Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • SKP Online
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit
  • Obat
  • Tindakan Medis
Teknik Resusitasi Bayi dan Anak general_alomedika 2022-01-13T12:29:58+07:00 2022-01-13T12:29:58+07:00
Resusitasi Bayi dan Anak
  • Pendahuluan
  • Indikasi
  • Kontraindikasi
  • Teknik
  • Komplikasi
  • Edukasi
  • Pedoman Klinis

Teknik Resusitasi Bayi dan Anak

Oleh :
dr. Yoke K. Putri, M.Sc, Sp.A, IBCLC
Share To Social Media:

Teknik resusitasi bayi dan anak saat awal adalah melakukan penilaian kondisi anak secara cepat dengan menggunakan segitiga penilaian pediatrik, atau pediatric assessment triangle/PAT. Dari PAT ini kita dapat mengenali kondisi distress napas, gagal nafas, syok, henti napas dan henti jantung, disfungsi otak dan abnormalitas sistemik lainnya. PAT terdiri atas 3 elemen, yaitu:

  • penampilan anak: tonus, interaksi anak dengan lingkungan, kenyamanan, arah pandangan anak, suara/tangisan anak
  • upaya napas anak: suara napas abnormal, posisi tubuh abnormal, retraksi, dan napas cuping hidung
  • kondisi sirkulasi: pucat, mottling, sianosis, perdarahan[2,8]

Selanjutnya dilakukan primary assessment , secondary assessment, dan tertiary assessment.

Primary Assessment

Pada penilaian primer ini dilakukan penilaian:

  • Airway: patensi jalan napas

  • Breathing: usaha napas, napas cuping hidung, retraksi

  • Circulation: evaluasi nadi, tensi, warna kulit, suhu badan, capillary refill time/CRT

  • Disability: nilai status neurologis dengan metode alert, verbal response to pain, unresponsive/AVPU, atau Glasgow coma scale/GCS

  • Exposure[2,8]

Secondary Assessment

Setelah selesai melakukan primary assessment dan manajemen dari masalah yang mengancam nyawa, lakukan secondary assessment yang menghimpun anamnesis dan pemeriksaan fisik yang lebih detail meliputi gejala dan tanda yang dikeluhkan, adanya alergi, pengobatan yang diberikan, riwayat kesehatan sebelumnya, waktu makan terakhir, dan kejadian yang menyebabkan kondisinya saat ini.[2,8]

Tertiary Assessment

Meliputi pemeriksaan penunjang diagnostik, seperti pemeriksaan laboratorium seperti gula darah dan analisa gas darah, pemeriksaan radiologi, dan sebagainya, untuk mengidentifikasi penyakit dan kondisi anak.[2,8]

Persiapan Pasien

Pastikan lingkungan aman untuk penolong dan anak. Nilai kesadaran anak dengan cara menilai respon yaitu dengan cara memanggil, menepuk pundak, atau menggoyangkan badan anak.[2,3]

Penilaian denyut nadi anak dibawah usia 1 tahun yang paling tepat adalah dengan meraba arteri brakialis. Pemeriksaan denyut nadi anak diatas 1 tahun pada nadi karotis.[2,3]

Peralatan

Alat yang diperlukan untuk melakukan RJP pada bayi dan anak adalah:

  • Bag-valve mask untuk memberikan ventilasi yang efektif dan aman

  • Defibrillator, dibutuhkan dalam memberikan bantuan hidup lanjut bila ada irama jantung yang dapat dilakukan shock

  • Laringoskop
  • Endotrakeal tube, supraglottic airway devices, laryngeal mask airway/LMA

  • Tabung oksigen, suction

  • Alat monitor detak dan irama jantung seperti stetoskop, monitor EKG

  • Monitor saturasi dan EtCO2 (end-tidal carbon dioxide)[2,3,5]

Pada keadaan kritis, mengukur berat badan bayi dan anak seringkali tidak memungkinkan. Untuk itu dapat digunakan Broselow tape, yaitu suatu grafik yang dapat memprediksi berat badan bayi dan anak berdasarkan panjang atau tinggi badannya. Broselow tape adalah perangkat penting dalam keadaan darurat untuk membantu menghitung dosis obat yang tepat, menentukan jumlah pemberian cairan yang akurat, dan memilih ukuran peralatan yang benar, seperti ukuran laringoskopi atau endotrakeal tube.[14]

