Pendahuluan Ruptur Uretra
Ruptur uretra merupakan penyakit urologi berupa diskontinuitas jaringan pada uretra, baik parsial/inkomplit maupun komplit, yang umumnya disebabkan oleh trauma. Trauma yang menyebabkan ruptur uretra dapat disebabkan oleh trauma tumpul (misalnya akibat jatuh), fraktur pelvis, trauma tembus akibat tembakan, ataupun iatrogenik akibat pemasangan kateter ataupun pembedahan.
Ruptur uretra lebih sering terjadi pada laki-laki dibandingkan perempuan karena faktor anatomis. Uretra pada laki-laki lebih panjang, sementara uretra perempuan lebih pendek dan mobile tanpa perlekatan bermakna pada tulang pubis.[1,2]
Diagnosis ruptur uretra ditegakkan dengan baku emas uretrografi retrograde. Ekstravasasi dari cairan kontras menandakan lokasi ruptur. Mengingat ruptur uretra erat berhubungan dengan kejadian trauma seperti fraktur pelvis atau luka tembakan, pemeriksaan penunjang foto polos pelvis perlu dilakukan terlebih dahulu sebelum dilakukannya uretrografi retrograd, guna mendeteksi adanya fraktur ataupun benda asing (peluru atau batu). Hal ini dikarenakan pemberian kontras akan menghalangi visualisasi fraktur atau benda asing tersebut.[1]
Penatalaksanaan ruptur uretra tergantung dari lokasi ruptur (anterior atau posterior uretra pada laki-laki), jenis trauma yang mendasarinya (fraktur pelvis, luka tembak, atau benda asing), serta jenis ruptur uretra tersebut (parsial atau komplit). Secara umum, penatalaksanaan ruptur uretra parsial cukup dilakukan dengan pemasangan kateter uretra atau suprapubik. Penatalaksanaan ruptur uretra komplit membutuhkan realignment dari kedua ujung uretra yang terputus dengan kateter serta uretroplasti.[3,4]