Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Teknik Metode Penjahitan Kulit karyanti 2022-10-04T20:04:41+07:00 2022-10-04T20:04:41+07:00
Metode Penjahitan Kulit
  • Pendahuluan
  • Indikasi
  • Kontraindikasi
  • Teknik
  • Komplikasi
  • Edukasi Pasien
  • Pedoman Klinis

Teknik Metode Penjahitan Kulit

Oleh :
dr. Novita
Share To Social Media:

Teknik metode penjahitan kulit diawali dengan persiapan pasien, yang meliputi informed consent, alternatif lain selain penjahitan luka seperti penggunaan lem kulit/butterfly stitches, menanyakan apakah pasien memiliki riwayat alergi obat, dan penyakit penyerta seperti diabetes.[1,5]

Selanjutnya persiapan alat dilakukan dengan menyediakan sarung tangan steril, kit jahit, obat anestesi lokal seperti lidocaine dengan atau tanpa epinefrin, material dressing bila perlu (produk non-oklusif seperti gauze, dan semi-oklusif seperti foams, hidrogel, dan hidrokoloid). Madu juga dapat dimanfaatkan untuk dressing luka.

Selain itu, cairan desinfektan seperti povidone iodine/chlorhexidine, drapes steril, serta pencahayaan yang baik juga harus dipersiapkan sebelum prosedur. Pasien juga harus diposisikan sedemikian rupa agar nyaman dan mempermudah operator untuk melakukan tindakan, tergantung lokasi luka.[5,9]

Persiapan Pasien

Sebelum melakukan tindakan penjahitan luka, persiapan pasien yang perlu dilakukan yakni meliputi anamnesis menyeluruh mengenai cedera dan riwayat imunisasi, informed consent, serta penjelasan diperlukannya kontrol lebih lanjut untuk manajemen luka.

Anamnesis

Anamnesis pada pasien yang perlu dilakukan yakni mekanisme luka, penanganan awal yang sudah dilakukan pasien sebelum datang ke dokter, riwayat penyakit seperti diabetes mellitus tipe 2, serta status vaksinasi. Pastikan pasien tidak memiliki riwayat alergi sebelum menyuntikkan obat anestesi lokal, seperti lidocaine, maupun vaksin, seperti vaksin tetanus.

Pada saat menanyakan mengenai mekanisme luka, perlu dilakukan anamnesis mengenai:

  • Adanya jaringan yang hancur maupun hilang
  • Kontaminasi luka dan tingkat kontaminasi, termasuk pemberian odol, kecap, atau benda lainnya yang dapat meningkatkan risiko terjadinya infeksi
  • Lokasi cedera dan waktu kejadian cedera yang menimbulkan luka
  • Apakah terdapat luka penetrasi maupun kontaminasi benda asing[1,26]

Informed Consent

Lakukan informed consent pada pasien dan atau keluarga pasien mengenai tindakan yang akan dilakukan, tujuan, manfaat, risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi selama proses atau pasca tindakan penjahitan kulit. Pastikan pasien atau keluarga pasien menandatangani lembar persetujuan tindakan dan informed consent.[1,5]

Peralatan

Peralatan yang harus disiapkan untuk tindakan penjahitan kulit yakni sebagai berikut.

  • Alat pelindung diri (sarung tangan steril, apron, gown, dan masker)
  • Larutan povidone iodine 10% atau chlorhexidine 2% dan cairan salin normal (untuk irigasi luka ukuran >1 cm dan membersihkan luka)
  • Suture kit (needle holder, pinset chirurgis, gunting,benang jahit, needle) serta kassa steril

  • Sterile drapes
  • Material untuk dressing luka pasca jahitan, dapat menggunakan produk non-oklusif seperti gauze, dan semi-oklusif seperti foams, hidrogel, dan hidrokoloid.
  • Anestesi lokal, seperti lidocaine dengan atau tanpa epinefrin
  • Pencahayaan yang cukup yang mampu memberikan pandangan yang jelas bagi operator terhadap lapang operasi selama proses penjahitan luka[1,5,27,34]

Benang Jahit

Benang jahit memiliki beragam jenis dan karakteristik, dimana masing-masing jenis benang memiliki durasi ketahanan, kegunaan, dan daya absorpsi yang berbeda-beda. Karakteristik benang jahit yang ideal adalah steril, good handling, tidak memberikan reaksi (misalnya alergi) pada jaringan tubuh, ukuran sesuai dengan lokasi anatomi penjahitan, dan tidak mudah putus.[10]

