Efek Samping dan Interaksi Obat Chlordiazepoxide
Chlordiazepoxide dapat menyebabkan efek samping seperti sedasi, pusing, ataksia, gangguan kognitif, dan risiko ketergantungan, terutama pada lansia dan penggunaan jangka panjang. Interaksi signifikan bisa terjadi pada penggunaan bersama dengan depresan sistem saraf pusat, seperti opioid dan alkohol, serta obat yang memengaruhi enzim CYP3A4, yang dapat meningkatkan risiko sedasi berat, gangguan pernapasan, atau toksisitas.[9,17,18]
Efek Samping
Chlordiazepoxide dapat menyebabkan berbagai efek samping, terutama pada awal terapi, seperti sedasi, pusing, kelelahan, dan ataksia. Pasien lanjut usia lebih rentan mengalami gangguan koordinasi motorik akibat perubahan farmakokinetik.
Penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan efek neurologis dan psikologis serius, termasuk gangguan kognitif, agitasi, reaksi paradoks, serta ketergantungan dengan risiko gejala putus obat seperti ansietas, tremor, dan kejang. Meskipun jarang, reaksi alergi seperti ruam, angioedema, hingga syok anafilaktik juga telah dilaporkan.
Efek samping lainnya meliputi keluhan gastrointestinal ringan seperti mual dan konstipasi, serta risiko ensefalopati hepatik pada pasien dengan gangguan hati, terutama bila dikombinasikan dengan obat hepatotoksik. Pada sistem kardiovaskular dan pernapasan, chlordiazepoxide dapat menyebabkan hipotensi ortostatik dan depresi pernapasan, khususnya bila digunakan bersama depresan saraf pusat.[8,9,17]
Interaksi Obat
Peningkatan risiko sedasi berat, gangguan pernapasan, atau toksisitas dapat terjadi akibat interaksi obat depresan sistem saraf pusat dan obat yang memengaruhi enzim CYP3A4.[2,9,18]
Interaksi dengan Obat Depresan Saraf Pusat
Chlordiazepoxide memiliki efek aditif atau sinergis jika digunakan bersamaan dengan depresan sar pusat lain, seperti opioid, barbiturat, antipsikotik, antihistamin sedatif, dan alkohol. Kombinasi ini dapat meningkatkan risiko sedasi berat, gangguan pernapasan, koma, bahkan kematian.[2,9,15]
Interaksi dengan Obat yang Mempengaruhi Enzim Hepatik
Chlordiazepoxide dimetabolisme oleh enzim sitokrom P450, terutama CYP3A4. Obat-obatan yang menginduksi enzim ini, seperti rifampicin dan carbamazepine, dapat menurunkan kadar plasma chlordiazepoxide sehingga menurunkan efikasinya. Sebaliknya, inhibitor CYP3A4, seperti ketoconazole, dapat meningkatkan kadar chlordiazepoxide dalam darah dan memperbesar risiko toksisitas.[15]