Solusi Masalah Kateterisasi Uretra secara Blind

Oleh :
dr. Sonny Seputra, Sp.B, M.Ked.Klin, FINACS

Prosedur pemasangan kateter uretra yang umum dilakukan secara blind dapat menimbulkan masalah, mulai dari misdiagnosis kontraindikasi saat persiapan, kesulitan pemasangan, hingga masalah setelah pemasangan, misalnya nyeri atau urine tidak keluar. Diperlukan ketepatan pengetahuan akan indikasi dan kontraindikasi kateterisasi uretra, fungsi kateter sesuai jenis dan ukurannya, dan teknik pemasangan yang benar supaya dokter dapat mengatasi permasalahan yang terjadi terkait pemasangan kateter uretra.

Kateterisasi uretra rutin dilakukan secara blind, yaitu tanpa melihat secara langsung intralumen uretra. Prosedur ini merupakan tindakan yang memiliki risiko dan dapat menimbulkan masalah baru pada pasien bila tidak dilakukan dengan tepat. Terkadang meskipun sudah dilakukan dengan prosedur yang benar, pemasangan kateter uretra secara blind masih belum memberikan perbaikan keluhan seperti tidak keluarnya aliran urine, menyebabkan trauma pada uretra dan berisiko infeksi. Pada pasien laki-laki, pemasangan kateter bisa sulit, terutama pada pasien dengan pembesaran prostat jinak atau kondisi obstruksi lainnya di saluran kemih bagian bawah.[1]

shutterstock_378692491-min

Pemasangan kateter uretra secara blind yang dilakukan berulang kali dan tidak berhasil dapat menyebabkan stres dan rasa sakit bagi pasien, cedera pada uretra, potensial terjadi striktur uretra yang memerlukan rekonstruksi bedah, dan kateterisasi selanjutnya menjadi semakin sulit.

Pemasangan kateter uretra secara blind yang tidak tepat juga dapat secara signifikan meningkatkan biaya perawatan karena memanjangnya hari rawat inap dan tambahan biaya pembedahan.[1] Oleh karena itu, diperlukan pengetahuan dan solusi akan masalah yang timbul pada pemasangan kateter uretra secara blind, dengan harapan akan menurunkan angka komplikasi dan tidak menyebabkan kesulitan pada pemasangan kateter uretra berikutnya. Metode praktik terbaik untuk pemasangan kateter uretra secara blind dirangkum dalam ulasan ini.

Persiapan Pemasangan Kateter Uretra

Hal-hal yang perlu diperhatikan terkait persiapan pemasangan kateter uretra adalah status hidrasi pasien, misdiagnosis kontraindikasi pemasangan kateter serta pemilihan kateter yang tepat sesuai kondisi pasien.

Status Hidrasi Sebelum Pemasangan Kateter Uretra

Pada orang dewasa dengan kondisi hidrasi dan suhu normal, ginjal secara terus-menerus menyaring darah untuk menghasilkan 1 ml urine per menit, setara dengan 1500 ml urine per hari. Urine dari ginjal melalui ureter mengalir ke kandung kemih. Kapasitas kandung kemih bervariasi, pada orang dewasa biasanya dapat menampung 350-500 ml.

Sebelum pemasangan kateter, perlu diperhatikan status hidrasi pasien melalui pemeriksaan fisik. Bila pasien dehidrasi, maka produksi urine juga akan sedikit sehingga urine bisa tidak keluar ketika dilakukan pemasangan kateter uretra. Hal ini dapat menjebak dokter yang cenderung memikirkan adanya masalah dengan pemasangan kateter uretra jika urine tidak keluar padahal bisa jadi produksi urinenya memang sedikit karena status dehidrasi pasien.[2]

Misdiagnosis Kontraindikasi Pemasangan Kateter

Permasalahan berikutnya adalah misdiagnosis kontraindikasi dalam pemasangan kateter terkait ada tidaknya kontraindikasi absolut berupa cedera uretra.

Tanda-tanda kecurigaan cedera uretra adalah:

  • Adanya darah yang keluar dari meatus uretra eksterna (meatal blood)
  • Distensi buli dengan ketidakmampuan untuk mengeluarkan urine
  • Prostat yang teraba melayang (high-riding prostate) pada colok dubur

Walau demikian, perlu diingat bahwa tanda-tanda ini jarang dilaporkan dalam literatur dan tidak adanya tanda-tanda tersebut tidak dapat menyingkirkan diagnosis cedera uretra.