Pemilihan jenis benang yang tepat sangat mempengaruhi hasil penyembuhan secara fungsional maupun kosmetik. Benang jahit dapat diklasifikasikan menjadi 2 yakni absorbable dan non-absorbable, kemudian subklasifikasi benang dibagi menjadi natural dan sintetis serta monofilamen dan multifilamen (braided).[10,11]

Absorbable dan Non-absorbable:

Benang absorbable dapat diabsorbsi oleh tubuh melalui proses degradasi enzimatik ataupun hidrolisis, sehingga digunakan untuk bagian tubuh yang lebih dalam, sehingga tidak perlu melepas jahitan. Benang absorbable biasanya bertahan sampai dengan 60 hari. Apabila digunakan pada lapisan superfisial, maka penyembuhan luka akan lebih menunjukkan skar, karena reaksi inflamasi.

Sedangkan benang non-absorbable tidak dapat diserap oleh tubuh sehingga harus dilakukan pengangkatan jahitan (durasi disesuaikan dengan lokasi anatomi penjahitan luka). Benang ini dapat digunakan pada lesi yang superfisial atau pada keadaan dimana penjahitan permanen diperlukan, seperti ligasi pembuluh darah dan repair tendon.[1,3,10,28]

Natural dan Sintetis:

Benang natural pada umumnya terbuat dari jaringan hewan yang dipurifikasi (biasanya kolagen), atau berasal dari purified animal serosa of bovine intestines. Akan tetapi, benang ini biasanya sering menimbulkan reaksi peradangan. Contoh benang natural adalah catgut untuk absorbable dan polypropylene untuk non absorbable.

Sedangkan benang sintetis terbuat dari polimer sintetik dan lebih jarang menimbulkan reaksi peradangan.Contoh benang sintetik adalah polyglactin (vicryl) untuk absorbable dan polyester untuk non absorbable.[1,10,28]

Monofilamen dan Multifilamen (Braided):

Benang monofilamen lebih resisten terhadap mikroorganisme, jarang menimbulkan reaksi inflamasi dan lebih mudah menembus jaringan kulit dibandingkan benang braided. Hal ini karena multifilamen memberikan friksi lebih banyak. Akan tetapi, dalam penggunaan benang monofilamen harus berhati-hati karena benang ini lebih mudah putus dan lebih banyak simpul yang harus dibuat.[1,10]

Contoh benang monofilamen adalah chromic gut untuk absorbable dan polypropylene (seperti Prolene TM) untuk non absorbable, sedangkan benang braided silk untuk non absorbable dan polyglactin (seperti Vicryl TM) untuk absorbable merupakan contoh benang multifilamen.[29]

Tabel 1. Contoh Jenis Benang

Jenis Absorbable Non-Absorbable
Monofilamen

Natural: Chromic catgut

Digunakan untuk ligasi pembuluh darah superfisial, atau memperbaiki jaringan secara cepat yang membutuhkan support minimal.

Natural: Nylon

Digunakan biasanya untuk penjahitan kulit, penutupan dinding abdomen, anastomosis vaskular.

Sintetik: Polidiakson, Polycaprone Glycolide, Polyglyconate

Digunakan untuk ligasi pembuluh darah, soft tissue approximation, penutupan subkutikuler (terutama pada kardiovaskular, ginekologi, mata, bedah plastik hingga digestif)

Sintetik : Polipropilen

Digunakan untuk penjahitan kulit.

Braided Natural : -

Natural : Silk

Digunakan untuk menutup dinding abdomen, sternum

Sintetik : Polyglactin, Polysorb

Digunakan untuk ligasi pembuluh darah, soft tissue approximation.

Sintetik : Poliester

Sumber: dr. Novita, 2022[1,5]

Jarum Jahit

Jarum penjahitan kulit dibagi menjadi dua jenis, yaitu jarum cutting dan jarum tapered. Selain itu, jarum penjahitan kulit juga memiliki berbagai ukuran, seperti 11 mm, 13 mm, dan 19 mm. Jarum cutting memiliki ujung berbentuk segitiga dan lebih runcing. Ujung yang tajam ini mempermudah jarum untuk menembus jaringan. Biasanya jenis ini digunakan pada penjahitan kulit.[10]

Sedangkan pada jarum tapered memiliki ujung yang lebih panjang dan lebih halus. Seringkali juga disebut jarum rounded. Jarum jenis ini dapat digunakan pada jaringan yang lebih lunak atau lebih rentan sehingga sering digunakan pada penjahitan pembuluh darah dan usus.[10]

Ukuran Jarum:

