Kontraindikasi dan Peringatan Acebutolol
Acebutolol kontraindikasi pada pasien dengan blok jantung derajat >1, bradikardia berat, syok kardiogenik, atau gagal jantung nyata. Peringatan penggunaan diperlukan pada pasien dengan penyakit vaskular perifer, karena acebutolol dapat menurunkan curah jantung dan memperburuk insufisiensi arteri. Penggunaan pada pasien asma juga perlu berhati-hati karena acebutolol bisa menyebabkan bronkokonstriksi.[4-6]
Kontraindikasi
Selain riwayat reaksi hipersensitivitas, terdapat beberapa kontraindikasi dari penggunaan acebutolol, antara lain syok kardiogenik, blokade jantung derajat 2 dan 3 (tanpa alat pacu jantung buatan yang berfungsi), sick sinus syndrome, bradikardia berat secara terus-menerus (<45-50 denyut per menit), gagal jantung tidak terkontrol, asidosis metabolik, gangguan peredaran darah perifer berat, serta feokromositoma yang tidak diobati.[4-6]
Peringatan
Peringatan khusus terkait penggunaan acebutolol harus diperhatikan untuk meminimalkan efek samping merugikan.
Gangguan Fungsi Ginjal
Acebutolol diekskresikan melalui saluran cerna, tetapi metabolit aktifnya (diacetolol) dieliminasi terutama oleh ginjal, di mana terdapat hubungan linear antara klirens diacetolol di ginjal dan klirens kreatinin. Oleh karena itu, dosis harian acebutolol harus dikurangi 50% jika klirens kreatinin kurang dari 50 mL/menit dan 75% jika klirens kreatinin kurang dari 25 mL/menit.[4-6]
Penyakit Asma
Pemberian acebutolol tidak direkomendasikan pada pasien dengan penyakit bronkospastik, seperti asma. Namun, karena acebutolol bersifat selektivitas β1 relatif maka pemberian dosis rendah acebutolol dapat digunakan dengan hati-hati pada pasien dengan penyakit bronkospastik yang tidak respon atau tidak toleransi pengobatan alternatif.[4-6]
Gagal Jantung
Stimulasi simpatis penting untuk mendukung sirkulasi pada individu dengan penurunan kontraktilitas miokard dan penghambatannya oleh blokade reseptor β-adrenergik dapat memicu kegagalan yang lebih parah. Meskipun β-bloker harus dihindari pada gagal jantung yang nyata, acebutolol dapat digunakan dengan hati-hati pada pasien dengan riwayat gagal jantung yang terkontrol dengan digitalis atau diuretik.[4-6]
Eksaserbasi Penyakit Jantung Iskemik Setelah Penghentian Mendadak
Eksaserbasi penyakit jantung iskemik telah dilaporkan terjadi setelah penghentian terapi agen penghambat β tertentu secara tiba-tiba pada pasien dengan penyakit arteri koroner dan eksaserbasi angina pektoris. Bahkan tanpa adanya penyakit jantung iskemik, ketika akan menghentikan terapi acebutolol, pasien harus diobservasi dengan cermat dan disarankan untuk membatasi aktivitas fisik selama sekitar 2 minggu.[4-6]
Diabetes dan Hipoglikemia
Penghambat β dapat meningkatkan hipoglikemia yang diinduksi insulin dan menutupi manifestasinya, seperti takikardia. Oleh sebab itu, pasien dengan diabetes mellitus harus diperingatkan mengenai adanya kemungkinan hipoglikemia terselubung.[4-6]
Tirotoksikosis
Blokade β-adrenergik dapat menutupi beberapa tanda klinis dari hipertiroidisme, salah satunya takikardia. Penghentian blokade β secara tiba-tiba dapat memicu terjadinya badai tiroid, sehingga pasien yang diduga mengalami tirotoksikosis dan akan dihentikan terapi acebutolol perlu menjalani pemantauan secara ketat.[4-6]
Penyakit Vaskular Perifer
Terapi dengan antagonis β akan mengurangi curah jantung dan dapat memicu atau memperparah gejala insufisiensi arteri pada pasien dengan penyakit vaskular perifer atau mesenterika, sehingga harus berhati-hati dan diobservasi secara ketat untuk melihat perkembangan obstruksi arteri.[4-6]
Operasi Mayor
Terapi penghambat β yang diberikan secara kronis tidak boleh dihentikan sebelum operasi mayor. Namun, perhatian khusus diperlukan karena gangguan kemampuan jantung untuk merespon rangsangan refleks adrenergik dapat meningkatkan risiko anestesi umum dan prosedur bedah.[4-6]