Teknik Teknik Penjahitan Kulit
Teknik penjahitan luka diawali dengan anestesi luka, kemudian dilanjutkan dengan pembersihan luka dari debris atau jaringan nekrotik.
Persiapan
Secara umum, informed consent diambil untuk melakukan prosedur ini. Anamnesis diambil secara tepat yang berhubungan dengan:
- Kejadian luka, dan mekanismenya:
- Apakah dalam luka terdapat benda asing
- Apakah jaringan luka hancur/remuk akibat mekanisme tergilas, terhimpit
- Apakah terjadi kontaminasi, dan berapa tingkatnya
- Waktu dan lokasi terjadinya cedera tersebut
- Faktor predisposisi yang dapat menghambat penyembuhan luka, seperti diabetes, imunosupresi, gangguan kolagen
- Status vaksinasi terhadap tetanus
- Status alergi terhadap antibiotik, anestesi, latex
Tergantung jenis luka, pasien dapat disediakan baju pengganti untuk dikenakan selama tindakan prosedur, seperti umumnya pada operasi mayor, atau bedah minor tertentu. Luka hendaknya dibersihkan dan disterilkan secara baik dan benar sebelum dilakukan tindakan, menggunakan antiseptik yang sesuai dan tepat, dengan mengingat efek samping, keuntungan yang lebih daripada risiko atau kerugiannya.
Anestesi
Pemberian obat anestetik disesuaikan dengan keadaan pasien, dan jenis luka. Sebelum dilakukan anestesi, penting untuk memeriksa fungsi bagian tubuh yang terkena cedera, beserta keadaan neurovaskularnya.
Setelah anestesi dilakukan, pemeriksaan fungsi bagian tubuh tersebut diulangi, disertai dengan eksplorasi terhadap kemungkinan adanya benda asing, atau cedera parsial lainnya.
Persiapan Operator
Sebelum melakukan penjahitan kulit, operator mencuci tangan sesuai prosedur medis. Segera setelah selesai pemeriksaan, handskoen dibuang secara benar. Cuci tangan lagi segera setelah tindakan selesai.
Peralatan
Instrumen penjahitan kulit ditempatkan dalam satu nampan tertutup, dengan perlakuan yang steril. Isi dari instrumen penjahitan kulit adalah handscoen steril, benang jahit, jarum penjahitan, needle holder, pinset anatomis, pinset sirurgis, gunting, peralatan desinfeksi, dan peralatan anestesi.
Benang Jahit
Benang jahit sintetis, dapat diabsorpsi tubuh sehingga tidak perlu angkat jahitan. Material benang jahitan tradisional terdahulu adalah catgut dan silk. Benang tradisional tersebut telah distandarisasi, dan bersama dengan benang sintetis terkini telah memberikan hasil estetik yang superior dalam penyembuhan luka.
Benang jahit memiliki beragam jenis, tipe, struktur, patron, bahan, ukuran, dimana masing-masing memiliki durasi ketahanan, dan daya absorpsi yang berbeda. Memilih benang yang tepat guna dan sesuai, memiliki kontribusi yang besar terhadap hasil penyembuhan secara fungsional dan kosmetik.
Karakteristik benang yang ideal adalah:
- Memiliki ciri khas good handling
- Tidak memberikan reaksi pada jaringan tubuh
- Mudah disimpul dengan baik
- Tidak mudah putus
- Tidak melukai jaringan
- Tidak bersifat elektrolitik
- Tidak bersifat allergen
- Ekonomis
Secara esensial, karakteristik benang semestinya:
- Steril
- Diameter dan ukuran yang sama
- Mudah dibentuk, dan disimpul dengan baik
- Tidak mudah putus secara keseragaman, baik dalam tipe, maupun ukurannya
- Bebas iritan, sehingga tidak menimbulkan reaksi pada jaringan yang dilaluinya
Benang jahit dapat diklasifikasikan menjadi :
- Natural dan Sintesis : Benang natural biasanya dibuat dari kolagen yang didapatkan dari traktus intestinal hewan mamalia, namun benang ini biasanya menimbulkan reaksi peradangan. Benang sintetis dibuat dari polimer sintetik dan lebih sedikit menimbulkan reaksi peradangan.
- Monofilamen dan Multifilamen : Benang monofilamen lebih resisten terhadap mikroorganisme dan lebih mudah menembus jaringan kulit dibandingkan benang multifilamen. Namun penggunaannya harus berhati-hati karena benang monofilamen lebih mudah putus.