Ukuran jarum dipilih berdasarkan lokasi anatomis luka atau bagian yang akan dilakukan penjahitan. Variasi ukuran jarum adalah berdasarkan panjang dan diameternya dalam milimeter. Berikut adalah pemilihan jarum berdasarkan lokasi anatomi:

  • Jarum 3-0 atau 4-0 dapat digunakan untuk daerah batang tubuh (trunk) serta mukosa (seperti oral dan genitalia)
  • Jarum 4-0 atau 5-0 dapat digunakan untuk daerah ekstremitas dan skalp
  • Jarum 5-0 atau 6-0 memiliki ukuran yang relatif lebih kecil dan digunakan untuk bagian wajah[33]

Anestesi Lokal dan Epinefrin

Anestesi lokal pada penjahitan luka bisa menggunakan lidocaine 1% atau bupivacaine 0,25% dengan ditambah epinefrin untuk membantu vasokonstriksi pembuluh darah sehingga mengurangi pendarahan dan meningkatkan durasi anestesi. Pada luka yang kecil dan durasi penjahitan luka singkat, biasanya anestesi lokal dapat menggunakan lidocaine, sedangkan penggunaan bupivacaine direkomendasikan apabila durasi penjahitan luka membutuhkan waktu yang cukup lama.[12]

Dosis aman untuk anestesi lokal yakni, untuk lidokain tanpa epinefrin 4–4.5 mg/kgBB, sedangkan lidokain dengan epinefrin 7 mg/kgBB. Sedangkan dosis Bupivakain (dengan atau tanpa epinefrin hanya digunakan pada orang dewasa) yakni 175 mg dosis tunggal, atau dosis maksimal 400 mg per hari.[12]

Anestesi Lokal untuk Bayi dan Anak:

Anestesi lokal untuk bayi dan anak, selain dengan lidokain, dapat pula menggunakan krim lidocaine/prilocaine (EMLA), karena bayi dan anak kurang dapat mentoleransi injeksi. Cara pemberiannya adalah secara topikal, kemudian ditutup dengan dressing yang oklusif selama 1–4 jam (1 jam untuk neonatus) sebelum prosedur.[33]

Alergi Anestesi Lokal:

Pada pasien yang alergi bentuk amine yang terkandung dalam anestesi lokal, diphenhydramine 1% secara intradermal dapat diberikan. Cara pemberiannya adalah dengan mencampur terlebih dahulu diphenhydramine 1 ml (50 mg/ml) ke dalam salin normal yang steril sebanyak 4 ml. Hal ini dapat memberikan efek anestesi lokal.[33]

Persiapan Operator

Sebelum melakukan tindakan penjahitan, sebaiknya operatkan cuci tanor telah menggunakan APD (apron dan masker), dilanjutkan dengan melakukan tindakan cuci tangan 7 langkah, gunakan sarung tangan steril sesuai dengan ukuran dan gown steril (bila perlu). Penyesuaian ukuran sarung tangan steril adalah berdasarkan diameter telapak tangan dari samping ibu jari (antara jari I dan II) atau dari pangkal telapak tangan ke ujung jari tengah.[5,13,30,31]

cara mengukur sarung tangan

Gambar 1. Cara Mengukur Ukuran Sarung Tangan. Sumber: dr. Novita, 2022[30,31]

Ukuran sarung tangan berdasarkan diameter dari sisi lateral sela jari I dan II sampai sisi lateral tangan (samping jari kelingking) adalah sebagai berikut:

  • Diameter 15,2–17,8 cm, gunakan ukuran 6
  • Diameter 17,8–20,3 cm, gunakan Ukuran 6,5–7
  • Diameter 20,3–22,9 cm, gunakan ukuran 7,5–8
  • Diameter 22,9–25,4 cm, gunakan ukuran 8,5–9
  • Diameter 24,1 – 25,4 cm, gunakan ukuran 9,5–10
  • Diameter 25,4–27,9 cm, gunakan ukuran 10,5–11
  • Diameter ≥27,9 cm, gunakan ukuran 11[31]

Ukuran sarung tangan berdasarkan panjang pangkal telapak tangan sampai ujung jari tengah adalah sebagai berikut:

  • Panjang 16–17 cm, gunakan ukuran 6
  • Panjang 17,1–18,1 cm, gunakan ukuran 6,5–7
  • Panjang 18,2–19,1 cm, gunakan ukuran 7,5–8
  • Panjang 19,2–20,3 cm, gunakan ukuran 8,5–9
  • Panjang 20,4–21,4 cm, gunakan ukuran 9,5–10
  • Panjang ≥21,5 cm, gunakan ukuran 10,5–11[31]

