Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • SKP Online
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit
  • Obat
  • Tindakan Medis
Penatalaksanaan Gagal Jantung general_alomedika 2022-01-19T13:27:33+07:00 2022-01-19T13:27:33+07:00
Gagal Jantung
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Penatalaksanaan Gagal Jantung

Oleh :
Sunita
Share To Social Media:

Penatalaksanaan gagal jantung meliputi manajemen kasus gagal jantung kronik dengan fraksi ejeksi menurun atau normal.

Penanganan Gagal Jantung dengan Fraksi Ejeksi Menurun

Penanganan gagal jantung dengan fraksi ejeksi menurun (heart failure with reduced ejection fraction/HFrEF) didasarkan pada pemahaman tentang kontinum gagal jantung menurut ACC/AHA. Stadium gagal jantung menurut ACC/AHA terbagi atas 4 stadium.

  • Stadium A: Pasien risiko tinggi mengalami gagal jantung tanpa perubahan struktur jantung dan gejala, misalnya pasien dengan diabetes atau hipertensi
  • Stadium B: Perubahan struktural pada jantung namun belum bergejala, misalnya pasien dengan riwayat infark miokard atau disfungsi ventrikel kiri asimtomatik
  • Stadium C: Perubahan struktural jantung dan memiliki gejala gagal jantung, misalnya pasien infark miokard yang mengalami sesak dan mudah lelah
  • Stadium D: pasien refrakter terhadap terapi gagal jantung dan memerlukan intervensi khusus, misalnya pasien gagal jantung dalam rencana transplantasi jantung[2]

Penanganan Gagal Jantung dengan Fraksi Ejeksi Menurun Stadium A

Pasien dengan gagal jantung stadium A memerlukan evaluasi dan tata laksana terhadap segala faktor risiko gagal jantung sesuai pedoman yang berlaku. Kebiasaan merokok berkaitan erat dengan peningkatan kejadian gagal jantung. Pasien yang memiliki kebiasaan merokok perlu disarankan untuk segera berhenti merokok. Hipertensi, diabetes melitus, gangguan metabolisme lipid, obesitas perlu diidentifikasi dan ditangani segera. Pilihan antihipertensif yang baik pada pasien yang berisiko gagal jantung semacam ini adalah diuretik. Walaupun demikian, penghambat enzim pengubah angiotensin (angiotensin-converting enzyme inhibitor/ACE-I) seperti captopril dan penghambat reseptor angiotensin (angiotensin receptor blocker/ARB) seperti candesartan dapat menjadi pilihan [2].

Penanganan Gagal Jantung dengan Fraksi Ejeksi Menurun Stadium B

Apabila pasien masuk kriteria gagal jantung stadium B; strategi pengobatan mencakup seluruh strategi pengobatan pada pasien dengan gagal jantung stadium A disertai beberapa strategi tambahan lainnya. Terdapat bukti bahwa penggunaan ACE-I dan penghambat reseptor beta dapat memperlambat remodelisasi ventrikel kiri pada pasien dengan gagal jantung stadium B serta fraksi ejeksi yang rendah [69]. Apabila terdapat kontraindikasi atau efek samping ACE-I yang dialami pasien, penggunaan ARB dapat dijadikan sebagai alternatif.

Selain itu, tata laksana hipertensi sistolik dan diastolik harus dilakukan secara optimal pada pasien dengan gagal jantung stadium B. Hal tersebut bermanfaat dalam menurunkan risiko penambahan keparahan stadium gagal jantung [70]. Pilihan terapi antihipertensif bergantung pada profil epidemiologi pasien serta ada atau tidaknya risiko kardiovaskuler pada diri pasien (misalnya penyakit jantung koroner, diabetes melitus, atau penyakit ginjal). Terapi antihipertensif menggunakan diuretik dapat bermanfaat dalam mencegah perburukan gagal jantung [71]. Sementara itu, ACE-I dan penghambat beta juga cukup efektif dalam mencegah kejadian gagal jantung. Meskipun demikian, terapi tunggal ACE-I maupun penghambat beta sebagai obat antihipertensi tidak lebih baik dibandingkan kelompok antihipertensif lainnya dalam mencegah luaran buruk kardiovaskuler. Pengecualian untuk hal ini adalah penggunaan ACE-I dan ARB yang dapat mengurangi insidensi gagal jantung pada populasi pasien dengan diabetes melitus tipe 2 [70,72].

