Diagnosis Herpes Zoster
Diagnosis penyakit herpes zoster utamanya dapat ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan penunjang seperti tes Tzanck dan PCR dapat membantu menegakkan diagnosis bila gejala klinis meragukan.
Anamnesis
Penyakit herpes zoster dapat memberikan gejala prodromal dan gejala erupsi kulit.
Gejala Prodromal
Gejala prodromal dapat berlangsung selama 1-5 hari. Keluhan biasanya diawali dengan nyeri pada dermatom sebelum timbul lesi. Karakteristik nyeri pada herpes zoster bermacam-macam diantaranya parestesia (rasa terbakar atau kesemutan), disestesia (nyeri bila disentuh), alodinia (nyeri yang berhubungan dengan stimulasi), atau hiperestesia (nyeri yang berat dan terjadi terus menerus). [1,5]
Selain nyeri, dapat timbul gejala lain seperti cegukan dan sendawa. Dapat pula timbul gejala konstitusi seperti malaise, sakit kepala, gejala flu, dan pembesaran kelenjar getah bening regional. Gejala sistemik dapat hilang setelah lesi kulit muncul. [5]
Gejala Erupsi Kulit
Lesi kulit diawali dengan ruam merah disertai dengan makula dan papula, yang kemudian menjadi vesikel dan pustula. Lesi bisa timbul dalam waktu 3 sampai 5 hari. Lesi kulit hampir selalu unilateral dan biasanya secara jelas terbatas pada satu daerah yang dipersarafi ganglion sensorik. Lesi paling sering terjadi pada daerah dermatom ganglion torakalis.
Erupsi kulit yang berat dapat menimbulkan gejala sisa berupa makula hiperpigmentasi dan jaringan parut. [5]
Faktor Risiko
Faktor risiko harus digali dalam anamnesis seperti usia, riwayat vaksinasi sebelumnya, penyakit kronis seperti kanker, kondisi immunocompromised seperti infeksi HIV, dan konsumsi obat-obatan imunosupresan seperti steroid dalam jangka panjang.[4]
Pada pasien dengan immunocompromised, perjalanan penyakit dan manifestasi klinis dapat atipikal, berulang, berlangsung lebih lama (6 minggu), cenderung kronik persisten, dan dapat menyebar ke organ internal (paru, hati dan otak). Gejala prodromal lebih hebat, erupsi kulit lebih berat, lebih nyeri dan komplikasi sering terjadi.[5]
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik akan didapatkan gambaran berupa lesi pada kulit yang mungkin timbul dalam bentuk eritema, makula, dan papula, yang dapat berubah menjadi vesikel dan pustula.
Lesi umumnya bergerombol sesuai dengan dermatom dan hampir selalu unilateral.
Pada pasien immunocompromised, lesi kulit dapat berupa bula, hemoragik, hiperkeratotik, dan nekrotik yang timbul multidermatomal atau diseminata.
Pemeriksaan oftalmologi diperlukan untuk mengetahui apakah ada komplikasi pada mata, terutama bila lesi kulit terdapat di sekitar wajah.
Pemeriksaan neurologis termasuk pemeriksaan nervus kranialis, pemeriksaan sensorik dan motorik diperlukan untuk mengetahui komplikasi pada sistem saraf.
Diagnosis Banding
Diagnosis banding dari penyakit herpes zoster diantaranya:
-
Impetigo : pada impetigo, lesi tidak menyebar sesuai dermatom. Karena disebabkan oleh Staphylococcus, biasanya pasien memiliki riwayat infeksi sebelumnya, misalnya ISPA atau infeksi kulit primer.
-
Dermatitis herpetiformis : lesi timbul pada pasien dengan celiac disease, lesi sangat mirip dengan herpes zoster, tapi bisa saja tidak tersebar sesuai dermatom.
- Dermatitis kontak : lesi timbul saat terjadi kontak dengan bahan iritan atau alergen yang menimbulkan reaksi lokal pada area kulit yang terpapar saja [5]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan bila gejala klinis meragukan diantaranya:
- Tes Tzanck yaitu pemeriksaan sitologi sel epitel dimana terdapat sel datia yang memiliki inti multipel.
- Tes PCR untuk mengetahui antigen atau asam nukleat VZV. Sensitivitas pemeriksaan DNA VZV dengan PCR adalah 95% dengan spesifisitas 100%.[1,5]
Variasi Klinis
Pada beberapa kasus herpes zoster, nyeri segmental tidak diikuti adanya erupsi kulit. Kondisi ini disebut sebagai zoster sine herpete. Beberapa variasi klinis lain yang dapat timbul adalah :
- Herpes zoster abortif : bila perjalanan penyakit berlangsung singkat dan erupsi kulit hanya berupa vesikel dan eritema
- Herpes zoster oftalmikus : mengenai cabang pertama nervus trigeminus. Erupsi kulit sebatas mata hingga verteks tetapi tidak melalui garis tengah dahi
- Sindrom Ramsay-Hunt : herpes zoster terdapat pada liang telinga atau membran timpani, disertai paresis fasialis yang nyeri , gangguan lakrimasi, gangguan pengecap 2/3 depan lidah, tinitus, vertigo, dan penurunan pendengaran.
- Herpes zoster aberans : herpes zoster yang disertai vesikel minimal 10 yang melewati garis tengah tubuh
- Herpes zoster pada kehamilan : biasanya manifestasi klinis ringan, kemungkinan komplikasi sangat jarang, risiko infeksi pada janin dan neonatus juga sangat kecil, oleh karena itu jarang memerlukan antiviral
- Herpes zoster pada neonatus : jarang ditemukan, biasanya ringan, dapat sembuh tanpa antivirus, dan dapat sembuh tanpa gejala sisa
- Herpes zoster pada anak : manifestasi umumnya ringan, banyak menyerak area servikal bawah, dan tidak membutuhkan antivirus [5]