Posisi Pasien

Posisi pasien yang akan dilakukan resusitasi jantung paru adalah posisi telentang, pada permukaan yang datar dan keras, agar kompresi jantung dapat optimal. Pada bayi, teknik kompresi dapat menggunakan 2 ibu jari (jari telunjuk dan jari tengah). Pada anak usia ≤8 tahun dapat menggunakan teknik 1 tangan, dan pada anak usia >8 tahun dapat menggunakan teknik 2 tangan. Petugas kesehatan yang melakukan kompresi dada harus berada dalam posisi yang cukup tinggi untuk mencapai regangan lengan yang cukup sehingga dapat menggunakan berat badannya secara adekuat untuk mengkompresi dada. Pada bayi, digunakan kekuatan jari tangan untuk mengkompresi dada secara adekuat.[2,9]

Prosedural

Prosedur RJP bayi dan anak berdasarkan European Resuscitation Council (ERC) dilakukan dengan urutan A-B-C. Sedangkan berdasarkan American Heart Association (AHA) dengan urutan C-A-B. Dimana A yaitu airway/jalan napas, B untuk breathing/pernapasan, sedangkan C adalah circulation/kompresi dada.

Pediatric Basic Life Support menurut ERC 2015

Resusitasi dasar pada bayi dan anak menurut ERC sebagai berikut:

  • Bila pasien tidak sadar/tidak berespon, panggil bantuan, lalu buka jalan nafas
  • Bila anak tidak bernafas dengan normal, lakukan 5 bantuan nafas
  • Bila tidak ada tanda kehidupan, lakukan 15x kompresi dada, kemudian lakukan 2 bantuan nafas diikuti 15x kompresi dada
  • Panggil tim henti jantung (cardiac arrest team) atau Pediatric advance life support team setelah 1 menit melakukan RJP[3]

Pediatric Advance Life Support menurut ERC 2015

Resusitasi tingkat lanjut pada bayi dan anak menurut ERC adalah:

  • Bila anak tidak berespon, tidak bernafas, atau gasping, panggil tim resusitasi
  • Lakukan RJP diawali dengan 5 bantuan nafas/initial breaths dilanjutkan kompresi dada. Rasio yang diberikan adalah 15x kompresi disertai 2x bantuan napas (15:2)
  • Pasang monitor/defibrillator. Minimalkan interupsi dalam melakukan RJP
  • Tentukan atau baca irama yang muncul pada layar monitor defibrillator. Bila irama shockable (VF/VT tanpa nadi) lakukan shock 4J/kgBB, lanjutkan RJP dengan minimal interupsi. Pada siklus ke-3 dan ke-5, pertimbangkan pemberian amiodaron

  • Bila irama non-shockable (PEA/asistol), lakukan RJP selama 2 menit dengan minimal interupsi
  • Bila sirkulasi spontan kembali (ROSC/Return of spontaneous circulation), lakukan tatalaksana post henti jantung, yaitu kontrol oksigenasi dan ventilasi, investigasi, atasi penyebab henti jantung, dan kontrol suhu/temperatur[3]

Pediatric Cardiac Arrest Resuscitation berdasarkan AHA 2015

Resusitasi pada bayi dan anak yang mengalami henti jantung, menurut AHA adalah sebagai berikut:

  • Bila ada henti jantung, mulai RJP, beri oksigen, pasang monitor/defibrillator
  • Bila irama shockable (VF/VT tanpa nadi), berikan kejut listrik 2 J/kgBB. Dilanjutkan RJP selama 2 menit sambil mencari akses intravena atau intraoseus
  • Evaluasi irama jantung, bila masih shockable, berikan kejut listrik kedua dengan 4 J/kgBB. Dilanjutkan RJP selama 2 menit. Beri epinefrin tiap 3-5 menit (epinefrin 1:10.000 sebanyak 0,1 ml/kgBB intravena atau intraoseus). Pertimbangkan intubasi (advanced airway)

  • Evaluasi irama jantung, bila masih shockable, beri kejut listrik ≥4 J/kgBB maksimal 10 J/kgBB (dosis dewasa). Lanjutkan RJP selama 2 menit. Masukkan amiodaron atau lidokain. Tatalaksana penyebab henti jantung
  • Evaluasi irama jantung, bila masih shockable, beri kejut listrik, lanjut RJP, dan masukkan epinefrin tiap 3-5 menit
  • Bila irama jantung non-shockable (PEA/asistol), lakukan RJP 2 menit, cari akses IV/IO, beri epinefrin tiap 3-5 menit, pertimbangkan intubasi
  • Bila sirkulasi spontan kembali (ROSC/Return of spontaneous circulation), lakukan tatalaksana post henti jantung[5]

