Kontraindikasi dan Peringatan Vaksin Campak
Kontraindikasi mutlak pemberian vaksin campak adalah adanya reaksi anafilaksis terhadap vaksin maupun komponen vaksin. Peringatan pemberian vaksin pada anak dengan imunosupresi, trombositopenia, dan reaksi alergi ringan terhadap komponen vaksin.
Kontraindikasi
Ada beberapa kontraindikasi dalam pemberian vaksin campak. Pasien dengan riwayat reaksi alergi yang berat seperti anafilaksis terhadap komponen vaksin (neomisin atau gelatin) dan ibu hamil tidak dapat mendapatkan vaksin campak. [12]
Karena vaksin campak merupakan vaksin hidup, pemberian vaksin campak pada pasien imunosupresi berat tidak diperbolehkan. Contoh kasus imunosupresi berat adalah HIV stadium lanjut, leukemia atau limfoma stadium lanjut, penyakit keganasan yang berat, sedang menerima tata laksana steroid, agen alkilasi, antimetabolit, atau radiasi terapeutik. [14] Pada pasien di atas, pemberian vaksin campak dapat menyebabkan replikasi virus dan berpotensi menyebabkan kematian. [27]
Pasien yang menunjukkan gejala imunodefisiensi primer juga sebaiknya tidak diberikan vaksin sampai terbukti bahwa status imun pasien kompeten [37]
Peringatan
Pemberian vaksin campak dapat ditunda pada pasien yang mengalami demam tinggi atau tanda dan gejala adanya penyakit berat. [12] Pasien dengan riwayat jejas serebral, riwayat kejang, dan kondisi lain yang dipicu oleh demam tinggi juga perlu pemantauan khusus pascaimunisasi. [37]
Pasien dengan riwayat alergi telur dan neomisin yang tidak bersifat anafilaktik dapat menerima vaksin, tetapi tetap dengan pemantauan. Pasien dengan alergi neomisin yang bermanifestasi sebagai dermatitis kontak, biasanya akan mengalami nodul pruritus atau papul eritematosa dalam 38–96 jam pascaimunisasi. [37]
Pemberian vaksin campak pada anak HIV perlu memperhatikan status imunosupresi. Secara umum, vaksin campak dapat diberikan pada anak dengan HIV tanpa imunosupresi, walaupun angka serokonversi yang dihasilkan tidak sebaik anak tanpa HIV. Serokonversi setelah pemberian vaksin campak pada usia 6 bulan adalah 59% dan meningkat menjadi 64% saat diberikan pada usia 9 bulan. Anak dengan HIV yang telah mendapatkan terapi antiretroviral memiliki respon yang lebih baik terhadap vaksinasi dibandingkan mereka yang belum. [12]
Telaah sistematis pada 39 studi tidak menemukan adanya efek samping seperti measles inclusion body encephalitis, giant cell pneumonia, atau trombositopenia pada anak HIV yang diberikan vaksin campak. [38]
Pasien yang sedang mengalami trombositopenia, biasanya akan mengalami penurunan kadar trombosit pascaimunisasi. Pada pasien yang mengalami trombositopenia pada dosis pertama, biasanya juga akan mengalami trombositopenia pada pemberian berikutnya. [37]
Pasien pasca transfusi darah, plasma, atau imunoglobulin dari manusia sebaiknya menunda pemberian vaksin campak selama 3 bulan. [37]
Vaksin campak dapat menurunkan sensitivitas tes tuberkulin. Dengan demikian, pemberian vaksin campak sebaiknya dilakukan bersamaan atau setelah tes tuberkulin. [21] Pasien yang sedang mengalami tuberkulosis aktif dan belum mendapat tata laksana sebaiknya tidak diberikan vaksin campak sampai mendapat tata laksana yang adekuat. [37]