Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • SKP Online
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit
  • Obat
  • Tindakan Medis
Diagnosis Konstipasi general_alomedika 2018-11-08T10:21:04+07:00 2018-11-08T10:21:04+07:00
Konstipasi
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan
  • Pasien Dewasa - Panduan e-Prescription
  • Pasien Anak - Panduan e-Prescription

Diagnosis Konstipasi

Oleh :
dr. Junita br Tarigan
Share To Social Media:

Diagnosis konstipasi dapat ditegakkan menggunakan kriteria Rome III, pemeriksaan fisik abdomen dan anorektal, serta pemeriksaan penunjang seperti endoskopi.

Anamnesis

Pada umumnya gejala konstipasi berdasarkan anamnesis tidak dapat membedakan konstipasi fungsional atau konstipasi kronik. [11]

Berdasarkan kriteria Rome III diagnosis konstipasi dapat ditegakkan jika terdapat 2 keluhan dari gejala berikut yang dialami selama tiga bulan:

  • Buang air besar kurang dari 3 kali dalam seminggu
  • Mengejan
  • Kotoran yang keras atau berbenjol-benjol
  • Perasaan seperti ada sumbatan di anorektal
  • Rasa tidak lampias setelah buang air besar
  • Memerlukan pengeluaran feses secara manual saat buang air besar

Selain dari gejala di atas, Rome III juga mengharuskan pasien untuk memenuhi kriteria berikut :

  • Gejala tidak memenuhi kriteria irritable bowel syndrome

  • Konsistensi feses jarang lunak kecuali jika menggunakan laksatif [12,13]

Riwayat penyakit pasien sebelumnya sering digunakan untuk menyingkirkan adanya konstipasi sekunder. Hal-hal yang harus digali dalam anamnesis adalah:

  • Adanya tanda bahaya, seperti penurunan berat badan, buang air besar berdarah, anemia, pasien dengan riwayat keluarga menderita keganasan kolon
  • Kondisi atau keadaan klinis yang berhubungan dengan konstipasi seperti diet rendah serat, aktivitas fisik yang berkurang, penggunaan obat yang merangsang konstipasi seperti obat untuk mengatasi gangguan metabolik, gangguan saraf, dan gangguan psikiatri.
  • Efek samping dari operasi ginekologi dan operasi abdomen [1,11]

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik yang menunjang diagnosa konstipasi antara lain pemeriksaan abdomen dan daerah anorektal. Pada pemeriksaan abdomen, perlu dilihat apakah teraba massa intra abdomen, apakah terjadi peningkatan atau penurunan bising usus, dan adanya nyeri tekan.

Pada pemeriksaan anorektal, digali adanya kelainan yang menimbulkan konstipasi sekunder seperti keganasan anorektal, prolaps rektum, fisura anal, kompresi intrinsik dan ekstrinsik.

Dapat pula dilakukan pemeriksaan rectal toucher untuk mengidentifikasi adanya hipertonus sfingter, massa anorektal, rectocele, enterocele, dan fecal impaction. Pemeriksaan ini juga dapat memeriksa kekuatan sfingter anus dan otot puborektal, serta melihat adanya darah pada feses, fisura anal, dan stenosis anal. [4,10,11]

Diagnosis Banding

Konstipasi sering sekali menjadi gejala penyerta pada beberapa penyakit tertentu, sehingga diagnosis konstipasi fungsional dan konstipasi kronik sering dipikirkan pada beberapa keadaan seperti :

  • Hernia abdomen: didapatkan massa yang hilang timbul pada abdomen atau inguinal, terutama jika batuk atau mengejan
  • Appendicitis: dapat menyebabkan konstipasi karena adanya obstruksi Pada appendicitis juga ditemukan nyeri tekan Mc Burney, demam, leukositosis, dan gejala saluran cerna lain seperti anoreksia dan mual-muntah.

  • Kelainan Chagas: infeksi Trypansoma cruzi dapat menimbulkan megakolon yang bermanifestasi sebagai konstipasi. Apabila dilakukan apusan darah tebal dan tipis akan ditemukan gambaran parasit.

  • Keganasan kolorektal: kanker kolorektal juga dapat menimbulkan konstipasi kronik. Biasanya gejala lebih berat misalnya terjadi hematoschezia.
  • Ileus obstruktif: pada pemeriksaan fisik akan ditemukan metallic sound, dan apabila dilakukan BNO 3 posisi akan ditemukan gambaran step ladder dan herringbone appearance

  • Crohn’s disease: walaupun pada beberapa pasien penyakit ini dapat bermanifestasi sebagai konstipasi, namun keluhan yang paling sering adalah diare kronik. Apabila dilakukan kolonoskopi akan ditemukan penebalan dinding usus dan gambaran cobblestone.

  • Gangguan motilitas usus: ditandai dengan abnormalitas kontraksi usus, misalnya spasme atau paralisis. Istilah ini mewakili berbagai penyakit, misalnya irritable bowel syndrome, Oglivie syndrome, dan inkontinensia fekal. [2,4]

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang pada konstipasi dilakukan untuk mencari penyebab yang mendasari dan menyingkirkan diagnosis banding. Beberapa pemeriksaan penunjang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis dan menentukan penyebab konstipasi antara lain:

Endoskopi

Prosedur endoskopi yang disarankan adalah sigmoidoskopi fleksibel dan kolonoskopi. Melalui prosedur ini penyebab konstipasi, penggunaan laksatif dalam jangka waktu lama, dan lesi pada mukosa kolon dapat ditentukan. Konstipasi yang timbul akibat penggunaan obat-obatan tidak dapat dipastikan melalui pemeriksaan ini.

