Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • SKP Online
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit
  • Obat
  • Tindakan Medis
Diagnosis Herpes Zoster general_alomedika 2022-01-14T14:50:35+07:00 2022-01-14T14:50:35+07:00
Herpes Zoster
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Herpes Zoster

Oleh :
Yelvi Levani
Share To Social Media:

Diagnosis penyakit herpes zoster utamanya dapat ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan penunjang seperti tes Tzanck dan PCR dapat membantu menegakkan diagnosis bila gejala klinis meragukan.

Anamnesis

Penyakit herpes zoster dapat memberikan gejala prodromal dan gejala erupsi kulit.

Gejala Prodromal

Gejala prodromal dapat berlangsung selama 1-5 hari. Keluhan biasanya diawali dengan nyeri pada dermatom sebelum timbul lesi. Karakteristik nyeri pada herpes zoster bermacam-macam diantaranya parestesia (rasa terbakar atau kesemutan), disestesia (nyeri bila disentuh), alodinia (nyeri yang berhubungan dengan stimulasi), atau hiperestesia (nyeri yang berat dan terjadi terus menerus). [1,5]

Selain nyeri, dapat timbul gejala lain seperti cegukan dan sendawa. Dapat pula timbul gejala konstitusi seperti malaise, sakit kepala, gejala flu, dan pembesaran kelenjar getah bening regional. Gejala sistemik dapat hilang setelah lesi kulit muncul. [5]

Gejala Erupsi Kulit

Lesi kulit diawali dengan ruam merah disertai dengan makula dan papula, yang kemudian menjadi vesikel dan pustula. Lesi bisa timbul dalam waktu 3 sampai 5 hari. Lesi kulit hampir selalu unilateral dan biasanya secara jelas terbatas pada satu daerah yang dipersarafi ganglion sensorik. Lesi paling sering terjadi pada daerah dermatom ganglion torakalis.

Erupsi kulit yang berat dapat menimbulkan gejala sisa berupa makula hiperpigmentasi dan jaringan parut. [5]

Faktor Risiko

Faktor risiko harus digali dalam anamnesis seperti usia, riwayat vaksinasi sebelumnya, penyakit kronis seperti kanker, kondisi immunocompromised seperti infeksi HIV, dan konsumsi obat-obatan imunosupresan seperti steroid dalam jangka panjang.[4]

Pada pasien dengan immunocompromised, perjalanan penyakit dan manifestasi klinis dapat atipikal, berulang, berlangsung lebih lama (6 minggu), cenderung kronik persisten, dan dapat menyebar ke organ internal (paru, hati dan otak). Gejala prodromal lebih hebat, erupsi kulit lebih berat, lebih nyeri dan komplikasi sering terjadi.[5]

Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik akan didapatkan gambaran berupa lesi pada kulit yang mungkin timbul dalam bentuk eritema, makula, dan papula, yang dapat berubah menjadi vesikel dan pustula.

Lesi umumnya bergerombol sesuai dengan dermatom dan hampir selalu unilateral.

Pada pasien immunocompromised, lesi kulit dapat berupa bula, hemoragik, hiperkeratotik, dan nekrotik yang timbul multidermatomal atau diseminata.

Pemeriksaan oftalmologi diperlukan untuk mengetahui apakah ada komplikasi pada mata, terutama bila lesi kulit terdapat di sekitar wajah.

Pemeriksaan neurologis termasuk pemeriksaan nervus kranialis, pemeriksaan sensorik dan motorik diperlukan untuk mengetahui komplikasi pada sistem saraf.

Diagnosis Banding

Diagnosis banding dari penyakit herpes zoster diantaranya:

  • Impetigo : pada impetigo, lesi tidak menyebar sesuai dermatom. Karena disebabkan oleh Staphylococcus, biasanya pasien memiliki riwayat infeksi sebelumnya, misalnya ISPA atau infeksi kulit primer.

  • Dermatitis herpetiformis : lesi timbul pada pasien dengan celiac disease, lesi sangat mirip dengan herpes zoster, tapi bisa saja tidak tersebar sesuai dermatom.

