Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • SKP
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Komplikasi Kateterisasi Uretra Pada Pria general_alomedika 2023-02-26T13:44:20+07:00 2023-02-26T13:44:20+07:00
Kateterisasi Uretra Pada Pria
  • Pendahuluan
  • Indikasi
  • Kontraindikasi
  • Teknik
  • Komplikasi
  • Edukasi Pasien
  • Pedoman Klinis

Komplikasi Kateterisasi Uretra Pada Pria

Oleh :
dr. Wendy Damar Aprilano
Share To Social Media:

Komplikasi kateterisasi uretra terbagi menjadi komplikasi yang mungkin terjadi selama pemasangan kateter, misalnya urin tidak dapat mengalir ke kantong urin, atau ruptur uretra yang bisa terjadi jika balon dikembangkan sebelum mencapai kandung kemih.

Selain itu, dapat juga terjadi komplikasi setelah kateter terpasang, misalnya striktur uretra, infeksi saluran kemih, dan gross hematuria. Beberapa risiko komplikasi yang mungkin terjadi selama pemasangan kateter uretra, antara lain:

  • Gangguan pada balon kateter, misalnya balon yang dikembangkan rusak atau pecah ketika sedang memasukan kateter, balon tidak mengembang setelah kateter telah terpasang, dan apabila balon dikembangkan sebelum mencapai kandung kemih, maka dapat terjadi perdarahan atau ruptur uretra

  • Gangguan aliran urin, misalnya urin berhenti mengalir ke dalam kantung urin dan aliran urin tersumbat, sehingga dokter harus mengganti kateter, kantung urin, atau keduanya
  • Risiko infeksi yang akan meningkat seiring bertambah lamanya penggunaan kateter
  • Spasme kandung kemih dapat terjadi ketika kateter sudah terpasang. Kondisi ini muncul ketika perasaan berkemih muncul dan dapat disertai rasa nyeri. Seringkali, urin akan keluar di luar selang kateter bila spasme muncul[4,13,14]

Komplikasi juga dapat terjadi 48 jam setelah pemasangan kateter. Bakteri akan mulai berkolonisasi di dalam kateter, sehingga memicu terjadinya infeksi. Komplikasi yang dapat timbul dapat berupa:

  • Masalah pada kateter, misalnya alergi terhadap bahan kateter, kebocoran urin, obstruksi kateter
  • Masalah pada uretra, misalnya striktur uretra, perforasi uretra, perdarahan
  • Infeksi pada saluran kemih, termasuk uretritis, sistitis, pielonefritis, bakteremia transien. Pada pria, infeksi saluran kemih dapat menyebabkan epididimitis atau orchitis.

  • Parafimosis yang disebabkan oleh kegagalan kulit preputium untuk kembali ke posisi awal setelah dilakukan pemasangan kateter

  • Masalah saluran kemih lainnya, misalnya batu saluran kemih, gross hematuria, inkontinensia urin dan kerusakan ginjal yang dapat terjadi pada penggunaan kateter uretra jangka panjang[1,2,5,13,14]

Antisipasi Komplikasi

Cara terbaik untuk mencegah komplikasi akibat kateterisasi uretra, adalah dengan tidak melakukan pemasangan kateter tanpa indikasi medis. Untuk mengatasi komplikasi pada pasien pasca pemasangan kateter, dapat dilakukan antisipasi sesuai komplikasi yang terjadi.

Obstruksi

Material yang dapat menyumbat kateter biasanya mengandung bakteri, glikokaliks, protein hingga endapan kristal. Pasien yang mengalami obstruksi, akan mengekskresikan kalsium, protein dan musin dalam jumlah yang lebih banyak. Irigasi dapat mencegah terjadinya obstruksi berulang. Apabila tetap terjadi obstruksi meski irigasi dilakukan, kateter harus diganti dengan yang baru.

Kebocoran Urin

Spasme kandung kemih, adalah penyebab yang sering kali menimbulkan kebocoran. Hal ini disebabkan karena tekanan yang dihasilkan oleh spasme kandung kemih akan mengurangi kapasitas irigasi kateter, sehingga menimbulkan kebocoran.

Kebocoran yang disebabkan oleh spasme tidak boleh diatasi dengan menggunakan kateter dengan diameter yang lebih besar. Pemberian antispasmodik, seperti hyoscine butylbromide, dapat secara efektif mengatasi spasme yang terjadi sehingga mengembalikan fungsi otot detrusor yang terganggu.

