• Kedaruratan: reaksi anafilaksis, urtikaria, angioedema, dispnea, syok, sindrom Stevens-Johnson, toxic epidermal necrolysis

• Hematologi: anemia
• Kardiovaskular: palpitasi dan hot flushes pada wajah, akibat vasodilatasi perifer
• Gastrointestinal: mual, muntah, kembung, nyeri perut, diare, konstipasi, stomatitis, cegukan

• Hepar: memperburuk gangguan fungsi hepar, yang ditandai dengan peningkatan enzim hepar
• Sistemik: rasa lemas, lelah, diaphoresis, kepala terasa ringan, mengantuk
• Neuromuskular: sakit kepala, rasa kebas pada ekstremitas, tremor, kepala terasa ringan, pusing
• Psikiatri: rasa kantuk, tetapi eperisone juga dapat menyebabkan insomnia pada sebagian orang
• Genitourinaria: retensi urin, proteinuria, inkontinensia urin, peningkatan blood urea nitrogen (BUN)
• Integumen: ruam merah, pruritus, erythema exudative[5,6]

Namun, terdapat sumber lain yang menyatakan eperisone tidak menunjukkan efek sedatif. Oleh karena itu, eperisone merupakan alternatif relaksan otot yang lebih dipilih daripada diazepam, baclofen, maupun dantrolen.[5,6]

Interaksi Obat

Interaksi eperisone dengan obat lain dapat meningkatkan konsentrasi serum, risiko hipoglikemia, risiko hiperkalemia, dan risiko gangguan akomodasi visual.[5]

Tabel 2. Interaksi Obat Eperisone

Interaksi Obat	Nama Obat
Meningkatkan serum konsentrasi	Abametapir, octreotide
Meningkatkan risiko hipoglikemia	Acarbose, anagliptin, dulaglutide, insulin, metformin, sulfadiazine
Meningkatkan risiko hiperkalemia	Aspirin, aceclofenac, candesartan, captopril, celecoxib, enoxaparin, natrium diklofenak, dexketoprofen, heparin, ibuprofen, valsartan, spironolakton, asam mefenamat, meloksikam
Meningkatkan tingkat keparahan bradikardia	Acebutolol, alprenolol, atenolol, propranolol
Meningkatkan risiko gangguan akomodasi visual	Methocarbamol

Sumber: dr. Monik, 2021.[4,5]

 

 

Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini