Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • SKP Online
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit
  • Obat
  • Tindakan Medis
Teknik Teknik Penjahitan Kulit karyanti 2018-07-12T10:31:58+07:00 2018-07-12T10:31:58+07:00
Teknik Penjahitan Kulit
  • Pendahuluan
  • Indikasi
  • Kontraindikasi
  • Teknik
  • Komplikasi
  • Edukasi Pasien
  • Pedoman Klinis

Teknik Teknik Penjahitan Kulit

Oleh :
dr. DrRiawati MMedPH
Share To Social Media:

Teknik penjahitan luka diawali dengan anestesi luka, kemudian dilanjutkan dengan pembersihan luka dari debris atau jaringan nekrotik.

Persiapan

Secara umum, informed consent diambil untuk melakukan prosedur ini. Anamnesis diambil secara tepat yang berhubungan dengan:

  • Kejadian luka, dan mekanismenya:

    • Apakah dalam luka terdapat benda asing
    • Apakah jaringan luka hancur/remuk akibat mekanisme tergilas, terhimpit
    • Apakah terjadi kontaminasi, dan berapa tingkatnya
    • Waktu dan lokasi terjadinya cedera tersebut

  • Faktor predisposisi yang dapat menghambat penyembuhan luka, seperti diabetes, imunosupresi, gangguan kolagen
  • Status vaksinasi terhadap tetanus
  • Status alergi terhadap antibiotik, anestesi, latex

Tergantung jenis luka, pasien dapat disediakan baju pengganti untuk dikenakan selama tindakan prosedur, seperti umumnya pada operasi mayor, atau bedah minor tertentu. Luka hendaknya dibersihkan dan disterilkan secara baik dan benar sebelum dilakukan tindakan, menggunakan antiseptik yang sesuai dan tepat, dengan mengingat efek samping, keuntungan yang lebih daripada risiko atau kerugiannya.

Anestesi

Pemberian obat anestetik disesuaikan dengan keadaan pasien, dan jenis luka. Sebelum dilakukan anestesi, penting untuk memeriksa fungsi bagian tubuh yang terkena cedera, beserta keadaan neurovaskularnya.

Setelah anestesi dilakukan, pemeriksaan fungsi bagian tubuh tersebut diulangi, disertai dengan eksplorasi terhadap kemungkinan adanya benda asing, atau cedera parsial lainnya.

Persiapan Operator

Sebelum melakukan penjahitan kulit, operator mencuci tangan sesuai prosedur medis. Segera setelah selesai pemeriksaan, handskoen dibuang secara benar. Cuci tangan lagi segera setelah tindakan selesai.

Peralatan

Instrumen penjahitan kulit ditempatkan dalam satu nampan tertutup, dengan perlakuan yang steril. Isi dari instrumen penjahitan kulit adalah handscoen steril, benang jahit, jarum penjahitan, needle holder, pinset anatomis, pinset sirurgis, gunting, peralatan desinfeksi, dan peralatan anestesi.

Benang Jahit

Benang jahit sintetis, dapat diabsorpsi tubuh sehingga tidak perlu angkat jahitan. Material benang jahitan tradisional terdahulu adalah catgut dan silk. Benang tradisional tersebut telah distandarisasi, dan bersama dengan benang sintetis terkini telah memberikan hasil estetik yang superior dalam penyembuhan luka.

Benang jahit memiliki beragam jenis, tipe, struktur, patron, bahan, ukuran, dimana masing-masing memiliki durasi ketahanan, dan daya absorpsi yang berbeda. Memilih benang yang tepat guna dan sesuai, memiliki kontribusi yang besar terhadap hasil penyembuhan secara fungsional dan kosmetik.

Karakteristik benang yang ideal adalah:

  • Memiliki ciri khas good handling

  • Tidak memberikan reaksi pada jaringan tubuh
  • Mudah disimpul dengan baik
  • Tidak mudah putus
  • Tidak melukai jaringan
  • Tidak bersifat elektrolitik
  • Tidak bersifat allergen
  • Ekonomis

Secara esensial, karakteristik benang semestinya:

  • Steril
  • Diameter dan ukuran yang sama
  • Mudah dibentuk, dan disimpul dengan baik
  • Tidak mudah putus secara keseragaman, baik dalam tipe, maupun ukurannya
  • Bebas iritan, sehingga tidak menimbulkan reaksi pada jaringan yang dilaluinya

Benang jahit dapat diklasifikasikan menjadi :