Posisi Pasien

Posisi pasien saat tindakan penjahitan luka disesuaikan dengan lokasi luka. Namun, tetap pastikan pasien dalam posisi nyaman dan menghimbau pasien agar tidak menggerakkan bagian tubuh pada area yang dijahit. Selain itu, pada kondisi dimana diperkirakan durasi penjahitan diperkirakan akan lebih lama, perhatikan area tertentu yang berisiko tekanan dan berikan padding.[1]

Prosedural

Prosedur penjahitan luka diawali dengan tindakan asepsis, kemudian dilakukan penjahitan lapis demi lapis. Sebelum melakukan tindakan penjahitan luka, pastikan posisi pasien sudah tepat dan nyaman, peralatan sudah siap dan pencahayaan sudah cukup. Prosedur dari tindakan penjahitan luka yakni sebagai berikut:

  • Cuci tangan kemudian gunakan alat pelindung diri

  • Pada pasien trauma, irigasi luka ukuran >1 cm dilakukan terlebih dahulu dengan salin normal untuk membersihkan luka, menyingkirkan benda asing, dan mendilusi bakteri
  • Lakukan prosedur asepsis dan antisepsis pada area luka, cukur bulu pada area yang mau dijahit, kemudian dengan menggunakan kassa steril yang sudah diklem dan direndam dengan povidone iodine, lakukan gerakan sirkular mulai dari arah dalam ke luar pada area luka, lalu pasang sterile drapes

  • Lakukan tindakan anestesi lokal (dengan atau tanpa epinefrin) secara subkutan
  • Lakukan penjahitan luka dengan teknik dan indikasi sesuai. Pada luka yang dalam, lakukan penjahitan lapis demi lapis dan berikan drain untuk mencegah risiko hematoma dan infeksi.
  • Pastikan simpul tegangan saat penjahitan tidak terlalu kuat/lemah dan tepi luka harus dalam posisi sedikit tereversi agar terjadi aposisi pada lapisan dermis, mentoleransi retraksi saat pembentukan skar
  • Pada saat membuat simpul, buat 3 simpul untuk benang multifilamen dan 5 simpul untuk benang monofilamen
  • Setelah penjahitan, apabila diperlukan, tutup luka yang sudah dijahit dengan wound dressing, seperti gauze, foams, hidrogel, atau hidrokoloid[1,5,6,10-12,33,34]

Setelah prosedur di atas dilakukan, pastikan luka dalam kondisi bersih dan tidak basah dalam 48 jam, sehingga sebaiknya diberikan penutup dengan bahan waterproof. Berikan sedikit tekanan pada area yang dijahit selama 10 menit untuk meminimalisir pendarahan.[5,34]

Pada prinsipnya, pastikan posisi jarum tegak lurus dengan kulit (kecuali jahitan dengan teknik subkutikuler), lokasi penusukan jarum jahit sebaiknya selalu sama (dari segi jarak maupun kedalaman), dan pastikan untuk tidak merusak tepi luka (pegang batas luka menggunakan pinset).[1,5,6,10-12]

Irigasi luka sebaiknya dilakukan pada luka dengan panjang >1 cm, karena apabila irigasi dilakukan pada luka tusuk maka kotoran dan debris dapat semakin terdorong ke arah dalam luka.[34]

Teknik Penjahitan

Terdapat beberapa macam teknik penjahitan luka yang diterapkan, yaitu simple interrupted suture, simple running suture, matras horizontal dan vertikal, serta subkutikuler.[1,15]

Simple Interrupted Suture

Teknik simple interrupted suture merupakan teknik yang paling sederhana, tidak memakan waktu, dan secara kosmetik memberikan hasil yang cukup baik. Teknik simple interrupted suture sebaiknya dimulai dari tengah luka kemudian keluar dengan jarak antar jahitan sama. Teknik ini dapat dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut:

  1. Jarum dimasukkan dengan sudut 90o sekitar 1─2 mm dekat tepi luka hingga ke jaringan subkutan, atau dermis
  2. Arahkan jarum ke sisi luka yang berseberangan, menembus jaringan keluar ke arah permukaan kulit sisi yang berseberangan tersebut, memberikan hasil antara titik masuk dan titik keluar berjarak yang sama.
  3. Tembusan jarum kedalam jaringan dermis atau subkutan yang lebih dalam daripada jarak atau lebar kedua titik tersebut, akan memberikan “tepi eversi” pada permukaan jahitan, ini yang diinginkan
  4. Buat simpul, dan gunting sesudahnya
  5. Lakukan ulang penjahitan tersebut hingga luka tertutup, dan simpul ditempatkan pada sisi yang sama, maksudnya adalah apabila simpul pertama ada di sisi tepi kanan luka, maka simpul kedua, ketiga dan seterusnya juga berada pada sisi tepi kanan luka[1,9,12,33]

