Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • SKP Online
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit
  • Obat
  • Tindakan Medis
Farmakologi Glibenclamide general_alomedika 2018-09-20T13:13:27+07:00 2018-09-20T13:13:27+07:00
Glibenclamide
  • Pendahuluan
  • Farmakologi
  • Formulasi
  • Indikasi dan Dosis
  • Efek Samping dan Interaksi Obat
  • Penggunaan pada Kehamilan dan Ibu Menyusui
  • Kontraindikasi dan Peringatan
  • Pengawasan Klinis

Farmakologi Glibenclamide

Oleh :
dr. Nathania S. Sutisna
Share To Social Media:

Farmakologi glibenclamide adalah obat anti-diabetes oral yang berada pada golongan sulfonilurea generasi kedua. Pada sulfonilurea generasi pertama, seperti klorpropamid, tolazamid dan tolbutamid memiliki waktu paruh yang lebih panjang, dan risiko hipoglikemi yang lebih tinggi dibandingkan generasi kedua seperti glipizid, glimepirid dan gliburid atau glibenclamide.[6,7]

Farmakodinamik

Glibenclamide bekerja menurunkan kadar gula darah dengan cara meningkatkan pelepasan insulin dari pankreas. Mekanisme ini bergantung pada sel beta pankreas. Sulfonilurea menempel pada reseptor yang spesifik di sel beta pankreas dan menyekat pemasukan kalium melalui kanal ATP-dependent. Aksi ini kemudian mempengaruhi peningkatan kalsium ke sel beta pankreas yang menyebabkan kontraksi filamen aktomiosin yang bertugas untuk memicu eksositosis dari insulin. Sekresi insulin ini tidak bergantung pada kadar gula, sehingga dapat menyebabkan hipoglikemia.

Karena kerja sulfonilurea yang berkaitan dengan sel beta pankreas, penggunaan sulfonilurea dalam jangka panjang berisiko membuat terjadinya penurunan regulasi reseptor sulfonilurea pada permukaan sel beta pankreas. Fenomena ini dapat hilang dengan penghentian pengobatan dalam jangka waktu tertentu.

Efek penurunan gula darah pada pemberian glibenclamide jangka panjang tetap terjadi walaupun terjadi penurunan respons fungsi sekresi insulin terhadap obat. Kemungkinan efek ini timbul akibat efek dari ekstrapankreas. Efek ekstrapankreas yang dapat timbul antara lain :

  • Efek yang mungkin terkait dengan aksi anti-diabetik:

    • Peningkatan stimulasi insulin dari transpor kabohidrat di otot lurik
    • Peningkatan aksi insulin di liver

  • Efek yang lebih mungkin terkait dengan aksi anti-diabetik di liver:

    • Menghambat lipase trigliserida
    • Membatasi pergerakan substrat anion melewati membran dalam dari mitokondria di sel hepatik
    • Menghambat ketosis
    • Menghambat pengeluaran glukosa

  • Efek yang lebih mungkin terkait dengan aksi anti-diabetik di jaringan lemak:

    • Menghambat lipolisis
    • Menghambat lipase trigliserida
    • Menurunkan pemasukkan dan oksidasi dari glukosa

  • Efek yang kurang mungkin terkait dengan aksi anti-diabetik:

    • Aktivasi dari adenilil siklase
    • Menghambat adenosin 3’,5’ monofosfat diesterase
    • Menghambat pelepasan katekolamin in vitro

    • Mengubah jumlah asam amino yang membentuk protein
    • Menghambat aktivitas transaminase
    • Menghambat rasio pengikatannya terhadap insulin bebas
    • Menurunkan penyerapan glukosa di usus
    • Menghambat kerja insulinase

  • Efek yang tidak terkait dengan aksi antidiabetik:

    • Meningkatkan kontraktilitas jantung
    • Mempengaruhi keseimbangan cairan (diuretik dan anti-diuretik)
    • Menghambat agregasi platelet [7]

Pemberian glibenclamide dosis 0 sampai 2.5 mg per hari telah terbukti meningkatkan kadar insulin darah secara signifikan (p ≤ 0.001), dari 2.5 mg per hari menjadi 5 mg per hari tidak meningkat signifikan (p = 0.113). Tetapi, dari 5 mg ke 10 mg kadar insulin menurun signifikan (p = 0.05) dan dari 10 mg ke 20 mg tidak ada perubahan yang signifikan (p = 0.721). Jadi, kadar insulin meningkat pada dosis 0 sampai 5 mg, kemudian turun pada dosis 10 mg dan tidak berubah bermakna pada dosis 20 mg. Efek glibenclamide dosis 0 sampai 2.5 mg per hari secara signifikan dapat menurunkan gula darah, tetapi penurunan berikutnya tidak berbeda bermakna pada dosis 2.5 mg ke 5 mg, 5 mg ke 10 mg dan 10 mg ke 20 mg.[8]

Efektivitas obat hipoglikemik pada setiap orang berbeda-beda. Orang yang pada awalnya tidak sensitif pada obat golongan sulfonilurea lain dapat menjadi responsif dengan pemberian glibenclamide. Sebaliknya, mereka yang pada awalnya responsif terhadap obat hipoglikemik oral dapat berubah menjadi tidak responsif seiring berjalannya waktu. [6,7]

Farmakokinetik

Farmakokinetik glibenclamide sangat terikat pada albumin seperti golongan sulfonilurea lainnya.

