Pendahuluan Ramsay Hunt Syndrome
Ramsay Hunt syndrome merupakan penyakit yang diakibatkan oleh adanya reaktivasi dari virus varicella zoster yang bersembunyi di ganglia dorsalis dan nervus kranialis. Data menunjukkan bahwa di Indonesia 2/3 anak usia 15 tahun memiliki virus varicella di dalam tubuhnya. Selain itu, penyakit ini jarang Mengenai anak dibawah usia 6 tahun sementara berisiko tinggi pada kelompok lansia.[1,2]
Diagnosis Ramsay Hunt syndrome ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang bila diperlukan. Pemeriksaan penunjang biasanya dilakukan apabila terdapat kecurigaan terhadap penyakit lain yang menyertai atau menjadi komplikasi dari Ramsay Hunt syndrome. Bell’s Palsy dan postherpetic neuralgia merupakan diagnosis banding yang seringkali sulit dibedakan dengan Ramsay Hunt syndrome[1,2]
Terapi Ramsay Hunt syndrome pada umumnya disesuaikan dengan kondisi pasien. Kortikosteroid dan antivirus merupakan obat yang utama dan paling sering diberikan. Obat-obatan lain seperti analgetik, antihistamin, antikolinergik, antidepresan, dan antikejang juga dapat diberikan untuk mengurangi gejala pada pasien.[3,4]
Prognosis Ramsay Hunt syndrome pada umumnya baik apabila terapi dilakukan secara cepat dan tepat. Selain itu, prognosis pasien juga ditentukan dengan kondisi pasien diantaranya usia, komorbid, dan imunitas masing-masing individu. Komplikasi Ramsay Hunt syndrome dapat terjadi pada kelompok rentan dan terjadi bila terapi tidak diberikan dengan segera.[3,4]
Edukasi dan promosi kesehatan perlu disampaikan pada pasien agar terapi yang diberikan dapat bekerja secara optimal. Melalui edukasi ini, diharapkan pasien juga dapat mengetahui perkembangan kondisinya masing-masing.[1]