Kolonisasi dan Infeksi

Kateterisasi jangka panjang dapat menimbulkan kolonisasi bakteri dalam jangka waktu 6 minggu pemasangan. Namun, kejadian bakteriuria bukanlah indikasi pemberian antibiotik profilaksis, karena justru dapat meningkatkan risiko terjadinya resistensi antibiotik. Terapi antibiotik sebaiknya hanya diberikan pada pasien yang menunjukan gejala infeksi saluran kemih. Lama pemberian terapi antibiotik adalah selama 10 hari.[6]

Sebuah metaanalisis pada tahun 2019 menilai manfaat penggunaan larutan chlorhexidine 0,1% terhadap kejadian catheter-associated urinary tract infection (CAUTI). Hasil menunjukkan bahwa penggunaan larutan chlorhexidine untuk membersihkan meatus uretra sebelum pemasangan kateter tidak menurunkan kejadian CAUTI, bila dibandingkan dengan cairan non antiseptik.[9]

 

 

 

 

Direvisi oleh: dr. Livia Saputra

Referensi

1. Shlamovitz GZ. Urethral Catheterization in Men. Medscape. 2021. https://emedicine.medscape.com/article/80716-overview
2. Sobol J, Zieve D, et al. Urinary Catheters. Updated 2 Mei 2017. https://medlineplus.gov/ency/article/003981.htm.
4. Veluswarny AT, Thangavelu D, Shiel Jr WC. Foley Catheter. Updated 20 November 2017. https://www.emedicinehealth.com/foley_catheter/article_em.htm.
5. Department of Emergency Medicine University of Ottawa. Urinary Catheter Insertion. Updated 2003. http://www.med.uottawa.ca/procedures/ucath/.
6. Cravens DD and Zweig S. Urinary Catheter Management. Am Fam Physician. 15 Januari 2000: 61(2); p. 369-376. http://www.aafp.org/afp/2000/0115/p369.html.
9. Ungprasert P, Thamlikitkul V. Chlorhexidine for prevention of catheter-associated urinary tract infections: the totality of evidence. Lancet Infect Dis. 2019 Aug;19(8):808. doi: 10.1016/S1473-3099(19)30350-0.
13. Saint S, Trautner BW, Fowler KE, et al. A Multicenter Study of Patient-Reported Infectious and Noninfectious Complications Associated With Indwelling Urethral Catheters. JAMA Intern Med 2018; 178:1078.
14. Zhan C, Maria PP, Dym RJ. Intraperitoneal Urinary Bladder Perforation with Pneumoperitoneum in Association with Indwelling Foley Catheter Diagnosed in Emergency Department. J Emerg Med 2017; 53:e93.

Teknik Kateterisasi Uretra Pada ...
Edukasi Pasien Kateterisasi Uret...

Artikel Terkait

  • Tinjauan Ulang Golden Period pada Torsio Testis
    Tinjauan Ulang Golden Period pada Torsio Testis
  • Penggunaan Kateter Uretra Pasca Operasi Histerektomi Radikal
    Penggunaan Kateter Uretra Pasca Operasi Histerektomi Radikal
  • Solusi Masalah Kateterisasi Uretra secara Blind
    Solusi Masalah Kateterisasi Uretra secara Blind
  • Red Flag Retensi Urine
    Red Flag Retensi Urine
Diskusi Terkait
Anonymous
05 Januari 2023
Pemasangan kateter pada pasien kanker kandung kemih
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Izin bertanya, bila pasien dgn riw kanker kandung kemih lalu tidak kontrol rutin, datang dengan keluhan tidak bisa BAK, BAK hanya sedikit-sedikit, pada...
Anonymous
14 April 2022
Tanda bahaya retensi urine - Urologi Ask the Expert
Oleh: Anonymous
1 Balasan
ALO dr. Dian, Sp.UIzin bertanya, Dok. Untuk pasien retensi urine, apakah tanda-tanda bahaya yang menandakan pasien harus segera dirujuk ke dokter spesialis...
Anonymous
31 Maret 2022
Penyebab retensi urin jika prostat tidak teraba pada rectal toucher
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo dokter, izi bertanya pada pasien dengan retensio urin apakah dapat di sebabkan oleh BPH sementara pada rectal toucher tidak terdapat benjolan prostat .?

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.