Simple Interrupted Suture

Gambar 1. Simple Interrupted Suture. Sumber: Shutterstock, 2022 dan Remesz O, Wikimedia Commons, 2007

Keuntungan teknik ini adalah proses tidak membutuhkan waktu yang lama dan dapat digunakan untuk menutup semua jenis luka. Selain itu, teknik ini tidak terlalu mencederai pembuluh darah pada area subkutan, dapat memberikan tekanan yang lebih kuat, serta tidak perlu untuk membuka seluruh jahitan bila didapatkan infeksi pada luka penjahitan.[1,12,23]

Teknik ini dapat digunakan bersamaan dengan benang absorbable untuk penjahitan pada area yang lebih dalam pada luka dalam yang membutuhkan penjahitan lapis demi lapis.[33]

Kelemahan teknik ini adalah kemungkinan terjadinya crosshatching (tampak seperti rel kereta api pada area bekas tusukan jarum jahit pada saat benang di lepas) serta ada kemungkinan terjadinya iskemia jaringan bila tekanan saat membuat simpul terlalu kuat.[1,12,23]

Simple Running Suture

Metode simple running suture hampir sama dengan teknik simple interrupted suture, hanya saja simpul dibuat pada jahitan pertama dan jahitan terakhir, sehingga jahitan berkesinambungan atau “uninterrupted”. Metode penjahitannya adalah sebagai berikut:

  • Jahitan pertama dimulai dengan simple suture pada salah satu ujung luka dan buat simpul
  • Lanjutkan dengan menusuk kulit pada bagian seberang sisi yang dibuat simpul menyilang sekitar 65o, lalu tusuk kembali bagian dermis sisi seberang, sehingga seperti membuat spiral
  • Kemudian diulangi sampai membuat serangkaian jahitan tanpa diikat atau digunting, antar jahitan harus dengan jarak yang sama
  • Pada jahitan paling akhir, buat loop untuk membentuk simpul[1,6]

Simple Running Suture

Gambar 2. Simple Running Suture. Sumber: Shutterstock, 2022 dan Alomedika, 2022

Teknik jahitan ini dapat digunakan pada luka yang cukup panjang dan tegangannya sudah diminimalisir oleh deep suture terlebih dahulu. Selain itu, teknik ini juga dapat digunakan untuk full thickness skin graft.[1]

Keuntungan teknik ini adalah proses tidak membutuhkan waktu yang lama, membantu hemostasis, skar yang lebih sedikit karena simpul lebih sedikit, dan reapproximation dari tepi luka cepat. Kelemahan teknik ini adalah kemungkinan terjadinya crosshatching, risiko luka mengalami wound dehiscence, dan kemungkinan terjadinya kerutan apabila luka berada pada kulit yang tipis. Selain itu, bila terjadi infeksi luka jahitan, maka jahitan harus dibuka semua.[1,6]

Matras Vertikal

Teknik matras vertikal memudahkan untuk membentuk tepi eversi saat penyatuan luka dengan penjahitan, meminimalisir dead space, dan tegangan pada sepanjang luka. Teknik penjahitan dapat menembus lebih dalam melalui lapisan dermal, atau bahkan subdermal. Simpul dibuat di permukaan kulit.[1,15]

Teknik matras vertikal adalah sebagai berikut:

  1. Masukkan jarum dengan sudut 90o sekitar 5 mm dekat tepi luka hingga ke jaringan subkutan, atau dermis, kemudian jarum diarahkan ke sisi luka yang berseberangan, menembus jaringan keluar ke arah permukaan kulit sisi yang berseberangan tersebut, memberikan hasil antara titik masuk dan titik keluar berjarak yang sama.
  2. Jarum kemudian dimasukkan kembali 1-3 mm dari tepi luka, dan jarum diarahkan ke sisi luka yang berseberangan, lalu diikat[1]

Matras Vertikal

Gambar 3. Matras Vertikal. Sumber: Shutterstock, 2022 dan Remesz O, Wikimedia Commons, 2007

Keuntungan teknik ini adalah untuk memaksimalkan eversi pada luka serta meminimalisir tekanan pada luka. Sedangkan kelemahan teknik ini adalah risiko crosshatching. Lepas jahitan sebaiknya dilakukan 5–7 hari setelah prosedur, untuk meminimalisir pembentukan skar.[1,6]