  • Natural dan Sintesis : Benang natural biasanya dibuat dari kolagen yang didapatkan dari traktus intestinal hewan mamalia, namun benang ini biasanya menimbulkan reaksi peradangan. Benang sintetis dibuat dari polimer sintetik dan lebih sedikit menimbulkan reaksi peradangan.
  • Monofilamen dan Multifilamen : Benang monofilamen lebih resisten terhadap mikroorganisme dan lebih mudah menembus jaringan kulit dibandingkan benang multifilamen. Namun penggunaannya harus berhati-hati karena benang monofilamen lebih mudah putus.
  • Absorbable dan Non-absorbable : Benang absorbable diabsorbsi tubuh melalui degradasi enzimatik ataupun hidrolisis. Sedangkan benang non-absorbable tidak dapat diserap tubuh sehingga harus dilakukan pengangkatan jahitan

Jenis benang jahit, diantaranya adalah :

  • Benang absorbable natural : kolagen, plain catgut, chromic catgut

  • Benang absorbable sintetik : vicryl, polysorb, polytrimethylen karbonat, dan monocryl
  • Benang non-absorbable natural : surgical silk, surgical cotton, surgical steel

  • Benang non-absorbable sintetik : nylon, poliester fiber, polybutester, dan prolene

Tabel 1 Karakteristik benang absorbable

Karakteristik Gut Vicryl Polytrimethylen karbonat
Koefisien friksi Tinggi Medium Rendah
Kekuatan simpul Lemah Medium Baik
Tensile strength Lemah Tinggi Tinggi
Reaktivitas terhadap jaringan Tinggi Rendah-sedang Rendah
Penggunaan Jaringan mukosa dan ligasi pembuluh darah Pada luka yang memerlukan penyokong dermis jangka pendek Pada luka yang memerlukan penyokong dermis jangka lama
Lainnya   Elastisitas rendah

Berwarna transparan atau violet

Berwarna transparan atau hijau

Tabel 2 Karakteristik benang non -absorbable

Karakteristik Silk Nylon monofilamen Nylon multifilamen Prolene
Koefisien friksi Tinggi Rendah Tinggi Sangat rendah
Kekuatan simpul Baik Lemah Baik Lemah
Tensile strength Lemah Tinggi Tinggi Sedang
Reaktivitas terhadap jaringan Tinggi Rendah Sedang Rendah
Penggunaan Jaringan mukosa, konjungtiva atau zona intertriginosa, untuk mengangkan atau retraksi jaringan Pada penjahitan perkutan Penggunaan minimal pada operasi dermatologi Pada penjahitan perkutan, dan penjahitan subkutikuler kontinyu
Lainnya Berwarna hitam Berwarna hitam, hijau, atau transparan Berwarna transparan atau hijau Berwarna biru atau transparan

Jarum Jahit

Jarum penjahitan kulit dibagi menjadi dua jenis, yaitu jarum cutting dan jarum tapered. Selain daripada itu, jarum penjahitan kulit juga memiliki berbagai ukuran, seperti 11 mm, 13 mm, dan 19 mm.

Jarum cutting memiliki ujung berbentuk segitiga dan lebih runcing. Ujung yang tajam ini mempermudah jarum menembus jaringan. Biasanya jenis ini digunakan pada penjahitan kulit.

Jarum tapered memiliki ujung yang lebih panjang dan lebih halus. Seringkali juga disebut jarum rounded. Jarum jenis ini tidak memberikan trauma pada jaringan sehingga sering digunakan pada penjahitan pembuluh darah dan usus.

Anestesi Lokal

Untuk anestesi lokal digunakan lidokain 1% yang dikombinasikan dengan epinefrin perbandingan 1:100000. Efek lidokain ini berdurasi sekitar 1─2 jam. Bersama dengan epinefrin, efek lidokain dapat mencapai durasi hingga 2─4 jam.

Akibat efek vasokonstriksi epinefrin, memberikan keuntungan:

  • Membantu anestesi sekitar luka agar dapat bertahan lebih lama
  • Meningkatkan hemostasis sekitar luka
  • Memperlambat absorpsi anestesi lidokain sehingga waktu melakukan prosedur dapat lebih lama

Sodium bikarbonat dapat ditambahkan kedalam campuran anestesi lokal tersebut diatas, untuk mengurangi rasa terbakar pada waktu infiltrasi suntikan dilakukan, namun fasilitas kesehatan yang mengadopsi praktik ini masih jarang di Indonesia.

Apabila prosedur hechting memerlukan waktu yang lebih lama, maka dapat menggunakan bupivakain, 0,25─0,5%, dengan atau tanpa epinefrin. Efek bupivakain berdurasi sekitar 4─8 jam. Bersama epinefrin, bupivakain memberikan efek anestesi yang panjang hingga 8─16 jam.

