetapi, proteinuria juga dapat ditemukan pada pasien muda keadaan sesaat, yang disebut sebagai isolated proteinuria.

Serum Albumin

Pemeriksaan serum albumin dilakukan untuk mengetahui kerusakan pada filtrasi glomerulus. Semakin rendah serum albumin, maka semakin besar peningkatan permeabilitas glomerulus terhadap albumin. Pada glomerulonefritis umumnya terjadi penurunan serum albumin dan peningkatan proteinuria. Akan tetapi apabila serum albumin rendah disertai dengan kadar protein urine yang normal, maka kemungkinan penurunan kadar albumin disebabkan oleh penurunan produksi albumin akibat penyakit hati.

Lactic Acid Dehydrogenase

Pemeriksaan lactic acid dehydrogenase (LDH) dilakukan untuk mendeteksi adanya hemolisis, atau kerusakan otot. Tanpa kerusakan otot atau organ viseral, peningkatan LDH dapat menunjukkan hemolisis yang disebabkan oleh etiologi glomerulonefritis seperti trombotik mikroangiopati.

Kadar Komplemen

Pemeriksaan kadar komplemen dapat membantu klinisi dalam menentukan etiologi glomerulonefritis. Kadar komplemen serum rendah dapat ditemukan pada krioglobulinemia, lupus eritematosus sistemik, nefritis shunt, dan endokarditis bakterial. Kadar komplemen serum normal dapat ditemukan pada poliarteritis nodosa, sindroma Goodpasture, Henoch-schonlein purpura, dan abses viseral. Penurunan kadar komplemen C3 dan C4 dapat ditemukan pada nefritis akut post streptokokal.

Antibodi Streptolisin-O

Peningkatan antibodi streptolisin-O (ASTO) dapat ditemukan pada 75-80% pasien post streptococcal glomerulonephritis (PSGN) yang tidak mendapatkan antibiotik setelah 10-14 hari infeksi.

Pemeriksaan Laboratorium Lain

Beberapa pemeriksaan laboratorium tambahan juga dapat dilakukan sesuai dengan etiologi yang dicurigai. Berikut ini merupakan beberapa pemeriksaan laboratorium lain yang dapat dilakukan:

  • Antineutrophil cytoplasmic autoantibodies (ANCA) : dapat dilakukan pada pasien glomerulonefritis dengan vaskulitis.

  • Autoantibodi antiglomerular basement membrane (GBM) : autoantibodi anti-GBM dapat ditemukan meningkat pada glomerulonefritis akibat sindroma Goodpasture
  • Antibodi antinuklear : dapat digunakan untuk mendeteksi lupus eritematosus sistemik (LES) dan penyebab autoimun lain
  • Hitung retikulosit : peningkatan hitung retikulosit yang disertai dengan penurunan hitung platelet dapat ditemukan pada hemolisis intravaskular akibat trombotik mikroangiopati.
  • Antibodi anti-dsDNA : peningkatan anti-dsDNA dapat ditemukan pada pasien glomerulonefritis akibat LES.
  • Serologi virus hepatitis B, hepatitis C, dan HIV : deteksi infeksi hepatitis B, hepatitis C, dan HIV disarankan dilakukan pada pasien glomerulonefritis untuk pencarian etiologi dan untuk rencana terapi imunosupresif
  • Faktor rheumatoid : untuk skrining krioglobulinemia tipe 2 dan 3 serta penyakit autoimun lain
  • D-dimer : peningkatan D-dimer menunjukkan peningkatan risiko penggumpalan darah, yang dapat ditemukan pada sindroma nefrotik berat dengan mikroangiopati trombotik
  • Aktivitas ADAMTS-13 : digunakan untuk mendeteksi glomerulonefritis akibat trombotik trombositopenia purpura (TTP)[3,6,24]

Radiologi

Pemeriksaan rontgen thoraks dilakukan pada pasien glomerulonefritis untuk mendeteksi sindrom pulmonari-renal dan komplikasi pulmonal lain seperti efusi pleura dan kardiomegali.