Penanganan Gagal Jantung dengan Fraksi Ejeksi Menurun Stadium C

Pada pasien dengan gagal jantung stadium C, komponen terapi menjadi semakin kompleks dan melibatkan intervensi nonfarmakologi, farmakologi, dan terapi menggunakan alat khusus. Komponen nonfarmakalogi pada tata laksana gagal jantung stadium C mencakup edukasi pasien secara memadai untuk mencapai kemandirian selama pengobatan, restriksi garam, manajemen gangguan bernapas saat tidur, serta program rehabilitasi jantung dan latihan fisik [2].

Intervensi Nonfarmakologi

Tingkat Bukti Ilmiah

1. Setiap pasien dengan gagal jantung stadium C perlu mengikuti program edukasi spesifik untuk mencapai kemandirian pengobatan

Rekomendasi kelas I, LOE B

2. Pembatasan asupan garam dapat dipertimbangkan pada pasien gagal jantung simptomatik untuk mengurangi gejala kongesti

Rekomendasi kelas IIa, LOE C

3. Pada pasien dengan gagal jantung simtomatik disertai apnea tidur, penggunaan CPAP (continuous positive airway pressure) dapat bermanfaat untuk meningkatkan fraksi ejeksi ventrikel kiri dan memperbaiki status fungsional pasien

Rekomendasi kelas IIa, LOE B

4. Latihan fisik teratur disarankan bagi pasien dengan gagal jantung dan dianggap aman serta efektif bagi pasien yang mampu berpartisipasi guna meningkatkan status fungsional

Rekomendasi kelas I, LOE A

5. Program rehabilitasi jantung dapat bermanfaat bagi pasien dengan gagal jantung stabil untuk meningkatkan kapasitas fungsional, durasi latihan fisik, kualitas hidup, dan menurunkan mortalitas

Rekomendasi kelas IIa, LOE B

Tabel 2. Rangkuman rekomendasi terapi nonfarmakologi bagi pasien dengan gagal jantung stadium C menurut klasifikasi ACC/AHA 2013[2]. Sumber: karya pribadi penulis, 2018

Terapi farmakologi pasien dengan gagal jantung stadium C sebaiknya didasarkan pada pedoman yang berlaku di tiap negara. Terapi farmakologi berbasis pedoman (guideline-directed medical therapy/GDMT) bermanfaat dalam menurunkan risiko relatif akibat kematian pada gagal jantung serta risiko rawat inap atas indikasi gagal jantung [2]. Diuretik perlu diberikan apabila pasien menunjukkan gejala yang diakibatkan oleh retensi cairan. Umumnya, diuretik diberikan bersama dengan ACE-I, penghambat beta, dan antagonis aldosteron. Supresi pada sistem renin-angiotensin dengan pemberian ACE-I atau ARB yang dikombinasikan bersama penghambat reseptor beta dapat digunakan pada pasien dengan gagal jantung yang disertai penurunan ejeksi fraksi guna menekan morbiditas dan mortalitas [3]. Apabila pasien masuk dalam kategori NYHA kelas II-III dan telah terbukti mampu mengonsumsi ACE-I atau ARB tanpa menunjukkan gejala efek samping, penggunaan obat golongan ARNI (angiotensin receptor-neprilysin inhibitor) untuk mengganti keduanya dapat dipertimbangkan untuk menurunkan risiko morbiditas dan mortalitas lebih jauh lagi [73].

Rekomendasi terapi farmakologi gagal jantung stadium C dari ACCF/AHA tahun 2017 mengungkap bahwa Ivabradine dapat bermanfaat dalam menurunkan angka rawat inap pada pasien gagal jantung kronik simptomatik [3]. Ivabradine merupakan obat baru yang bekerja dengan menghambat kanal If di nodus sinoatrial sehingga menurunkan irama jantung. Namun, pemberian obat ini hanya dipertimbangkan apabila pasien telah mendapat GDMT, memiliki kelas fungsional NYHA II-III, dengan fraksi ejeksi ≤ 35% yang menunjukkan irama sinus dengan denyut jantung ≥ 70x/menit [1,3].

Terapi dengan Alat Khusus

Selain itu, penggunaan terapi dengan alat khusus dapat pula dipertimbangkan pada pasien gagal jantung simtomatik yang memenuhi syarat tertentu untuk pencegahan kematian jantung mendadak. Terapi defibrilator kardioversi tanam (implantable cardioverter defibrillator/ICD) dapat disarankan bagi pasien gagal jantung akibat kardiomiopati dilatasi iskemik maupun penyakit jantung iskemik, dengan syarat telah menunjukkan fraksi ejeksi ≤ 35%, melewati durasi 40 hari sejak kejadian infark miokard, serta kelas fungsional NYHA II atau III dalam terapi GDMT kronik, dan diprediksi memiliki kesintasan lebih dari 1 tahun. Terapi ICD juga dapat dipertimbangkan untuk pencegahan primer kematian jantung mendadak apabila pasien telah mendapat GDMT optimal dengan kelas fungsional NYHA I dan ejeksi fraksi ≤ 30% serta telah melewati 40 hari sejak kejadian infark miokard [2].