  • Dermatitis kontak : lesi timbul saat terjadi kontak dengan bahan iritan atau alergen yang menimbulkan reaksi lokal pada area kulit yang terpapar saja [5]

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan bila gejala klinis meragukan diantaranya:

  • Tes Tzanck yaitu pemeriksaan sitologi sel epitel dimana terdapat sel datia yang memiliki inti multipel.
  • Tes PCR untuk mengetahui antigen atau asam nukleat VZV. Sensitivitas pemeriksaan DNA VZV dengan PCR adalah 95% dengan spesifisitas 100%.[1,5]

Variasi Klinis

Pada beberapa kasus herpes zoster, nyeri segmental tidak diikuti adanya erupsi kulit. Kondisi ini disebut sebagai zoster sine herpete. Beberapa variasi klinis lain yang dapat timbul adalah :

  • Herpes zoster abortif : bila perjalanan penyakit berlangsung singkat dan erupsi kulit hanya berupa vesikel dan eritema
  • Herpes zoster oftalmikus : mengenai cabang pertama nervus trigeminus. Erupsi kulit sebatas mata hingga verteks tetapi tidak melalui garis tengah dahi
  • Sindrom Ramsay-Hunt : herpes zoster terdapat pada liang telinga atau membran timpani, disertai paresis fasialis yang nyeri , gangguan lakrimasi, gangguan pengecap 2/3 depan lidah, tinitus, vertigo, dan penurunan pendengaran.
  • Herpes zoster aberans : herpes zoster yang disertai vesikel minimal 10 yang melewati garis tengah tubuh
  • Herpes zoster pada kehamilan : biasanya manifestasi klinis ringan, kemungkinan komplikasi sangat jarang, risiko infeksi pada janin dan neonatus juga sangat kecil, oleh karena itu jarang memerlukan antiviral
  • Herpes zoster pada neonatus : jarang ditemukan, biasanya ringan, dapat sembuh tanpa antivirus, dan dapat sembuh tanpa gejala sisa
  • Herpes zoster pada anak : manifestasi umumnya ringan, banyak menyerak area servikal bawah, dan tidak membutuhkan antivirus [5]

Referensi

1. Cohen JI. Herpes zoster. N Engl J Med. 2013; 369:255-63.
4. Brisson M, Gay NJ, Edmunds WJ, Andrews NJ. Exposure to varicella boosts immunity to herpes-zoster: Implications for mass vaccination against chickenpox. Vaccine 2002;20:2500-7
5. Kelompok Studi Herpes Indonesia. Buku Panduan Herpes Zoster di Indonesia. Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.2014.

Epidemiologi Herpes Zoster
Penatalaksanaan Herpes Zoster

Artikel Terkait

  • Opsi Analgesik untuk Nyeri Herpes
    Opsi Analgesik untuk Nyeri Herpes
Diskusi Terkait
Anonymous
20 April 2022
Pasien wanita dewasa muda dengan Lesi Kulit Kemerahan - Kulit Ask the Expert
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dokter Diah,Sp.KK pasien wanita dewasa muda mengeluh lesi kemerahan sejak <3 hari yang lalu. Berikut gambarnya dok. Kira-kira apa saja kemungkinan...
dr. Nurul Falah
23 Februari 2022
Penanganan Nyeri dan Gatal pada Herpes Zoster - Kulit Ask the Expert
Oleh: dr. Nurul Falah
2 Balasan
Alo dr. Diah, Sp.KK, FINSDV, FAADV., izin bertanya dokter.Bagaimana penanganan rasa nyeri dan gatal pada ruam herpes zoster? Lalu jika mandi sebaiknya...
Anonymous
18 November 2021
Mencegah nyeri herpes zoster - Saraf Ask The Expert
Oleh: Anonymous
1 Balasan
ALO dr. Immaculata SpS.. apakah vaksin herpes dapat mencegah rekurensi nyeri akibat herpes zoster? terimakasih 

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.