CT scan kepala dilakukan pada pasien dengan hipertensi maligna dan gangguan kesadaran. CT scan abdomen dapat dilakukan apabila terdapat kecurigaan abses viseral.

Ultrasonografi ginjal dilakukan untuk mengetahui bentuk ginjal dan evaluasi adanya obstruksi dan fibrosis. Bentuk ginjal kurang dari 9 cm menunjukkan adanya jaringan parut dan penyakit ginjal kronis.

Pemeriksaan ekokardiografi dilakukan pada pasien glomerulonefritis dengan kecurigaan endokarditis atau efusi perikardium.[3,6,8,24]

Biopsi Ginjal

Pemeriksaan biopsi ginjal disarankan untuk menentukan diagnosis glomerulonefritis primer, dan pada pasien dengan riwayat keluarga penyakit ginjal dengan presentasi klinis atipikal. Berdasarkan hasil biopsi, glomerulonefritis dapat dibagi menjadi:

  • Immune complex-mediated glomerulonephritis : nefropati IgA, lupus nefritis, glomerulonefritis yang terkait infeksi, fibrillary glomerulonephritis

  • ANCA-associated glomerulonephritis : PR3-ANCA positif, MPO-ANCA positif

  • Anti-GBM glomerulonephritis
  • Monoclonal Ig-glomerulonephritis : proliferative glomerulonephritis with monoclonal Ig deposits (PGNMD), monoclonal Ig deposition disease (MIDD)

  • Glomerulopati C3 : C3 glomerulonefritis, dense deposit disease (DDD)[3,8,25]

Referensi

3. Parmar MS. Acute Glomerulonephritis. Medscape. 2018. https://emedicine.medscape.com/article/239278-over.
6. Salifu M. Chronic Glomerulonephritis. Medscape. 2017. https://emedicine.medscape.com/article/239392-clin.
7. Levy J. Glomerulonephritis. Epocrates. 2018. https://online.epocrates.com/diseases/20711/Glomer.
8. Radhakrishnan J, Glassock RJ, Rovin BH, Lam AQ. Glomerular disease: Evaluation and differential diagnosis in adults. UpToDate. 2018;
23. Khanna R. Clinical presentation & management of Glomerular Disease: Hematuria, Nephritic & Nephrotic Syndrome. Mo Med. 2011;108(1):33–6.
24. Hebert LA, Parikh S, Prosek J, Nadasdy T, Rovin BH. Differential diagnosis of glomerular disease: A systematic and inclusive approach. Am J Nephrol. 2013;38(3):253–6.
25. Sethi S, Fervenza FC. Standardized classification and reporting of glomerulonephritis. Nephrol Dial Transplant. 2019;34(2):193–9.

Epidemiologi Glomerulonefritis
Penatalaksanaan Glomerulonefritis
Diskusi Terkait
dr. Winardi Emmanuel Setiawan
17 November 2021
Adult Acute Glomerulonephritis
Oleh: dr. Winardi Emmanuel Setiawan
3 Balasan
Alo Dokter, ijin sharing dan minta pendapat dokter sekalian.Pasien wanita, nona, usia 24 th datang dengan keluhan diare warna coklat, ampas > air tanpa...
dr. Dianty Suraya
21 Januari 2021
Anamnesa pada kasus Glomerulonephritis - Urologi Ask the Expert
Oleh: dr. Dianty Suraya
1 Balasan
Alo dr.Wempy, ijin bertanya. Pada praktek telemedicine sering ditemukan kasus hematuria. Anamnesa apa saja yg tepat apabila pada kasus tersebut dicurigai...
dr.Achmad Rafli, SpA
27 Desember 2018
Infeksi kulit dan saluran napas bisa memengaruhi ginjal anak?
Oleh: dr.Achmad Rafli, SpA
5 Balasan
Kasus hari ini:An. perempuan 8 tahun  dengan berat badan 21 kg datang dengan keluhan bengkak  kedua tungkai bawah sejak 1 minggu. Bengkak tidak terutama pagi...

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.