Pendahuluan Vaksin Campak
Vaksin campak bermanfaat untuk mencegah terjadinya campak (measles), atau dikenal juga sebagai rubeola. Vaksin campak merupakan vaksin hidup dengan strain yang dilemahkan untuk mencegah terjadinya campak atipikal akibat pemberian vaksin. Vaksin ini di Indonesia termasuk dalam lima imunisasi dasar yang wajib dilakukan, dan termasuk dalam jadwal imunisasi anak usia 0-18 tahun rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) tahun 2017.[5]
Vaksin campak pertama kali diuji coba pada tahun 1961 dan digunakan secara luas pada tahun 1963.[1] Vaksin ini menggunakan strain Edmonston dan dikultur pada embrio ayam. Walaupun kadar antibodi untuk proteksi tercapai, subjek yang diberikan vaksin mengalami campak dalam bentuk atipikal, sehingga vaksin dengan strain yang yang dilemahkan dibuat, yaitu strain Edmonston-Enders. [3,4] Pada tahun 1988, kombinasi vaksin measles, mumps, dan rubella (MMR) mulai digunakan menggantikan vaksin tunggal.[3]
Sebelum adanya vaksin campak, di Amerika Serikat ditemukan sekitar 549,000 kasus dengan 495 kematian akibat campak setiap tahunnya. Secara global 3 sampai 4 juta orang terinfeksi campak setiap tahunnya, namun sebagian besar kasus tidak dilaporkan. Akan tetapi angka ini menurun setelah adanya pemberian vaksinasi campak secara masif.[1]
Tabel 1. Deskripsi Singkat Vaksin Campak
Perihal | Deskripsi |
Kelas | Vaksin, serum, dan immunoglobulin [6] |
Subkelas | Vaksin [6] |
Akses | Resep |
Wanita hamil | Kategori FDA: C; [7] Kategori TGA: B2 (dalam vaksin kombinasi) [8] |
Wanita menyusui | Data tentang ekskresi pada ASI tidak diketahui [7] |
Anak-anak | Aman digunakan pada anak [9] |
Infant | Aman digunakan pada bayi mulai usia 9 bulan [9], namun sebuah studi menyatakan toleransi pada anak usia 6 bulan cukup baik [10] |
FDA | Approved (dalam bentuk vaksin kombinasi) [11] |