Matras Horizontal

Teknik ini memudahkan menutup luka yang memiliki perbedaan ketebalan jaringan. Penjahitannya menembus jaringan subkutan atau dermal terhadap sisi luka yang berseberangan. Teknik matras horizontal dilakukan dengan cara sebagai berikut:

  • Masukkan jarum dengan sudut 90o sekitar 5–10 mm dari tepi luka dengan kedalaman sampai dermis, kemudian jarum diarahkan ke sisi luka yang berseberangan (sejajar)
  • Tusukkan kembali jarum ke sisi yang sama sekitar 5–10 mm lateral, diakhiri dengan jarum kemudian diarahkan ke sisi luka yang berseberangan, lalu buat simpul[1,6]

Matras Horizontal

Gambar 4. Matras Horizontal. Sumber: Shutterstock, 2022 dan Remesz O, Wikimedia Commons, 2007

Keuntungan teknik ini adalah membantu meminimalkan tegangan jaringan sekitar luka sehingga meminimalisir wound dehiscence, menutup dead space dan membantu terbentuknya “tepi eversi” pada jahitan permukaan kulit. Kelemahannya adalah teknik ini dapat memberikan tarikan yang kuat pada jaringan, dan nekrosis pada tepi luka apabila tekanan dan ikatan pada jahitan terlalu kencang.[1,6,15]

Penjahitan Kulit Subkutikuler

Pada penjahitan kulit subkutikuler, benang dapat ditempatkan intra dermal, dengan cara simple atau metode running. Simpul dibuat dengan ditanam dengan teknik simple suture. Pada metode running, jahitan terakhir dapat dibuat tanpa simpul, tapi dengan melekatkan ujung benang pada permukaan kulit. Teknik ini mirip matras horizontal, bedanya tidak menembus kulit berkali-kali dan benang berkesinambungan menembus papil dermis dari satu sisi ke sisi berlawanan.[1,12]

teknik subkutikular

Gambar 5. Teknik Subkutikular. Sumber: Shutterstock, 2022 dan Remesz O, Wikimedia Commons, 2007

Penjahitan pada anak-anak sebaiknya menggunakan benang yang absorbable, sehingga tidak perlu ada pencabutan benang. Apabila jahitan direncanakan untuk terpasang lebih lama, maka jenis non-absorbable, seperti nylon lebih dipilih.[32]

Keuntungan teknik ini adalah meminimalisir tegangan pada tepi luka dan proses penyembuhan luka lebih baik dari segi kosmetik karena tidak menembus kulit. Kelemahan teknik ini adalah apabila tegangan pada jahitan terlalu kencang, area permukaan kulit dapat berkerut, dan proses penutupan luka tidak baik.[6,12]

Penutupan Luka

Setelah dilakukan penjahitan, bila diperlukan tutup dengan menggunakan wound dressing, seperti gauze, foams, hidrogel, atau hidrokoloid. Pastikan luka tetap dalam kondisi kering paling tidak 48 jam pasca penjahitan luka. Tidak semua pasien diberikan antibiotik oral maupun topikal pasca penjahitan luka.

Antibiotik profilaksis dapat diindikasikan pada luka yang berisiko tinggi terinfeksi, seperti luka yang terkontaminasi, luka tembus, trauma abdomen, fraktur multipel, laserasi yang lebih besar dari 5 cm, luka dengan kerusakan jaringan yang signifikan, serta luka pada lokasi anatomi berisiko tinggi seperti tangan atau kaki. Antibiotik dapat diberikan pula apabila saat pasien kontrol dan mengalami infeksi luka operasi, maka pasien layak untuk diberikan antibiotik.[11,14,40]

Follow up

Follow up pasien pasca penjahitan luka dilakukan saat prosedur, setelah prosedur, dan lebih dari 48 jam.

Saat Prosedur

Pada saat prosedur, pastikan bahwa luka tidak terkontaminasi benda asing terutama dekat pembuluh darah, saraf, dan sendi untuk mengurangi risiko infeksi sekunder. Selain itu, selalu pastikan bahwa tindakan dilakukan dengan menjaga sterilisasi area operasi untuk mengurangi risiko infeksi sekunder.[33]

Biasakan untuk sedikit melakukan eversi pada area yang dijahit, sehingga pada saat penyembuhan luka, retraksi oleh pembentukan skar akan ditoleransi. Adanya jaringan yang kemerahan, panas, nyeri dan berbau pada area sekitar luka merupakan tanda luka yang infeksi, sehingga sebaiknya tidak segera dilakukan penjahitan.[5,12,33]

