Efek Samping dan Interaksi Obat Glibenclamide
Beberapa efek samping dan interaksi obat pada penggunaan glibenclamide dapat muncul.
Efek Samping
Efek samping yang mungkin timbul antara lain :
Hipoglikemia
Gangguan hati dan ginjal dapat menyebabkan peningkatan kadar glibenclamide dan penurunan kapasitas glukoneogenesis. Risiko tinggi hipoglikemia terjadi juga pada golongan geriatri, gangguan nutrisi dan gangguan adrenal, atau insufisiensi adrenal, dan pada terapi kombinasi.
Perlu perhatian pada pasien dengan penyekat beta-adrenergik karena dapat timbul hipoglikemia dengan gejala yang sedikit atau tanpa gejala.
Aktivitas berat atau tidak makan bisa menyebabkan hipoglikemia, sehingga penting bagi dokter untuk memberikan edukasi tanda dan gejala hipoglikemia.
Untuk menghindari hipoglikemia, sebaiknya glibenclamide dimulai dari dosis yang kecil dan bisa ditingkatkan setiap 2 – 4 minggu sampai target glikemik tercapai.
Reaksi Saluran Cerna Dan Hati
Di traktus gastrohepatologi dapat terjadi hal berikut :
- Hepatitis dan ikterik kolestatik yang berlanjut menjadi penurunan fungsi hati
- Penurunan fungsi hati (peningkatan enzim transaminase)
- Gangguan saluran cena seperti mual, rasa penuh di perut (begah) dan sensasi dada terbakar
Reaksi Dermatologi
Reaksi dermatologi misalnya :
- Reaksi alergi kulit seperti pruritus, eritema, urticaria dan mobiliformis atau erupsi maculopapular
- Porphyria cutanea tarda
- Reaksi fotosensitivitas yang meningkat
Reaksi Hematologi
Anemia hemolitik terjadi pada pasien dengan glucose-6-phosphate deficiency (G6PD) yang diberikan glibenclamide. Namun pada beberapa laporan juga terjadi anemia hemolitik tanpa adanya G6PD.
Reaksi Metabolik
Glibenclamide dapat menimbulkan hepatic porphyria dan reaksi menyerupai disulfiram (sangat jarang dilaporkan), serta hiponatremia dan SIADH (syndrome of inappropriate antidiuretic hormone) karena peningkatan fungsi ADH perifer yang dicurigai juga diaugmentasi oleh sulfonilurea.
Reaksi Kardiovaskular
Beberapa studi menyatakan bahwa sulfonilurea berpengaruh terhadap fungsi jantung dan dapat berhubungan dengan hasil yang lebih buruk pada infark miokard. Hal ini diduga karena ada interaksi dari sulfonilurea dengan sel otot jantung karena terdapat reseptor isoformis dari sulfonilurea pada sel otot jantung dan otot polos. Glibenclamide menghambat efek kardioproteksi yang dipicu oleh iskemik karena interaksi dengan kanal kalium ATP di mitokondria
Reaksi Lain
Reaksi lain yang dapat timbul adalah :
- Fluktuasi gula darah dapat menyebabkan gangguan fungsi penglihatan
- Reaksi alergi (selain kulit) seperti angioedema, atralgia, mialgia dan vaskulitis
- Peningkatan berat badan[4,6,7,10]
Interaksi obat
Efek hipoglikemik dapat dipicu akibat interaksi dengan beberapa obat seperti obat anti-inflamasi non-steroid dan obat-obatan lain yang memiliki ikatan protein yang tinggi, salisilat, sulfonamid, chloramphenicol, probenecid, coumarin, monoamine oxidase inhibitor (MAOI) dan penyekat beta adrenergik.
Efek hiperglikemia dapat dipicu akibat interaksi dengan beberapa obat seperti tiazid dan diuretik, kortikosteroid, phenothiazine, produk tiroid, estrogen, kontrasepsi oral, fenitoin, asam nikotinik, simpatomimetik, obat penyekat kanal kalsium dan isoniazid.
Selain itu, glibenclamide berinteraksi dengan bosentan dengan cara menurunkan kadar obat satu sama lain dan meningkatkan efek toksik satu sama lain, serta terjadi peningkatan risiko kenaikan enzim liver.
Penggunaan glibenclamide dengan asam aminolevulinik dapat meningkatkan toksisitas satu sama lain.
Penggunaan dengan asam aminolevulinik dapat meningkatkan risiko fotosensitisasi.
Penggunaan dengan eluxadoline dapat meningkatkan kadar eluxadoline.
Penggunaan dengan etanol dapat mengganggu kontrol gula darah dan risiko terjadi reaksi disulfiram-like, yaitu reaksi hipersensitifitas yang ditandai dengan takikardia dan flushing.
Penggunaan bersama fluvastatin dapat meningkatkan kadar glibenclamide dengan mengganggu metabolisme di hepar dan usus (CYP3A4).
Penggunaan bersama ivacaftor meningkatkan kadar glibenclamide.
Penggunaan bersama methyl aminolevulinate meningkatkan toksisitas satu sama lain karena efek sinergisnya.
Penggunaan glibenclamide bersama rifampisin dilaporkan menyebabkan perburukan dari gula darah puasa dan post-prandial. [4,6,12]