Penelitian terhadap 46 pasien oleh Shlamovitz dan McCullough menunjukkan bahwa tidak ada pasien dengan cedera uretra atau buli yang memiliki prostat yang teraba melayang. Prostat yang teraba melayang merupakan temuan klinis yang masih terus ditekankan meskipun sensitivitasnya rendah terhadap adanya cedera saluran kemih yang lebih rendah.[3,4]

Pemilihan Kateter Sesuai Kondisi Pasien

Berikutnya adalah pemilihan kateter berdasarkan jenis dan ukurannya sesuai kondisi pasien. Ukuran kateter menggunakan skala French (Fr), di mana 1 Fr sama dengan diameter 0,33 mm. Pada orang dewasa, umumnya digunakan kateter ukuran 16-18 Fr yaitu setara dengan diameter uretra 5,3-6 mm. Pada anak-anak dapat dipilih ukuran yang sesuai dengan diameter uretra. Pada kondisi striktur uretra, perlu digunakan ukuran yang lebih kecil (12-14 Fr) dan pada kondisi pembesaran prostat digunakan ukuran yang lebih besar (20-24 Fr) untuk menghindari kateter tertekuk saat melewati uretra pars prostatika. Untuk pasien gross hematuria diperlukan ukuran kateter yang lebih besar dan menggunakan kateter 3 lumen untuk irigasi dengan tujuan untuk mencegah penyumbatan lumen oleh bekuan darah.[1,5]

Solusi Permasalahan Saat Pemasangan Kateter Uretra

Berbagai kesulitan dapat terjadi saat pemasangan kateter uretra secara blind, antara lain kesulitan identifikasi meatus uretra eksterna pada wanita, kesulitan melewati bulbus uretra, kecurigaan striktur uretra, identifikasi cedera uretra. Permasalahan-permasalahan ini perlu ditangani dengan solusi yang benar.

Identifikasi Meatus Uretra Eksterna pada Wanita

Kesulitan menemukan meatus uretra eksterna pada pasien wanita terjadi oleh karena atrofi vagina yang menyebabkan retraksi meatus uretra. Solusinya adalah dengan memposisikan pasien secara litotomi dan menggunakan spekulum vagina untuk visualisasi lebih baik dari meatus uretra. Bila perlu, insersi kateter secara blind dapat dibantu dengan tuntunan jari kedua atau ketiga.[6]

Kesulitan Melewati Bulbus Uretra

Permasalahan lain adalah kesulitan melewati bulbus uretra saat pemasangan kateter Foley secara blind. Solusinya adalah dengan mencoba kembali memasang kateter Coudé dengan ukuran 18 Fr (untuk laki-laki dewasa). Kateter ini merupakan kateter Foley dengan ujung bentuk kurva.

Kateter Coudé memiliki keuntungan yaitu dapat melewati sudut akut uretra pars prostatika, sehingga ideal digunakan untuk kasus pembesaran prostat dan pasien yang cemas. Bila masih terjadi kegagalan, maka dicoba dengan pemasangan kateter silikon dengan ukuran 12 Fr. Kateter dengan ukuran 12 Fr memiliki kaliber yang lebih kecil dan dengan bahan silikon akan menambah kekakuan dan mengurangi risiko tekukan. Kateter silikon ini ideal untuk melalui striktur uretra dengan ukuran sedang dan kontraktur leher kandung kemih.[6]

Kecurigaan Striktur Uretra

Bila didapatkan kecurigaan striktur uretra pada saat pemasangan kateter uretra secara blind, yaitu berupa kegagalan insersi kateter berulang, maka diperlukan tindakan diversi urine dengan cara kateterisasi suprapubik. Selanjutnya pasien tetap harus menjalani endoskopi urologi untuk mencari kausa striktur. Striktur sendiri dapat disebabkan pasca operasi (misal prostatektomi terbuka yang menyebabkan kontraktur leher kandung kemih) maupun infeksi (misal uretritis gonococcal yang menyebabkan striktur uretra).[1,7]

Identifikasi dan Penanganan Cedera Uretra

Pengetahuan akan teknik pemasangan yang tepat sangat penting, karena kateterisasi yang gagal dapat menyebabkan cedera iatrogenik pada uretra. Bila kateter dipaksa melewati titik resistensi dapat menyebabkan cedera mulai dari robekan mukosa hingga perforasi, yang mana dapat menyebabkan infeksi dan striktur uretra. Lokasi cedera yang paling umum adalah uretra posterior dan bulbus uretra.