Prosedur Airway/Jalan Napas

Buka jalan napas dengan head tilt dan chin lift. Jangan tekan jaringan di bawah dagu karena bisa menyebabkan obstruksi jalan napas, terutama pada bayi. Bila masih sulit membuka jalan napas, coba jaw thrust dengan cara tempatkan 2 jari kedua tangan pada tiap sisi mandibula anak dan dorong rahang ke bawah. Bila curiga adanya cedera leher, membuka jalan napas dengan jaw thrust saja tanpa head tilt. Bila jalan napas tidak terbuka optimal, tambahkan head tilt sedikit sampai jalan napas terbuka. Dengan hati-hati singkirkan bila ada penyebab obstruksi jalan napas.[2,3]

Prosedur Breathing/Pernapasan

Pertahankan jalan napas tetap terbuka, kemudian look listen and feel (lihat, dengar, rasakan) pernapasan normal dengan meletakkan wajah penolong mendekati wajah anak sambil melihat dinding dada anak. Lihat pengembangan dada, dengarkan suara napas pada mulut dan hidung anak, lalu rasakan pergerakan udara pada pipi penolong. Lakukan look listen and feel tidak lebih dari 10 detik. Bila ragu bernapas normal atau tidak, anggap sebagai tidak normal. Bila napas tidak normal atau tidak ada napas, beri 5 initial rescue breaths.[2,3]

Prosedur Circulation/Sirkulasi (Kompresi Dada)

Selama tidak lebih dari 10 detik cari denyut nadi bayi atau anak. Namun biasanya pada bayi, pemeriksaan denyut nadi tidak dapat diandalkan sehingga sebaiknya nilai anak dari kondisi umum anak. Bila tidak ada tanda kehidupan, lakukan kompresi dada. Untuk bayi dan anak, kompresi dilakukan pada setengah bawah sternum. Kompresi harus menekan setidaknya sepertiga diameter anterior-posterior dada. Beri kesempatan dinding dada untuk mengembang sempurna (complete recoil). Lakukan kompresi dengan kecepatan 100-120x per menit. Setelah 15 kompresi, berikan dua bantuan napas yang efektif. Lanjutkan kompresi dan napas dengan perbandingan 15:2.[2,3]

Automated External Defibrillator (AED)

Automated External Defibrillator (AED) adalah defibrillator portable yang tersedia di beberapa tempat umum. AED dapat membedakan irama jantung shockable (ventrikel takikardi, ventrikel fibrilasi) dengan irama jantung non-shockable (pulseless electrical activity, atau asistol). AHA merekomendasikan penggunaan AED dalam bantuan hidup dasar pada keadaan henti jantung mendadak yang disaksikan, karena kondisi tersebut umumnya disebabkan oleh penyakit jantung. Pada anak usia >8 tahun dapat digunakan AED untuk dewasa, dan pada anak ≤8 tahun menggunakan AED untuk anak.[2,5]

Manual External Defibrillator

Manual External Defibrillator adalah defibrillator manual yang sering dipakai di Rumah Sakit. Defibrillator biasanya memiliki tiga mode operasi dasar, yaitu  defibrilasi eksternal, defibrilasi internal, dan synchronized cardioversion (kardioversi tersinkronisasi).  Mode defibrilasi eksternal digunakan pada kasus ventrikel fibrilasi atau ventrikel takikardi tanpa nadi. Kejut listrik diberikan 4 J/kg, bila hasil perhitungan tidak sesuai dengan yang tertera pada defibrilator, bulatkan ke atas, maksimal 10 J/kg. Sesuaikan paddle yang digunakan dengan usia dan berat badan anak. Gunakan paddle anak untuk anak berusia kurang dari 1 tahun atau berat badan kurang dari 10 kg.[2,3,15]

Mode synchronized cardioversion digunakan pada kasus supraventrikular takikardi/SVT tidak stabil. Kardioversi diberikan sebesar 1 J/kg, bila tidak efektif dapat dinaikkan hingga 2 J/kg. Kardioversi diberikan dengan menempatkan paddle pada sternum dan apex jantung anak. Bila anak terlalu kecil, paddle dapat ditempatkan pada sternum dan punggung sehingga jantung berada diantara paddle. Kardioversi untuk SVT diberikan berbarengan dengan munculnya gelombang R pada layar monitor, atau disinkronkan dengan gelombang R.[2,3]