Setelah Prosedur

Setelah prosedur penjahitan dilakukan, irigasi kembali area yang telah dijahit dengan normal salin kemudian keringkan dan bila diperlukan, berikan wound dressing. Hal yang perlu diperhatikan setelah prosedur adalah sebagai berikut:

  1. Pastikan luka dalam kondisi bersih dan tidak basah
  2. Nilai jaringan pada area yang dijahit, seperti baiknya aposisi, rembesan darah, dan adanya tanda infeksi
  3. Pastikan kondisi pasien pasca tindakan dalam kondisi sadar dan hemodinamik stabil
  4. Pastikan pasien tidak mengalami reaksi alergi akibat injeksi obat anestesi
  5. Nilai nyeri yang dialami pasien dengan visual analog scale (VAS)[5,12,33]

Tutup luka dengan penutup yang bersifat waterproof dan pastikan tidak basah dalam 48 jam pasca tindakan. Hal ini karena luka yang basah menghambat proses penyembuhan dan dapat menjadi media pertumbuhan bakteri.[5,17,33]

Pasien dapat membuka luka untuk perawatan luka sendiri dirumah setelah 48 jam. Minta pasien untuk memperhatikan area penjahitan, bila ada rembesan darah atau tanda infeksi, minta pasien untuk segera kontrol ke dokter.[17]

Lebih dari 48 Jam

Saat pasien datang kembali setelah 48 jam untuk melakukan follow up, tenaga kesehatan harus melakukan perawatan luka dan memperhatikan kembali adanya tanda infeksi serta proses penyembuhan luka. Tanda infeksi meliputi eritema pada area luka, nyeri, keluar pus pada area luka, bau tidak sedap, dan demam.[5,12,34]

Pada keadaan infeksi luka jahitan, sebaiknya lakukan penilaian area yang infeksi, lepas jahitan yang infeksi, lakukan debridement, dan irigasi.[17]

Pengangkatan Jahitan:

Pengangkatan jahitan dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa kondisi, seperti kondisi luka yang menutup tanpa infeksi sekunder, lokasi anatomis luka, usia dan penyakit komorbid. Pada umumnya, waktu pencabutan benang berdasarkan lokasi anatomis adalah sebagai berikut:

  • Area wajah 3-5 hari
  • Skalp dan ekstremitas atas 7-10 hari
  • Batang tubuh (trunk), ekstremitas inferior, telapak tangan dan kaki 10-14 hari
  • Palmar manus dan plantar pedis 14–21 hari[1,5,33]

Pada kondisi tertentu, seperti pasien lansia berusia >65 tahun, pasien dengan imunokompromais seperti HIV, dan perokok, sebaiknya pengangkatan jahitan ditunda beberapa hari. Hal ini karena proses penyembuhan luka mungkin akan lebih lama, sehingga mungkin dapat terjadi wound dehiscence. Penundaan ini tidak dilakukan pada area wajah karena berisiko pembentukan skar yang lebih jelas.[34]

 

 