Dengan memperhatikan efek samping obat anestesi, hendaknya pemberian kepada pasien dengan memperhitungkan dosis sesuai berat badan, apakah pasien dalam keadaan hamil, menyusui, dan kepastian akan fungsi hepar dan ginjal dalam keadaan normal

Posisi Pasien

Tergantung letak luka, pasien dapat berbaring dengan posisi supine, dengan kedua lengan dan tangan diletakkan pada sisi tubuh. Posisikan pasien senyaman mungkin, dengan tidak mengesampingkan prosedur penjahitan luka

Prosedur

Hal terpenting yang mesti diperhatikan pada penjahitan kulit adalah penutupan yang benar pada tepi luka. Pada umumnya, penutupan luka yang superfisial dilakukan dengan teknik single-layer. Pada beberapa situasi, dimana luka lebih dalam, memerlukan beberapa lapis penjahitan dengan menggunakan jenis jarum dan benang yang sesuai. Perhatikan pada saat penutupan luka agar tidak terlalu kencang. Pastikan bahwa luka yang akan ditutup, tidak terdapat tunnelling, atau undermining, dan telah terjadi hemostasis secara benar.

Penjahitan Kulit Sederhana, atau Simple Interrupted Suture

Teknik ini merupakan teknik yang paling dasar dalam ilmu bedah penutupan luka dengan penjahitan. Jarum dimasukkan dengan sudut 90o sekitar 1─2 mm dekat tepi luka hingga ke jaringan subkutan, atau dermis. Kemudian jarum diarahkan ke sisi luka yang berseberangan, menembus jaringan keluar ke arah permukaan kulit sisi yang berseberangan tersebut, memberikan hasil antara titik masuk dan titik keluar berjarak yang sama. Tembusan jarum kedalam jaringan dermis/subkutan yang lebih dalam daripada jarak/lebar kedua titik tersebut, akan memberikan “tepi eversi” pada permukaan jahitan, ini yang diinginkan. Buat simpul, dan gunting sesudahnya. Lakukan ulang penjahitan tersebut hingga luka tertutup, dan simpul ditempatkan pada sisi yang sama

Keuntungan teknik ini adalah:

  • Tidak perlu waktu lama
  • Dapat digunakan untuk menutup semua jenis luka dengan hasil kosmetik yang memuaskan
  • Luka dibagi dua, untuk mencegah adanya kelebihan jaringan antar tepi luka

Jahitan menggunakan teknik ini dilakukan sedikit mungkin untuk mengurangi efek inflamasi terhadap bahan benang yang digunakan Jahitan tidak boleh terlalu kencang, tidak strangulasi, karena tepi luka hanya butuh saling menyentuh untuk dimulainya proses primer penyembuhan Jahitan yang terlalu kencang akan mengganggu peredaran darah, menimbulkan nekrosis, jaringan parut, dan secara kosmetik akan buruk. Disamping itu luka yang telah dijahit, bahkan dengan teknik yang baik sekalipun, akan menimbulkan edema, sehingga beberapa waktu sesudahnya, keadaaan jahitan dapat lebih tegang.

Simple Running Suture

Metode ini hampir sama dengan teknik simple suture, hanya tanpa simpul setelah jahitan yang pertama. Simpul dibuat pada jahitan pertama dan jahitan terakhir. Kecepatan melakukan teknik ini dengan baik dan benar, menunjukkan kualitas ketrampilan operatornya.

Keuntungan teknik ini:

  • Membantu hemostasis
  • Mengurangi kemungkinan masuknya air
  • Benang mudah untuk diangkat

Kerugian teknik ini adalah bila jahitan terlalu kencang, dapat menyebabkan strangulasi jaringan sekitar, termasuk pembuluh darah.

Matras Vertikal

Teknik ini memudahkan untuk membentuk “tepi eversi” jahitan pada permukaan kulit. Penjahitannya dapat menembus lebih dalam melalui lapisan dermal, atau bahkan subdermal. Simpul dibuat dipermukaan kulit

Keuntungan teknik ini:

  • Mengurangi dead space

  • Meminimalkan tegangan dalam daerah luka

Kerugian teknik ini adalah memerlukan waktu yang relatif lebih lama. Bila tidak trampil melakukan teknik ini, maka hasil akhir penjahitan, akan terbentuk “tepi inversi”, tegangan pada luka, dan meningkatkan risiko terbentuknya jaringan parut.