Terapi Resinkronisasi Jantung pada Pasien dengan Fraksi Ejeksi <35%

Sementara itu, apabila pasien memiliki fraksi ejeksi di bawah 35%, penggunaan terapi resinkronisasi jantung (cardiac resynchronization therapy/CRT) dapat dipertimbangkan. Kondisi lain yang dimaksud adalah irama sinus dengan gambaran LBBB serta durasi kompleks QRS lebih dari 150 ms pada EKG, kelas fungsional II-III dalam terapi GDMT optimal. Penggunaan CRT pada populasi pasien gagal jantung semacam itu dapat menurunkan angka perawatan berulang sampai 30% serta mortalitas total hingga 36% [2].

Penanganan Gagal Jantung dengan Fraksi Ejeksi Normal

Penanganan gagal jantung dengan fraksi ejeksi normal (heart failure with preserved ejection fraction/HFpEF) masih menjadi bidang yang terus berkembang dan menarik untuk dipelajari. Bukti yang ada menunjukkan bahwa hanya sedikit proporsi pasien dengan HFpEF, dibandingkan pasien dengan HFrEF (heart failure with reduced ejection fraction) yang mendapat terapi diuretik, penghambat beta, ARB, atau ACE-I [1]. Fenomena ini sebagian mungkin dipengaruhi oleh penurunan insidens gagal jantung sebagai imbas dari kesuksesan penanganan berbagai komorbiditas kardiovaskuler (hipertensi, diabetes melitus, penyakit jantung koroner). Di sisi lain, terdapat bukti bahwa sejumlah terapi farmakologi yang terbukti bermanfaat pada skenario HFrEF tidak menunjukkan manfaat sebanding bila digunakan pada pasien HFpEF. Oleh sebab itu, rekomendasi tata laksana HFpEF lebih terarah pada penanganan gejala, komorbiditas, dan faktor risiko yang berperan dalam perburukan penyakit kardiovaskuler secara umum[2].

Penanganan Gagal Jantung dengan Fraksi Ejeksi Normal dengan Komorbiditas Hipertensi

Pada pasien dengan HFpEF dengan komorbiditas hipertensi, terapi farmakologi agresif amat disarankan. ACE-I atau ARB maupun kombinasi keduanya sering dipertimbangkan sebagai terapi lini pertama. Hingga kini belum ada rekomendasi target tekanan darah ideal yang berhubungan dengan penurunan risiko kardiovaskuler pada pasien dengan HFpEF. Oleh sebab itu, rekomendasi target pada populasi ini masih sama dengan target yang disarankan pada populasi umum [2].

Revaskularisasi Koroner

Mengingat penyakit jantung koroner cukup sering terjadi pada pasien dengan HFpEF, revaskularisasi koroner diduga bermanfaat dalam memperbaiki gejala dan luaran buruk pada pasien. Namun, sejauh ini belum ada bukti penelitian yang menemukan dampak revaskularisasi terhadap gejala dan luaran buruk pasien HFpEF. Strategi revaskularisasi pada pasien dengan HFpEF tetap menyesuaikan dengan panduan revaskularisasi yang berlaku secara umum [2].

Penanganan Gagal Jantung dengan Fraksi Ejeksi Normal dengan Atrial Fibrilasi

Salah satu mekanisme yang diduga memperparah gejala HFpEF adalah kejadian fibrilasi atrium (atrial fibrillation/AF) yang dapat memperpendek durasi pengisian ventrikel diastolik akibat takikardi. Upaya penurunan irama jantung dapat bermanfaat pada pasien HFpEF dengan AF namun hal tersebut mungkin berbahaya apabila denyut jantung basal pasien normal. Ini disebabkan oleh pemanjangan fase diastasis dan perburukan inkompetensi kronotropik yang terjadi pada pasien dengan HFpEF dan denyut nadi rendah [2].