Follow Up

Perawatan pasca resusitasi bayi dan anak adalah mencegah demam pada anak-anak yang mengalami kembalinya sirkulasi spontan (return of spontaneous circulation/ROSC). Manajemen suhu tertarget untuk anak-anak pasca ROSC, adalah:

  • Sebaiknya suhu tubuh normotermia atau hipotermia ringan
  • Hindari hipertermi (suhu tubuh lebih dari 37,5 derajat C) dan hipotermia berat (suhu tubuh kurang dari 32 derajat Celcius)[2,3,5]

Tidak ada satu prediktor kapan harus menghentikan resusitasi. Lakukan RJP sampai anak menunjukkan tanda kehidupan (bangun, bergerak, buka mata, napas normal), tenaga kesehatan datang, atau penolong kelelahan.[2,3,5]

Referensi

2. Latief A, Pudjiadi A, Prawira Y. Advanced pediatric resuscitation course. 2019. Jakarta: IDAI.
3. Maconochie IK, Bingham R, Eich C, et al. European resuscitation council guidelines for resuscitation 2015. Resuscitation 2015;95:223-48.
5. de Caen AR, Berg MD, Chameides L, et al. Part 12: Pediatric Advanced Life Support; 2015 American Heart Association guidelines update for cardiopulmonary resuscitation and emergency cardiovascular care. Circulation. 2015;132[suppl2]:S526-42.
8. Auerbach M. Pediatric Resuscitation Technique. 2016. Available from: https://emedicine.medscape.com/article/1948389-technique
9. Bon CA. Cardiopulmonary Resuscitation (CPR). 2018. Available at: https://emedicine.medscape.com/article/1344081-overview#a1. Diakses 16 Desember 2019.
14. Waseem M, Chen J, et al. A Reexamination of the Accuracy of the Broselow Tape as an Instrument for Weight Estimation. 2019. Feb;35(2):112-116. doi: 10.1097/PEC.0000000000000982.
15. World Health Organization. Defibrillator, External, Manual. 2011. Available at: https://www.who.int/medical_devices/innovation/defibrillator_manual.pdf

Kontraindikasi Resusitasi Bayi d...
Komplikasi Resusitasi Bayi dan Anak

Artikel Terkait

  • Skor APGAR pada Pemeriksaan Bayi Baru Lahir
    Skor APGAR pada Pemeriksaan Bayi Baru Lahir
  • Kajian Etik dan Medikolegal dari Do Not Resuscitate
    Kajian Etik dan Medikolegal dari Do Not Resuscitate
  • Pedoman 2018 Resusitasi Jantung Paru: Peranan Obat Antiaritmia
    Pedoman 2018 Resusitasi Jantung Paru: Peranan Obat Antiaritmia
  • Pemberian Epinefrin yang Aman dan Tepat pada Kasus Anafilaksis
    Pemberian Epinefrin yang Aman dan Tepat pada Kasus Anafilaksis
  • Keamanan Tindakan Intubasi pada Pasien COVID-19 dengan Gagal Napas
    Keamanan Tindakan Intubasi pada Pasien COVID-19 dengan Gagal Napas

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
dr. Hudiyati Agustini
28 hari yang lalu
Hukum dan ketentuan DNR di Indonesia - Kardiologi Ask the Expert
Oleh: dr. Hudiyati Agustini
1 Balasan
ALO dr. Badai SpJP, di Indonesia, bagaimana hukum dan ketentuan DNR pasien di RS? Apakah keluarga dapat memutuskan? Apakah ada perbedaan pada pasien COVID-19...
Anonymous
07 Mei 2022
Pemberian epinefrin saat anafilaktik dan Resusitasi neonatus anak
Oleh: Anonymous
8 Balasan
Selamat siang, Ijin bertanya dokter semua apakah ada perbedaan pemberian dosis epinefrin pd anafilaktik dan resus neonatus?
dr. Intan Fajriani
28 Maret 2022
Live Webinar : "Virtual Book 5/8 - Kupas Tuntas Gagal Jantung Kanan." Selasa, 29 Maret 2022. Pukul 19.00 - 22.00
Oleh: dr. Intan Fajriani
1 Balasan
Jangan lewatkan Live Webinar dengan topik, "Virtual Book 5/8 - Kupas Tuntas Gagal Jantung Kanan."Narasumber :dr. Estu Rudiktyo, Sp.JP (K) FIHAModerator :dr....

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.