Diagnosis Ketoasidosis Diabetik
Ketoasidosis diabetik merupakan kegawatdaruratan medis sehingga diagnosis segera berdasarkan pemeriksaan fisik dan penunjang merupakan kunci untuk mencegah terjadinya morbiditas dan mortalitas.
Anamnesis
Anamnesis pada ketoasidosis diabetik bertujuan untuk mengkonfirmasi apakah pasien sudah terdiagnosa diabetes sebelumnya atau tidak, dan tipe diabetes.[2-3]
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang perlu diperhatikan pada ketoasidosis diabetik mencakup kesadaran pasien, tanda vital, tanda umum lainnya, dan status hidrasi.
Kesadaran
Penurunan kesadaran bervariasi, tergantung dari beratnya ketoasidosis diabetik. Pada keadaan dehidrasi berat atau asidosis, pasien dapat mengalami koma. Nilai kesadaran pasien menggunakan Glasgow Coma Scale.
Tanda Vital
Tanda vital yang berkaitan dengan ketoasidosis diabetik adalah takikardia, takipnea, hipotensi, dan hipotermia. Demam dapat terjadi pada ketoasidosis yang disebabkan oleh infeksi.
Tanda Umum Lain
Tanda umum lain yang perlu diperhatikan saat pemeriksaan fisik adalah tanda dehidrasi seperti membran mukosa yang kering dan penurunan turgor, penurunan refleks, serta tanda khas berupa bau nafas ketotik (bau nafas seperti aseton).
Status Hidrasi
Penilaian tingkat hidrasi adalah sebagai berikut:
- Nil atau ringan: < 4%, biasanya tidak tampak tanda klinisnya
- Moderat: 4%-7%, dehidrasi mudah dideteksi, yaitu turgor kulit menurun, pengisian kembali pembuluh darah kapiler buruk
- Berat: >7%, perfusi jaringan buruk, nadi cepat, tekanan darah menurun sebagai tanda-tanda pasien mengalami syok
Diagnosis Banding
Diagnosis banding utama ketoasidosis diabetik adalah hiperglikemia hiperosmolar nonketotik. Pada kondisi ini, hiperglikemia berat terjadi tanpa adanya ketoasidosis. Lakukan pemeriksaan keton dan analisa gas darah untuk menentukan apakah ketoasidosis terjadi atau tidak.
Diagnosis banding ketoasidosis diabetik lainnya adalah:
-
Infeksi seperti pankreatitis, appendicitis, atau infeksi saluran kemih pada wanita
- Gangguan metabolik seperti ketoasidosis alkoholik, asidosis laktat, asidosis metabolik
- Keracunan salisilat
- Syok sepsis
- Koma hiperosmolar
-
Hipofosfatemia[2,9,10]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang untuk ketoasidosis diabetik harus dilakukan secara berulang. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan terdiri dari pemeriksaan darah, urin, dan kultur.
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang perlu diperiksa pada ketoasidosis diabetik adalah hitung jenis, kadar glukosa darah, kadar serum bikarbonat, analisa gas darah, keton darah dan kadar elektrolit.
Kadar glukosa darah pada ketoasidosis diabetik umumnya di atas 250 mg/dL. Kadar serum bikarbonat penting diperiksa untuk menentukan tingkat keparahan penyakit. Hasil analisa gas darah akan menunjukkan pH <7.3 dan peningkatan anion gap. Kadar pH juga bermanfaat untuk menentukan tingkat keparahan penyakit. Hitung jenis lekosit meningkat meski tidak ada infeksi, namun bila > 15 x 109/L atau bergeser ke kiri mengarah kepada terjadinya infeksi.
Ketonemia pada pengambilan darah kapiler dapat diukur menggunakan uji strip untuk menilai kadar β-hidroksibutirat atau dengan mengukur kadar keton darah secara langsung. Keduanya sama efektif untuk mendiagnosis ketoasidosis diabetik.
Pada pemeriksaan elektrolit, didapatkan kadar sodium, klorida, dan fosfor yang rendah, serta peningkatan kadar kalium. Fosfat menurun pada orang dengan gizi buruk, atau pada alkoholisme kronik.
Pemeriksaan Urin
Pada pemeriksaan urin, akan didapatkan glukosuria dan ketonuria.
Kultur
Pemeriksaan kultur darah dan urin dapat bermanfaat untuk menentukan organisme penyebab bila terdapat kecurigaan infeksi.
Pemeriksaan Lainnya
Pemeriksaan X-ray toraks berguna untuk menyingkirkan diagnosa pneumonia. Pemeriksaan MRI bermanfaat untuk deteksi dini edema serebral. Walau demikian, terdapat risiko ketika melakukan MRI pada pasien dengan penyakit kritis seperti edema serebral, misalnya pasien tidak bisa berada ICU dalam waktu yang cukup lama akibat pemeriksaan, dan keterbatasan alat monitoring dan ventilasi yang dapat digunakan saat pemeriksaan.
Pemeriksaan EKG dilakukan untuk memonitor kemungkinan timbulnya akut infark miokard, yang bisa terjadi tanpa ada rasa nyeri dada pada pasien diabetes, khususnya pada pasien dengan neuropati otonom. EKG berulang juga bermanfaat untuk menilai dampak perubahan kadar elektrolit akibat terapi ketoasidosis diabetik.
Protokol Pemeriksaan Ketoasidosis Diabetik
Pada pemeriksaan awal, lakukan pemeriksaan analisa gas darah (dan bikarbonat bila perlu), kadar blood urea nitrogen (BUN), elektrolit, dan gula darah. Ulang pemeriksaan gula darah dan elektrolit pasien, terutama kalium, setiap 1-2 jam sampai kondisi stabil, lalu ulang pemeriksaan setiap 4-6 jam.[11-16]
Tingkat Keparahan Ketoasidosis Diabetik
Definisi tingkat keparahan ketoasidosis diabetik berbeda-beda namun secara umum tingkat keparahan DKA didefinisikan dengan pH dan kadar bikarbonat sebagai berikut:
- ringan: pH 7.2-7.3, kadar bikarbonat 15-18 mEq/L
- moderat: pH 7.1-7.2, kadar bikarbonat 10-15 mEq/L
- berat: pH <7.1, kadar bikarbonat <10 mEq/L