Matras Horizontal

Teknik ini memudahkan menutup luka yang memiliki perbedaan ketebalan jaringan. Penjahitannya menembus jaringan subkutan, atau dermal terhadap sisi luka yang berseberangan. Keuntungan teknik ini adalah:

  • Membantu meminimalkan tegangan jaringan sekitar luka
  • Menutup dead space

  • Mmebantu terbentuknya “tepi eversi” pada jahitan permukaan kulit

Kerugian teknik ini adalah dapat menimbulkan strangulasi jaringan sehingga terjadi hipoksia, nekrosis, dan perlambatan penyembuhan.

Penjahitan Kulit Subkutikular

Benang dapat ditempatkan intra dermal, dengan cara simple, atau metode running. Simpul dibuat dengan ditanam dengan teknik simple suture.

Pada metode running, jahitan terakhir dapat dibuat tanpa simpul, tapi dengan melekatkan ujung benang pada permukaan kulit.

Penjahitan pada anak-anak sebaiknya menggunakan benang yang absorbable, sehingga tidak perlu ada pencabutan benang.

Apabila jahitan direncanakan untuk terpasang lebih lama, maka jenis non-absorbable, seperti nylon lebih dipilih. Keuntungan teknik ini adalah :

  • Meminimalkan tegangan pada tepi luka
  • Metode running berguna untuk lebih memuaskan penyembuhan secara kosmetik

Follow up

Follow up dilakukan saat pelaksanaan, selesai, jangka waktu pendek, dan jangka waktu panjang setelah prosedur. Pada saat pelaksanaan prosedur, hal yang harus diawasi adalah :

  • Monitor terhadap kemungkinan timbulnya efek samping obat anestesi dari ringan hingga berat
  • Mengawasi keadaan umum dan kesadaran pasie

Setelah selesai prosedur, pengawasan dilakukan tergantung jenis luka dan kesulitannya. Observasi dapat terus dilanjutkan hingga sekitar beberapa jam. Tujuannya adalah:

  • Untuk memantau kemungkinan timbulnya reaksi lambat terhadap obat anestesi, seperti bengkak, gatal, eritema, atau kesulitan bernapas
  • Untuk mengawasi dan memastikan bahwa keadaan luka post tindakan dalam keadaan baik
  • Untuk memastikan keadaan umum dan kesadaran pasien baik pada saat dipulangkan

Untuk jangka waktu pendek setelah tindakan, follow up yang dilakukan adalah :

  • Merawat dan mengobservasi luka post tindakan, agar sembuh cepat, atau sesuai dengan perkiraan waktu yang telah ditetapkan
  • Memastikan luka yang sembuh memiliki kekuatan jaringan yang kembali senormal mungkin

Untuk jangka waktu panjang, pengawasan dilakukan untuk memastikan agar luka yang sembuh tidak terbentuk jaringan parut, atau seminimal mungkin.

Pengangkatan Benang

Pada saat dilakukan follow up mungkin perlu dilakukan pengangkatan benang setelah luka kering atau setengah kering. Pengangkatan benang dilakukan sesuai dengan jenis benang yang digunakan dan keadaan luka. Benang, semestinya diangkat sedini mungkin, untuk mencegah, atau meminimalkan reaksi benang, dan tanda bekas benang pada jaringan kulit. Namun demikian, benang tersebut hendaknya cukup waktu untuk menutup luka secara sempurna, agar luka tidak robek atau terbuka kembali sehingga dapat menimbulkan jaringan parut.

Secara umum, waktu pengangkatan benang non-absorbable biasanya 4─5 hari. Pada situasi tertentu, benang non-absorbable diangkat setelah 10─12 hari.

Secara khusus, berikut ini adalah waktu pengangkatan benang pada masing-masing bagian tubuh:

  • Jahitan benang pada wajah, atau telinga sekitar 5─7 hari
  • Jahitan benang pada kelopak mata, dapat diangkat antara 3─5 hari
  • Jahitan benang pada leher diangkat dalam 7 hari
  • Jahitan pada kepala dicabut sekitar 7─10 hari
  • Jahitan pada bagian tubuh yang memiliki banyak pergerakan, atau tegangan kulit yang tinggi, pengangkatannya dibiarkan agak lama, agar luka yang sembuh memiliki jaringan yang kuat.
  • Jahitan pada badan, dan ekstremitas dibiarkan tinggal hingga sekitar 10─14 hari

Referensi

1. Dennis, C., Sethu, S., Nayak, S., Mohan, L., Morsi, Y. Y., & Manivasagam, G. (2016). Suture materials - Current and emerging trends. J Biomed Mater Res A, 104(6), 1544-1559. doi: 10.1002/jbm.a.35683

