Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • SKP Online
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit
  • Obat
  • Tindakan Medis
Kateterisasi Uretra (Pria) general_alomedika 2018-06-29T14:10:58+07:00 2018-06-29T14:10:58+07:00
Kateterisasi Uretra (Pria)
  • Pendahuluan
  • Indikasi
  • Kontraindikasi
  • Teknik
  • Komplikasi
  • Edukasi Pasien
  • Pedoman Klinis

Pendahuluan Kateterisasi Uretra (Pria)

Oleh :
dr. Wendy Damar Aprilano
Share To Social Media:

Kateterisasi uretra merupakan sebuah prosedur rutin yang dilakukan untuk mengeluarkan isi urin dalam kandung kemih secara langsung. Tindakan ini dilakukan untuk berbagai tujuan, baik untuk keperluan diagnostik (mencari etiologi dari gangguan sistem urin) atau terapi (untuk mengurangi retensi urin, dalam pengobatan tertentu, atau irigasi). Prosedur harus dikerjakan oleh tenaga medis, baik dokter maupun perawat. Pemasangan kateter juga dapat dilakukan segera bila diperlukan, dipasang dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama seperti saat prosedur operasi, atau dalam jangka panjang seperti pada kondisi retensi urin kronik. Prosedur ini dapat dilakukan pada semua usia, namun biasanya seringkali dilakukan pada pasien geriatri dengan penyakit kronis yang menyertainya. Berikut adalah beberapa hal yang menjadi tujuan dipasangnya kateter urin :

  • Inkontinensia urin (ketidakmampuan untuk mengontrol keluarnya urin) ketika terapi lain sudah tidak berhasil
  • Retensi urin (ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung kemih ketika diperlukan), misalnya pada kasus obstruksi (adanya perlukaan (striktur) atau pembesaran prostat) hingga kondisi kelemahan otot kandung kemih atau kerusakan saraf yang mengatur proses berkemih
  • Tindakan bedah terutama pada operasi prostat atau genital
  • Kondisi medis lainnya seperti multipel sklerosis, cedera spinal, hingga demensia
  • Untuk memasukan obat-obatan langsung ke kandung kemih, misalnya pemberian kemoterapi pada kanker kandung kemih
  • Monitoring produksi urin pada pasien dengan sakit berat atau pasien kecelakaan
  • Pengambilan sampel urin steril untuk keperluan pemeriksaan diagnostik
  • Studi radiodiagnostik pada traktus urinarius bagian bawah[1-4]

Pemasangan kateter biasanya menimbulkan rasa tidak nyaman, sehingga diperlukan gel anestetik pada saat prosedur dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri yang timbul. Pada awalnya, kateter yang sudah terpasang juga akan menimbulkan rasa tidak nyaman, namun seiring berjalannya waktu pasien akan terbiasa dan rasa tidak nyaman akan menghilang.[3]

Kateter yang digunakan untuk prosedur ini terdiri dari banyak ukuran, bahan dasar (misalnya lateks, silikon, hingga Teflon), dan jenis (straight tip, coude tip [ujung lebih kaku dan keras untuk mengatasi obstruksi uretra yang tidak bisa ditembus oleh kateter biasa], 3 way). Jenis yang sering digunakan adalah Kateter Foley yang terbuat dari plastik atau karet lembut, berbentuk tabung, yang dimasukan hingga mencapai kandung kemih untuk mengeluarkan urin. Ukuran kateter menggunakan satuan French, di mana 1 French sebanding dengan 1/3 dari 1 mm. Ukuran kateter bervariasi mulai dari 12 FR (kecil, atau sekitar 4 mm) hingga 48 FR (besar, atau sekitar 16 mm). Kateter terkecil yang sesuai biasanya adalah yang paling sering digunakan pada banyak kasus. Terdapat 3 macam tipe dari kateter yang dikenal, yaitu:

Sumber: Broome, Wikimedia commons, 2003. Sumber: Broome, Wikimedia commons, 2003.

Kateter Uretral Indwelling

Kateter tipe ini merupakan kateter yang dapat dipasang hingga ke dalam kandung kemih untuk jangka waktu singkat hingga jangka panjang. Kateter kemudian akan dihubungkan dengan kantung urin yang memiliki katup agar dapat dibuka jika kantung sudah penuh dan urin perlu dikeluarkan. Beberapa kantung dibuat untuk dapat dipasang di bagian pinggang atau paha pasien, sehingga dapat dibawa beraktivitas. Pemasangan kateter ini dapat melalui dua cara, di antaranya:

  • Kateter dimasukan ke dalam uretra, yaitu saluran yang menghubungkan kandung kemih dengan lingkungan luar tubuh sebagai jalur keluarnya urin
  • Beberapa kasus membuat pemasangan kateter dilakukan dengan melubangi perut bawah pasien sebagai akses memasukan kateter ke dalam kandung kemih.