Referensi

1. Ponikowski P, Voors AA, Anker SD, Bueno H, Cleland JGF, Coats AJS, et al. 2016 ESC Guidelines for the diagnosis and treatment of acute and chronic heart failure. Eur Heart J [Internet]. 2016 Jul 14;37(27):2129–200. Available from: https://academic.oup.com/eurheartj/article-lookup/doi/10.1093/eurheartj/ehw128
2. Yancy CW, Jessup M, Bozkurt B, Butler J, Casey DE, Drazner MH, et al. 2013 ACCF/AHA Guideline for the Management of Heart Failure. J Am Coll Cardiol [Internet]. 2013;62(16):e147–239. Available from: https://linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/S0735109713021141
3. Yancy CW, Jessup M, Bozkurt B, Butler J, Casey DE, Colvin MM, et al. 2017 ACC/AHA/HFSA Focused Update of the 2013 ACCF/AHA Guideline for the Management of Heart Failure. J Am Coll Cardiol [Internet]. 2017;70(6):776–803. Available from: http://linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/S0735109717370870
69. Jong P, Yusuf S, Rousseau MF, Ahn SA, Bangdiwala SI. Effect of enalapril on 12-year survival and life expectancy in patients with left ventricular systolic dysfunction: a follow-up study. Lancet (London, England) [Internet]. 2003 May 31;361(9372):1843–8. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/12788569
70. Heart Outcomes Prevention Evaluation Study Investigators, Yusuf S, Sleight P, Pogue J, Bosch J, Davies R, et al. Effects of an angiotensin-converting-enzyme inhibitor, ramipril, on cardiovascular events in high-risk patients. N Engl J Med [Internet]. 2000;342(3):145–53. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/10639539
71. Staessen JA, Wang JG, Thijs L. Cardiovascular protection and blood pressure reduction: a meta-analysis. Lancet (London, England) [Internet]. 2001 Oct 20;358(9290):1305–15. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/11684211
72. Brenner BM, Cooper ME, de Zeeuw D, Keane WF, Mitch WE, Parving HH, et al. Effects of losartan on renal and cardiovascular outcomes in patients with type 2 diabetes and nephropathy. N Engl J Med [Internet]. 2001 Sep 20;345(12):861–9. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/11565518
73. McMurray JJV, Packer M, Desai AS, Gong J, Lefkowitz MP, Rizkala AR, et al. Angiotensin–Neprilysin Inhibition versus Enalapril in Heart Failure. N Engl J Med [Internet]. 2014 Sep 11;371(11):993–1004. Available from: http://www.nejm.org/doi/10.1056/NEJMoa1409077

Diagnosis Gagal Jantung
Prognosis Gagal Jantung

Artikel Terkait

  • Pemeriksaan Skor Kalsium (Coronary Artery Calcium Score) untuk Stratifikasi Risiko Kejadian Penyakit Jantung
    Pemeriksaan Skor Kalsium (Coronary Artery Calcium Score) untuk Stratifikasi Risiko Kejadian Penyakit Jantung
  • Peran Artificial Intelligence dalam Kedokteran Kardiovaskular
    Peran Artificial Intelligence dalam Kedokteran Kardiovaskular
  • Manajemen Ketoasidosis Diabetik pada Pasien Gagal Jantung dan Gagal Ginjal
    Manajemen Ketoasidosis Diabetik pada Pasien Gagal Jantung dan Gagal Ginjal
  • Red Flags Edema Perifer
    Red Flags Edema Perifer
  • Waspadai Obat yang Dapat Memperparah Kondisi Gagal Jantung Berikut Ini
    Waspadai Obat yang Dapat Memperparah Kondisi Gagal Jantung Berikut Ini

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
dr. Intan Fajriani
28 Maret 2022
Live Webinar : "Virtual Book 5/8 - Kupas Tuntas Gagal Jantung Kanan." Selasa, 29 Maret 2022. Pukul 19.00 - 22.00
Oleh: dr. Intan Fajriani
1 Balasan
Jangan lewatkan Live Webinar dengan topik, "Virtual Book 5/8 - Kupas Tuntas Gagal Jantung Kanan."Narasumber :dr. Estu Rudiktyo, Sp.JP (K) FIHAModerator :dr....
dr. Intan Fajriani
14 Maret 2022
Live Webinar Alomedika - Virtual Book 4/8 - Gagal Jantung Akut Terdekompensasi. Selasa, 15 Maret 2022 (19.00 - 20.00)
Oleh: dr. Intan Fajriani
1 Balasan
Jangan lewatkan Live Webinar dengan topik, "Virtual Book 4/8 - Gagal Jantung Akut Terdekompensasi : Diagnosi dan Tata Laksana."Narasumber :dr. Alexandra...
drg. Annisa Widiandini
02 Februari 2022
Live Webinar Alomedika-Virtual Book Tour 3/8: Aritmia pada Gagal Jantung. Sabtu 05 Februari 2022 (10.00 - 11.00 WIB)
Oleh: drg. Annisa Widiandini
1 Balasan
ALO, Dokter!Jangan lewatkan Live Webinar dengan topik, "Virtual Book Tour 3/8: Aritmia pada Gagal Jantung".Narasumber: dr. Sunanto Ng, Sp.JP(K)Pada hari &...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.