Penulisan pertama oleh: dr. Riawati MMedPH

Referensi

1. Medscape. Suturing Techniques. 2020. https://emedicine.medscape.com/article/1824895-overview
3. Medscape. Dermatological Surgical Complications. 2018. https://emedicine.medscape.com/article/1128404-overview#a6
5. Oxford Medical Education. How To Suture. 2015. https://www.printfriendly.com/p/g/caAShK
6. Marsidi N, Vermeulen SAM, Horeman T, Genders RE. Measuring forces in suture techniques for wound closure. J Surgic Research. 2020; 255: 135-143
9. Choundary S, et al. Dermatologic Surgery: Step by Step. Miami (US): Blackwell Publishing; 2013. https://www.researchgate.net/publication/290838625_Suturing_Techniques?enrichId=rgreq-9d4aca474f914169f8ccdd8d85fcbb69-XXX&enrichSource=Y292ZXJQYWdlOzI5MDgzODYyNTtBUzoxMDY4OTg1OTIzNjk0NTk0QDE2MzE4Nzc1MTM4NTU%3D&el=1_x_3&_esc=publicationCoverPdf
10. Rose J, Tuma F. Sutures And Needles. StatPearls. NCBI. 2022.
11. Mubarak LA, Al-Haddab M. Cutaneous wound closure materials: an overview and update. J Cutan Aesthet Surg. 2013; 6(4): 178-188
12. Azmat CE, Council M. Wound Closure Techniques. StatPearls. NCBI. 2022.
13. World Health Organization. Hand Hygiene: Why, How, When?. 2022. https://www.afro.who.int/sites/default/files/pdf/Health%20topics/Hand_Hygiene_Why_How_and_When_Brochure.pdf
14. Norman g, Dumville JC, Mohapatra DP, et al. Antibiotics and antiseptics for surgical wounds healing by secondary intention. Cochrane Database Syst Rev. 2016; 3: CD011712
15. Oxford Medical Education. Sutuing Techniques. 2015. https://oxfordmedicaleducation.com/clinical-skills/procedures/suturing-techniques/
27. Newman RK, Mahdy H. Laceration. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK545166/
28. Radojković M, Stojković M, Golubović I, Sokolović D. The Influence Of Various Microenvironmental Factors On Biomechanical Features Of Different Suture Materials Used In Hepato-Pancreato-Biliary Surgery. Facta Universitatis, Series: Medicine and Biology. 2020:95. doi:10.22190/fumb190625015r
29. Taylor B, Bayat A. Basic plastic surgery techniques and principles: Choosing the right suture material. BMJ. 2003;326(Suppl S5):0305140. doi:10.1136/sbmj.0305140
30. Rudolph R, Chopra C, Van Etten S, Glaser D. An Unmet Need: Surgical Gloves with Variable Finger Lengths. Plast Reconstr Surg Glob Open. 2022 May 27;10(5):e4354. doi: 10.1097/GOX.0000000000004354. PMID: 35651888; PMCID: PMC9148695.
31. Health and Safety Executive (HSE). Glove sizes - measuring your hand. HSE, 2022. https://www.hse.gov.uk/skin/employ/glovesizes.htm
32. Streitz M. How To Repair a Laceration With a Subcuticular Running Suture - Injuries; Poisoning - MSD Manual Professional Edition. MSD Manual Professional Edition, 2022. https://www.msdmanuals.com/professional/injuries-poisoning/how-to-care-for-wounds-and-lacerations/how-to-repair-a-laceration-with-a-subcuticular-running-suture.
33. Forsch R. Essentials of Skin Laceration Repair. Am Fam Physician. 2008;78(8):945-951. https://www.aafp.org/pubs/afp/issues/2008/1015/p945.html.
34. Pregerson DB. Suturing and wound closure: how to achieve optimal healing. Primary Care, Consultant. 2007;47(12):1035-1046.
40. World Health Organization (WHO). Prevention and management of wound infection. WHO 2013. https://www.who.int/publications/i/item/prevention-and-management-of-wound-infection

Kontraindikasi Metode Penjahitan...
Komplikasi Metode Penjahitan Kulit

Artikel Terkait

  • Rasionalisasi Pemberian Antibiotik Profilaksis pada Luka
    Rasionalisasi Pemberian Antibiotik Profilaksis pada Luka
  • Prinsip Penatalaksanaan Luka Kronik
    Prinsip Penatalaksanaan Luka Kronik
  • Efektivitas Madu dalam Perawatan Luka
    Efektivitas Madu dalam Perawatan Luka
  • Pemilihan Benang Absorbable vs Non-Absorbable untuk Mendapatkan Bekas Luka yang Baik
    Pemilihan Benang Absorbable vs Non-Absorbable untuk Mendapatkan Bekas Luka yang Baik
  • Pentingnya Proses Penyembuhan Luka Lembab daripada Proses Kering
    Pentingnya Proses Penyembuhan Luka Lembab daripada Proses Kering

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
dr.Ciendy Shintya Alhadi
Dibalas 06 Mei 2025, 17:16
Tata Laksana Tersangkut Kail Pancing
Oleh: dr.Ciendy Shintya Alhadi
10 Balasan
Alo dokter. Saya menemui pasien datang ke IGD Puskesmas dengan keluhan kail pancing tersangkut di jari. Kondisi kail bersih. Dilakukan ekstraksi dengan...
Anonymous
Dibalas 21 April 2025, 17:52
Apa diagnosis dan mohon terapi pada pasien dengan luka yang bernanah dan gatal
Oleh: Anonymous
3 Balasan
Alo Dokter, Selamat pagi Mohon konsul pasien dengan luka di jari kaki, nanah, nyeri, gatal lebih dominanRiwayat pake salep aciclovir dari apotek namun luka...
Anonymous
Dibalas 07 April 2025, 09:36
Bagaimana menatalaksana jaringan nekrotik pada luka post kll yang diberi minyak tawon?
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo Dokter. Selamat malam dok, maaf saya izin bertanya. Kbtulan saya dpt oasien laki2 usia 20 tahun dengan luka post kll 1 minggu lalu kondisi seperti pada...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.