2. Elmore, J. M., Smith, E. A., & Kirsch, A. J. (2007). Sutureless Circumcision Using 2-Octyl Cyanoacrylate (Dermabond): Appraisal After 18-Month Experience. Urology, 70(4), 803-806. doi: 10.1016/j.urology.2007.07.002

3. Jallali, N., Haji, A., & Watson, C. J. E. (2004). A Prospective Randomized Trial Comparing 2-Octyl Cyanoacrylate to Conventional Suturing in Closure of Laparoscopic Cholecystectomy Incisions [Abstract]. Journal of Laparoendoscopic & Advanced Surgical Techniques, 14(4), 209-211. doi: 10.1089/lap.2004.14.209

4. James, R. L., Alejandro-Rodriquez, M., Perez, E. A., & Mangel, J. (2015). 2-Octyl Cyanoacrylate Skin Adhesive for Topical Skin Incision Closure in Female Pelvic Surgery [Abstract]. Open Journal of Obstetrics and Gynecology, Vol.05(5), 6. doi: 10.4236/ojog.2015.55041

5. Kudur, M., Pai, S., Sripathi, H., & Prabhu, S. (2009). Sutures and suturing techniques in skin closure. Indian Journal of Dermatology, Venereology, and Leprology, 75(4), 425-434. doi: 10.4103/0378-6323.53155

6. Latham, J. L., & Martin, S. N. (2014). Infiltrative anesthesia in office practice. Am Fam Physician, 89(12), 956-962.

7. Murrmann, S. G., Markowitz, J. S., Gutterman, E. M., & Magee, G. (2010). Postoperative Outcomes Associated with Topical Skin Adhesives among Women Having Hysterectomies. Surgical Infections, 11(5), 441-447. doi: 10.1089/sur.2009.032

8. Reis Júnior, A. d., & Quinto, D. (2016). Digital block with or without the addition of epinephrine in the anesthetic solution. Revista Brasileira de Anestesiologia, 66, 63-71

9. Rubio, P. A. (1990). Use of adhesive tape for primary closure of surgical skin wounds. Int Surg, 75(3), 189-190

10. Semer, N. B. (2007). Local Anesthesia [Chapter 3], in the Practical Plastic Surgery for Nonsurgeons (pp. 29-44). USA: iUniverse, Inc. http://practicalplasticsurgery.org/docs/Practical_03.pdf

11. Van Haute, C., Tailly, T., Klockaerts, K., & Ringoir, Y. (2015). Sutureless circumcision using 2-Octyl cyanoacrylate results in more rapid and less painful procedures with excellent cosmetic satisfaction. Journal of Pediatric Urology, 11(3), 147.e141-147.e145. doi: 10.1016/j.jpurol.2015.02.013

Kontraindikasi Teknik Penjahitan...
Komplikasi Teknik Penjahitan Kulit

Artikel Terkait

  • Rasionalisasi Pemberian Antibiotik Profilaksis pada Luka
    Rasionalisasi Pemberian Antibiotik Profilaksis pada Luka
  • Perlu Tidaknya Antibiotik Topikal untuk Luka Tanpa Komplikasi
    Perlu Tidaknya Antibiotik Topikal untuk Luka Tanpa Komplikasi
  • Debridemen Luka Berkala pada Penatalaksanaan Luka Kronik
    Debridemen Luka Berkala pada Penatalaksanaan Luka Kronik
  • Prinsip Penatalaksanaan Luka Kronik
    Prinsip Penatalaksanaan Luka Kronik
  • Pemilihan Benang Absorbable vs Non-Absorbable untuk Mendapatkan Bekas Luka yang Baik
    Pemilihan Benang Absorbable vs Non-Absorbable untuk Mendapatkan Bekas Luka yang Baik

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
Anonymous
3 hari yang lalu
Wound dehiscence post sectio caesarean
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dokter. Izin konsultasi dok. Saya dapat pasien post SC dan buka jahitan hari kamis. Di H-3 post buka jahitan itu luka nya ada yg terbuka + pus dok....
dr.Khairunisa Sinulingga
18 April 2022
Pasien anak usia 4 tahun dengan vulnus laseratum di dagu
Oleh: dr.Khairunisa Sinulingga
2 Balasan
Alo dokter. Pasien saya anak 4 tahun dengan vulnus laseratum di dagu ukuran 3x0,5 cm, dasar subkutis, perdarahan sudah terkontrol.Saat akan dibisu dan...
Anonymous
06 April 2022
Debridement luka kronis - Bedah Ask the Expert
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dr. Sonny, Sp.BMohon bertanya dok. Untuk pasien dengan luka kronis seperti ulkus diabetikum, sebenarnya seberapa sering ya dok debridement perlu...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.