Pemeriksaan ini bermanfaat pada pasien dengan tanda bahaya atau faktor risiko tinggi yang membutuhkan penapisan untuk keganasan kolon.

Manometri Anorektal

Saat ini, pemeriksaan ini sudah jarang dilakukan. Prinsip dari pemeriksaan dengan teknik ini adalah menentukan fungsi sensoris dan neuromuskular melalui sensor tekanan pada kateter dan ujung balon manometri. Pemeriksaan ini juga dapat menentukan reflek inhibisi rectoanal pada penyakit seperti megakolon ataupun megarektum. Disfungsi sensoris pada anorektal ditentukan berdasarkan ambang batas tekanan pada saat adanya sensasi defekasi dan disinergi defekasi.

Foto Polos Abdomen

Foto polos abdomen sebaiknya tidak dilakukan secara rutin untuk mendiagnosis konstipasi. Pada foto polos abdomen dapat terlihat adanya kolon yang penuh dengan feses, impaksi feses, dan pseudo obstruksi.

Barium Enema

Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan adanya abnormalitas anatomi saluran cerna melalui gambaran rontgen setelah pemberian kontras enema. Kontraindikasi apabila dicurigai ada perforasi usus.

Defekografi dan Magnetic Resonance Defecography (MRD)

Pemeriksaan ini tidak rutin dilakukan untuk menegakkan diagnosis konstipasi karena harga yang mahal dan substandar. Prinsip pemeriksaan ini adalah teknik visualisasi radiologi rontgen dan MRI untuk menentukan kelainan struktur di dalam rektum dan organ dasar panggul.

Waktu Transit Kolon

Penentuan waktu transit kolon dapat dilakukan dengan menggunakan kapsul yang mengandung kontras radioopak dan wireless motility capsule (WMC). Penggunaan kapsul dengan kandungan kontras radioopak tidak rutin dilakukan karena efek radiasi dan cost-effectiveness. Saat ini lebih disarankan untuk menggunakan WMC dalam menentukan gangguan waktu transit gastrointestinal yang sering terjadi pada pasien konstipasi dan gangguan saluran cerna bagian bawah. [1,4,11]

Referensi

1. Forootan Mojgan, Bagheri Nazila, Darvishi Mohammad. "Chronic constipation A review of literature." Medicine (2018): 1-9.
2. D Basson Marc. "Constipation." Medscape (2018).
4. Sobrado Carlos Walter, Neto Isaac JPC,Pinto Rodrigo Ambar, Sobrado Lucas Faraco,Nahas Sergio Carlos,Cecconello Ivan. "Diagnosis and treatment of constipation: a clinical update based on the Rome IV criteria." Journal of Coloproctology (2018): 137-144.
10. Indonesia, Perkumpulan Gastroeterology. Konsensus Nasional Penatalaksanaan Konstipasi di Indonesia. Jakarta, 2010.
11. Antonio Bove, Filippo Pucciani, Bellin lassimoi, Battaglia Edda ,Bocchin Renato, Altomare Donato Francesco, et al. "Consensus statement AIGO/SICCR: Diagnosis and treatment of chronic constipation and obstructed defecation (partⅠ : Diagnosis)." World Journal of Gastroenterology (2012): 1555-564.
12. Caetano Ana C, Santa-Cruz André , Rolanda Carla. "Digital Rectal Examination and Balloon Expulsion Test in the Study of Defecatory Disorders:Are They Suitable as Screening or Excluding Tests?" Canadian Journal of Gastroenterology and Hepatology (2016): 1-8.
13. Tantawy Sayed, Kamel Dalia M , Abdelbasset Walid Kamal, Elgohary Hany M. "effects of a proposed physical activity and diet control to manage constipation in middle-aged obese Women." Diabetes, Metabolic Syndrome and Obesity: Targets and Therapy 2017 (2017): 513-19

Epidemiologi Konstipasi
Penatalaksanaan Konstipasi

Artikel Terkait

  • Manajemen Konstipasi Kronis pada Lansia
    Manajemen Konstipasi Kronis pada Lansia
  • Red Flag Konstipasi pada Pasien Dewasa
    Red Flag Konstipasi pada Pasien Dewasa
Diskusi Terkait
Anonymous
23 hari yang lalu
Pasien bayi usia 6 bulan dengan sembelit
Oleh: Anonymous
3 Balasan
Selamat pagi dok, ijin bertanya...Bayi usia 6 bulan baru mulai mpasi, awalnya dikasih pisang stgh matang. Dikatakan tidak bisa bab selama 2 hari....
Anonymous
24 hari yang lalu
Pasien bayi usia 4 bulan dengan Konstipasi
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dok.Izin bertanya. Apa wajar anak usia 4 bulan tdk bab selama 4 hari ?Sebelumnya os rutin bab 1-2 x/ hari.Apakah boleh diberikan obat pencahar tube...
dr. Muhammad Ramadhan Alkausar
07 April 2022
Penanganan pasien konstipasi - Penyakit Dalam Ask the Expert
Oleh: dr. Muhammad Ramadhan Alkausar
1 Balasan
Alo dokter desy Sp.PD, izin bertanya bagaimana penanganan pasien dengan konstipasi. Apakah definisi konstipasi masih sama yaitu <3 kali/minggu, atau...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.