Absorpsi

Glibenclamide adalah obat yang bersifat lipofilik dengan kelarutan pada pH yang rendah. Pada umumnya, hiperglikemia dapat menurunkan absorpsi sulfonilurea karena dapat mempengaruhi motilitas dari usus, sehingga sebaiknya sulfonilurea dikonsumsi 30 menit sebelum makan.

Peningkatan serum insulin dimulai dari menit ke 15 – 60 setelah konsumsi dengan durasi kurang dari 24 jam. Waktu yang diperlukan untuk mencapai kadar puncak di plasma adalah 2–4 jam setelah konsumsi. Pada penelitian di manusia sehat, pemberian makanan tidak berpengaruh terhadap penyerapan glibenclamide.

Distribusi

Glibenclamide sangat terikat pada albumin darah, seperti golongan sulfonilurea lainnya. Glibenclamide berikatan dengan protein hingga hampir 99%.

Distribusi terbesar adalah ke ekstraselular. Jumlah yang masuk ke siklus enterohepatik sangat sedikit bahkan hampir tidak ada.

Metabolisme

Glibenclamide dimetabolisme di hati hingga menjadi metabolit yang tidak aktif. Metabolitnya adalah 4-trans-hydroxyglyburide, 3-cis-hydroxyglyburide (aktif dan lemah) dan satu metabolit yang tidak teridentifikasi. Metabolit yang tidak aktif akan dieliminasi melalui rute biliar dan renal secara imbang.

Ekskresi

Waktu paruh glibenclamide berbeda-beda dan bergantung pada bentuk serta kekuatan sediaan oral. Ekskresi glibenclamide 50% melalui urin dan 50% melalui feses. [6,9,10]

Referensi

6. Emedicine. Drug and disease: glibenclamide. Cited: 20-Sept 2017. Updated: -. Available at: http://reference.medscape.com/drug/diabeta-glynase-glyburide-342714

7. Sola D, Rossi L, Schianca GPC, Maffioli P, Bigliocca M, Mella R, et al. Sulfonylureas and their use in clinical practice. Arch Med Sci, 2015;4:840-848

8. Rambiritch V, Maharaj B, Naidoo P. Glibenklamid in patients with poorly controlled type 2 diabetes: a 12-week, prospective, single-center, open-label, dose-escalation study. Clinical pharmacology: advances and applications, 2014;6:63-69

9. Pearson JG. Pharmacokinetics of glyburide. Am J Med, 1985;79(suppl 3B):67-71

10. WHO. Comparative safety and efficacy of Glibenklamid in the elderly [Online]. Cited 23-Sept 2017. Available at: http://www.who.int/selection_medicines/committees/expert/19/applications/Sulfonylurea_18_5_A_R.pdf

Pendahuluan Glibenclamide
Formulasi Glibenclamide

Artikel Terkait

  • Metformin vs Sulfonilurea pada DM Tipe 2 dengan Penyakit Ginjal Kronis
    Metformin vs Sulfonilurea pada DM Tipe 2 dengan Penyakit Ginjal Kronis
  • Kontroversi Prediabetes
    Kontroversi Prediabetes
  • Cegah Hipoglikemia pada Diabetes Mellitus Tipe 2
    Cegah Hipoglikemia pada Diabetes Mellitus Tipe 2
  • Terapi Intensif Menurunkan Risiko Komplikasi Diabetes Mellitus Tipe 2
    Terapi Intensif Menurunkan Risiko Komplikasi Diabetes Mellitus Tipe 2
  • GLP-1 Receptor Agonist: Apakah Hanya Bermanfaat Untuk Terapi Hiperglikemi?
    GLP-1 Receptor Agonist: Apakah Hanya Bermanfaat Untuk Terapi Hiperglikemi?

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
dr. Hudiyati Agustini
27 hari yang lalu
Pasien wanita usia 70 tahun gangguan gigi dan gusi dengan riwayat diabetes - Periodonsia Ask the Expert
Oleh: dr. Hudiyati Agustini
2 Balasan
ALO drg. Nadia SpPerio.. pasien wanita 70 tahun dengan riwayat DM terkontrol mengeluh gigi goyang. Saat berobat ke dokter gigi, diminta untuk dirontgen...
Anonymous
12 April 2022
Bolehkah minum jus buah untuk pasien lansia diabetes ketika buka puasa? - Gizi Klinik Ask the Expert
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo, dr. Wiji Lestari, SpGK. Ijin bertanya dok.Apakah boleh mengonsumsi jus buah untuk pasien lansia dengan diabetes ketika buka puasa dan sahur dok?Terima...
Anonymous
12 April 2022
Kurma, gula dan madu untuk diabetes - Gizi Klinik Ask the Expert
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dokter Wiji,Sp.GK,M.Kes, untuk penderita diabetes apa sebaiknya jenis makanan manis yang harus lebih banyak dibatasi? Bagaimana dengan glukosa dalam gula...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.