Kateter indwelling memiliki balon kecil yang dapat dikembangkan di bagian ujungnya, yang berguna untuk menjaga kateter untuk tidak lepas dari tempatnya. Apabila kateter akan dilepaskan, maka balon ini dapat dikempiskan kembali. Terdapat beberapa variasi dan ukuran dari balon kateter, hingga tanpa balon sama sekali. Sebelum pemasangan sebaiknya dilakukan pemeriksaan apakah balon dapat mengembang dengan baik, tidak bocor, dan seberapa banyak volume air yang dibutuhkan untuk mengembangkan balon. Volume maksimal yang direkomendasikan untuk balon pada kateter dapat dilihat pada katup pengembang (biasanya sekitar 10 hingga 30 mL).

Kateter Kondom

Penggunaan kateter kondom biasanya diberikan pada pria dengan inkontinensia urin. Tidak ada tabung kateter yang dimasukan ke dalam penis, melainkan berbentuk seperti kondom yang hanya membungkus bagian luar batang penis. Selang penghubung berada di ujung kondom untuk disambungkan ke kantung urin. Kateter jenis ini harus diganti setiap hari.

Kateter Intermiten

Kateter ini digunakan pada kondisi-kondisi di saat kateter diperlukan sesekali saja atau tidak ingin menggunakan kantung urin. Kateter akan dimasukan hingga ke kandung kemih untuk irigasi urin, dan kemudian dilepas kembali. Hal ini dapat dilakukan sekali atau beberapa kali sehari. Frekuensinya tergantung pada kebutuhan pasien atau seberapa banyak urin harus dikeluarkan dari kandung kemih.[1-5]

Preferensi Jenis Kateter

Kebanyakan pasien lebih senang menggunakan kateter indwelling karena kenyamanan yang diberikan dan menghindari pengulangan pemasangan kateter seperti pada kateter intermiten. Namun demikian, penggunaan kateter indwelling memiliki risiko infeksi yang lebih besar dibandingkan tipe lainnya.

Referensi

3. Anonymous. Urinary Catheter. Updated 16 Maret 2017. Diunduh dari https://www.nhs.uk/conditions/urinary-catheters/.

Indikasi Kateterisasi Uretra (Pria)

Artikel Terkait

  • Penghambat Reseptor Alfa untuk Penanganan Batu Saluran Kemih
    Penghambat Reseptor Alfa untuk Penanganan Batu Saluran Kemih
  • Kolik Renal Mereda Bukan Tanda Hilangnya Batu Ginjal
    Kolik Renal Mereda Bukan Tanda Hilangnya Batu Ginjal
  • Penggunaan Antibiotik Profilaksis Pada Anak dengan Infeksi Saluran Kemih Berulang
    Penggunaan Antibiotik Profilaksis Pada Anak dengan Infeksi Saluran Kemih Berulang
  • Penggunaan Kateter Uretra Pasca Operasi Histerektomi Radikal
    Penggunaan Kateter Uretra Pasca Operasi Histerektomi Radikal
  • Solusi Masalah Kateterisasi Uretra secara Blind
    Solusi Masalah Kateterisasi Uretra secara Blind

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
Anonymous
14 April 2022
Tanda bahaya retensi urine - Urologi Ask the Expert
Oleh: Anonymous
1 Balasan
ALO dr. Dian, Sp.UIzin bertanya, Dok. Untuk pasien retensi urine, apakah tanda-tanda bahaya yang menandakan pasien harus segera dirujuk ke dokter spesialis...
Anonymous
31 Maret 2022
Penyebab retensi urin jika prostat tidak teraba pada rectal toucher
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo dokter, izi bertanya pada pasien dengan retensio urin apakah dapat di sebabkan oleh BPH sementara pada rectal toucher tidak terdapat benjolan prostat .?
Anonymous
28 Februari 2022
Antibiotik Profilaksis Paska Insersi Kateter Urine
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo Dokter.Izin bertanya soal pemberian ab profilaksis paska insersi dan removal kateter urin, apakah wajib diberikan?Kalau iya, drugs of choice nya apa dan...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.