Cedera yang paling sering terjadi adalah false route, serta robekan jaringan mukosa dan submukosa yang disebabkan oleh inflasi balon pada posisi yang tidak tepat di uretra. Tanda awal bahwa cedera telah terjadi adalah adanya hematuria. Hematuria sendiri bila tidak ditangani dengan baik akan mempersulit prosedur endoskopi berikutnya yang mungkin diperlukan. Bila terjadi cedera uretra, maka diperlukan konsultasi dengan ahli urologi dan untuk sementara diversi urine dilakukan dengan pemasangan kateter suprapubik.[1,5]

Solusi Permasalahan Setelah Pemasangan Kateter Uretra

Berbagai masalah dapat timbul setelah pemasangan kateter uretra secara blind, antara lain urine tidak keluar, hematuria, nyeri, aliran urine yang sedikit terutama pada pasien dengan kondisi tertentu (pasca operasi pengangkatan prostat). Berbagai permasalahan tersebut perlu mendapat solusi yang tepat.

Urine Tidak Keluar ke Kantung Urine saat Pemasangan Kateter

Bila kateter uretra telah terpasang namun tidak ada urine yang keluar, solusinya adalah pastikan status hidrasi pasien cukup, tunggu aliran urine selama 5 menit. Palpasi buli secara gentle atau coba masukkan cairan salin normal untuk irigasi kateter dengan harapan sumbatan gel pada ujung kateter dapat terlepas. Bila urine tetap tidak keluar, disarankan untuk tidak melakukan inflasi balon kateter, sebab inflasi balon akan dapat menyebabkan cedera uretra bila balon tidak berada di buli.[1]

Selain itu, aliran urine yang tidak lancar dapat pula disebabkan oleh karena kesalahan posisi kesatuan unit kateter yang mana terdiri dari selang kateter dan kantung urine. Posisi selang kateter yang tertekan atau terbelit dan posisi kantung urine yang lebih tinggi dari buli akan menyebabkan aliran urine tidak lancar ke kantung urine. Solusinya adalah menata selang kateter pada posisi yang lurus dan kantung urine dengan ketinggian berada di bawah buli.[8]

Urine yang Keluar Bocor melalui Sela Kateter Urine

Bila ada kebocoran urine dari sela kateter urine, maka solusinya adalah cek selang kateter, apakah ada obstruksi seperti selang yang tertekan atau tertekuk yang menyebabkan tekanan pada daerah kebocoran. Bila tidak ada, maka dapat dicoba pelepasan kateter urine, mencari sumber obstruksi pada alat, misalnya adanya enkrustasi yang dapat dirasakan dengan palpasi selang kateter menggunakan sarung tangan dan dilihat dengan membelah selang kateter.[8]

Bila alat kateter tidak bermasalah, maka dapat dicoba pemasangan kateter ulang dengan ukuran yang lebih kecil untuk meminimalisasi iritasi. Bila tetap didapatkan kebocoran aliran urine setelah beberapa kali pemasangan kateter urine, maka dapat dipikirkan adanya batu saluran kemih sebagai penyebab obstruksi.

Dapat dilakukan pemeriksaan radiologis misalnya dengan CT stonografi untuk mencari adanya batu pada ginjal, ureter atau buli. Kecurigaan akan adanya batu buli dapat dilihat dari adanya pasir pada kantung urine dan/atau kateter terlepas saat balon kateter mengenai batu buli.[8]

Kateter Terlepas atau Tercabut

Bila kateter terlepas atau tercabut tanpa manipulasi, maka dapat dipikirkan kemungkinan adanya batu buli atau produk alat yang rusak. Solusinya adalah coba pemasangan ulang kateter uretra dengan alat yang baru. Bila tetap terlepas, maka lakukan konsultasi dengan ahli urologi untuk pertimbangan diversi urine melalui akses suprapubik.[8]

Hematuria Pasca Pemasangan Kateter Urine

Bila muncul hematuria, maka hal tersebut dapat terjadi oleh karena trauma laserasi pada mukosa saluran kemih, infeksi saluran kemih, batu atau keganasan saluran kemih. Solusinya adalah catat kualitas dan kuantitas hematuria yang ada, berikan kecukupan cairan sesuai jumlah kebutuhan cairan pasien, dan segera konsultasi pada ahli urologi terkait penyebab hematuria dan risiko clot pada selang kateter yang dapat menyebabkan buntunya selang kateter.

