Kontraindikasi dan Peringatan Chlordiazepoxide
Kontraindikasi chlordiazepoxide adalah penggunaan pada pasien dengan hipersensitivitas terhadap benzodiazepin dan penggunaan pada pasien glaukoma sudut tertutup akut. Penggunaan bersama dengan opioid dapat menyebabkan sedasi berat, depresi napas, koma, atau kematian. Selain itu, chlordiazepoxide memiliki risiko penyalahgunaan, dan penghentian obat harus dilakukan secara bertahap untuk menghindari reaksi putus obat.[9,12]
Kontraindikasi
Chlordiazepoxide dikontraindikasikan pada pasien dengan hipersensitivitas terhadap chlordiazepoxide atau benzodiazepin lain. Penggunaannya juga tidak dianjurkan pada pasien dengan glaukoma sudut tertutup akut, miastenia gravis, insufisiensi pernapasan berat, dan gangguan fungsi hati berat karena risiko akumulasi metabolit toksik.
Penggunaan selama kehamilan, terutama trimester pertama, dapat menyebabkan kelainan kongenital, sedangkan pemakaian jangka panjang menjelang persalinan berisiko menimbulkan neonatal withdrawal syndrome. Selain itu, penggunaannya saat laktasi tidak dianjurkan karena ekskresi ke dalam ASI dan potensi efek sedatif pada neonatus.[9,13]
Peringatan
Penggunaan chlordiazepoxide secara bersamaan dengan opioid harus dilakukan dengan sangat hati-hati karena dapat menyebabkan sedasi berat, depresi pernapasan, koma, hingga kematian. Efek depresan sistem saraf pusat juga dapat meningkat jika digunakan bersama dengan agen depresan saraf pusat lain.
Pasien yang mengonsumsi obat ini harus dihindarkan dari aktivitas yang memerlukan kewaspadaan tinggi, termasuk berkendara atau mengoperasikan alat berat. Reaksi paradoks seperti agitasi atau kemarahan akut dapat terjadi, terutama pada anak hiperaktif atau pasien psikiatri.
Chlordiazepoxide juga dapat menyebabkan gangguan janin jika diberikan pada trimester pertama kehamilan, sehingga penggunaannya selama masa tersebut harus dihindari. Obat ini memiliki potensi menyebabkan toleransi atau ketergantungan, khususnya pada pasien dengan riwayat penyalahgunaan zat. Penghentian mendadak setelah penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan gejala putus obat, sehingga dosis harus diturunkan secara bertahap.
Penggunaan pada pasien dengan gangguan mood atau ide bunuh diri perlu dilakukan dengan pengawasan ketat, dan jumlah obat yang diresepkan sebaiknya seminimal mungkin. Chlordiazepoxide juga dapat memperburuk kondisi pasien dengan porfiria dan harus digunakan dengan hati-hati pada kondisi ini. Untuk terapi jangka panjang, diperlukan pemantauan fungsi hati dan darah secara berkala karena risiko gangguan hematologis dan hepatotoksisitas.[9]