Pada pasien yang baru menjalani operasi urologi, misalnya transurethral resection of prostate (TURP), hematuria tentunya wajar terjadi. Lakukan irigasi untuk mencegah blokade kateter akibat bekuan darah.[8]

Nyeri Pasca Pemasangan Kateter

Selain itu, pasca pemasangan kateter juga dapat menyebabkan nyeri. Bila pasien mengeluh nyeri, maka coba dipastikan lagi apakah posisi balon sudah di buli. Posisi balon yang mengembang tidak sempurna di uretra dapat menyebabkan rasa nyeri. Bila terjadi, balon dikempiskan dan dilakukan pemasangan kateter uretra ulang. [1]

Bila nyeri terjadi dengan adanya warna urine yang keruh dan berbau, maka perlu dicurigai adanya infeksi saluran kemih sebagai penyebabnya. Solusinya adalah lakukan tes urine, cek kultur urine dan sensitivitas untuk pemberian antibiotika yang sesuai. Usahakan untuk melepas kateter jika mungkin atau mengganti dengan kateter baru di bawah penggunaan antibiotik. Berikan hidrasi cairan yang cukup pada pasien.[8]

Balon Kateter Tidak dapat Dikempiskan saat Pelepasan Kateter

Bila balon kateter tidak dapat dikempiskan pada saat pelepasan kateter, maka pertama-tama pastikan tidak ada tekanan pada port katup kateter. Port katup harus diaspirasi secara perlahan untuk mengempiskan balon secara spontan, bila diaspirasi terlalu cepat maka mekanisme katup ini akan kolaps. Bila tidak ada tekanan, maka dapat dicoba mengembangkan balon dengan tambahan air steril sebanyak 5 ml, kemudian balon dicoba dikempiskan kembali.

Bila balon tetap tidak dapat dikempiskan, dapat dicoba beberapa cara lain untuk mengempiskan balon, misalnya memotong sebagian kateter uretra, menusukkan guide wire di dalam jalur katup untuk mengembangkempiskan kateter, menusuk kateter di sepanjang jalur katup menggunakan jarum berukuran besar, atau pungsi balon secara transvaginal, transuretral, atau suprapubik.[8,11]

Output Urine Berkurang atau Berhenti pada Kateter Uretra yang Sudah Terpasang

Jika output urine berkurang atau berhenti, pastikan tidak ada kompresi pada kateter atau selang kantung urine, kantung urine terpasang dengan baik pada kateter, posisi kantung urine lebih rendah dari kandung kemih, serta pastikan kantung urine tidak menarik kateter uretra. Selain itu, pastikan pasien terhidrasi dengan baik serta menghindari kafein atau iritan kandung kemih lainnya.

Kesimpulan

Pemasangan kateter uretra secara rutin dilakukan secara blind. Berbagai masalah dapat muncul pada saat dan pasca pemasangan kateter uretra. Jebakan akan status hidrasi, misdiagnosis cedera uretra sebagai kontraindikasi, kesalahan pemilihan jenis dan ukuran kateter uretra, teknik pemasangan yang tidak tepat dapat menyebabkan kegagalan pemasangan kateter uretra secara blind bahkan dapat menyebabkan komplikasi seperti cedera pada saluran kemih.

Diperlukan pengetahuan akan status hidrasi, kontraindikasi, fungsi kateter sesuai jenis dan ukurannya, dan teknik pemasangan yang benar untuk mencegah risiko cedera uretra dan infeksi. Berbagai teknik dan tips perlu diketahui bila didapatkan kesulitan pada saat pemsangan kateter seperti kesulitan identifikasi meatus uretra eksterna pada wanita, kesulitan melalui bulbus uretra, kecurigaan struktur uretra, hingga identifikasi dan penanganan bila terjadi cedera pada uretra.

Masalah juga dapat timbul setelah pemasangan kateter uretra, misalnya urine tidak keluar, aliran urine yang tidak lancar, urine bocor melalui sela kateter, kateter terlepas atau tercabut, nyeri pasca pemasangan kateter, hematuria, hingga balon kateter yang tidak dapat dikempiskan. Lakukan pemeriksaan secara sistematis mulai dari memeriksa kondisi pasien (status hidrasi, nyeri, demam), memeriksa kateter (ada tidaknya kompresi kateter, koneksi kateter dengan kantung urine, ada tidaknya blokade), dan memeriksa kantong urine (ada tidaknya darah dan sedimen).

Referensi