Absorbable dan Non-absorbable : Benang absorbable diabsorbsi tubuh melalui degradasi enzimatik ataupun hidrolisis. Sedangkan benang non-absorbable tidak dapat diserap tubuh sehingga harus dilakukan pengangkatan jahitan
Jenis benang jahit, diantaranya adalah :
- Benang absorbable natural : kolagen, plain catgut, chromic catgut
- Benang absorbable sintetik : vicryl, polysorb, polytrimethylen karbonat, dan monocryl
- Benang non-absorbable natural : surgical silk, surgical cotton, surgical steel
- Benang non-absorbable sintetik : nylon, poliester fiber, polybutester, dan prolene
Tabel 1 Karakteristik benang absorbable
Karakteristik | Gut | Vicryl | Polytrimethylen karbonat |
Koefisien friksi | Tinggi | Medium | Rendah |
Kekuatan simpul | Lemah | Medium | Baik |
Tensile strength | Lemah | Tinggi | Tinggi |
Reaktivitas terhadap jaringan | Tinggi | Rendah-sedang | Rendah |
Penggunaan | Jaringan mukosa dan ligasi pembuluh darah | Pada luka yang memerlukan penyokong dermis jangka pendek | Pada luka yang memerlukan penyokong dermis jangka lama |
Lainnya | Elastisitas rendah Berwarna transparan atau violet | Berwarna transparan atau hijau |
Tabel 2 Karakteristik benang non -absorbable
Karakteristik | Silk | Nylon monofilamen | Nylon multifilamen | Prolene |
Koefisien friksi | Tinggi | Rendah | Tinggi | Sangat rendah |
Kekuatan simpul | Baik | Lemah | Baik | Lemah |
Tensile strength | Lemah | Tinggi | Tinggi | Sedang |
Reaktivitas terhadap jaringan | Tinggi | Rendah | Sedang | Rendah |
Penggunaan | Jaringan mukosa, konjungtiva atau zona intertriginosa, untuk mengangkan atau retraksi jaringan | Pada penjahitan perkutan | Penggunaan minimal pada operasi dermatologi | Pada penjahitan perkutan, dan penjahitan subkutikuler kontinyu |
Lainnya | Berwarna hitam | Berwarna hitam, hijau, atau transparan | Berwarna transparan atau hijau | Berwarna biru atau transparan |
Jarum Jahit
Jarum penjahitan kulit dibagi menjadi dua jenis, yaitu jarum cutting dan jarum tapered. Selain daripada itu, jarum penjahitan kulit juga memiliki berbagai ukuran, seperti 11 mm, 13 mm, dan 19 mm.
Jarum cutting memiliki ujung berbentuk segitiga dan lebih runcing. Ujung yang tajam ini mempermudah jarum menembus jaringan. Biasanya jenis ini digunakan pada penjahitan kulit.
Jarum tapered memiliki ujung yang lebih panjang dan lebih halus. Seringkali juga disebut jarum rounded. Jarum jenis ini tidak memberikan trauma pada jaringan sehingga sering digunakan pada penjahitan pembuluh darah dan usus.
Anestesi Lokal
Untuk anestesi lokal digunakan lidokain 1% yang dikombinasikan dengan epinefrin perbandingan 1:100000. Efek lidokain ini berdurasi sekitar 1─2 jam. Bersama dengan epinefrin, efek lidokain dapat mencapai durasi hingga 2─4 jam.
Akibat efek vasokonstriksi epinefrin, memberikan keuntungan:
- Membantu anestesi sekitar luka agar dapat bertahan lebih lama
- Meningkatkan hemostasis sekitar luka
- Memperlambat absorpsi anestesi lidokain sehingga waktu melakukan prosedur dapat lebih lama
Sodium bikarbonat dapat ditambahkan kedalam campuran anestesi lokal tersebut diatas, untuk mengurangi rasa terbakar pada waktu infiltrasi suntikan dilakukan, namun fasilitas kesehatan yang mengadopsi praktik ini masih jarang di Indonesia.
Apabila prosedur hechting memerlukan waktu yang lebih lama, maka dapat menggunakan bupivakain, 0,25─0,5%, dengan atau tanpa epinefrin. Efek bupivakain berdurasi sekitar 4─8 jam. Bersama epinefrin, bupivakain memberikan efek anestesi yang panjang hingga 8─16 jam.
Dengan memperhatikan efek samping obat anestesi, hendaknya pemberian kepada pasien dengan memperhitungkan dosis sesuai berat badan, apakah pasien dalam keadaan hamil, menyusui, dan kepastian akan fungsi hepar dan ginjal dalam keadaan normal
Posisi Pasien
Tergantung letak luka, pasien dapat berbaring dengan posisi supine, dengan kedua lengan dan tangan diletakkan pada sisi tubuh. Posisikan pasien senyaman mungkin, dengan tidak mengesampingkan prosedur penjahitan luka
Prosedur
Hal terpenting yang mesti diperhatikan pada penjahitan kulit adalah penutupan yang benar pada tepi luka. Pada umumnya, penutupan luka yang superfisial dilakukan dengan teknik single-layer. Pada beberapa situasi, dimana luka lebih dalam, memerlukan beberapa lapis penjahitan dengan menggunakan jenis jarum dan benang yang sesuai. Perhatikan pada saat penutupan luka agar tidak terlalu kencang. Pastikan bahwa luka yang akan ditutup, tidak terdapat tunnelling, atau undermining, dan telah terjadi hemostasis secara benar.
Penjahitan Kulit Sederhana, atau Simple Interrupted Suture
Teknik ini merupakan teknik yang paling dasar dalam ilmu bedah penutupan luka dengan penjahitan. Jarum dimasukkan dengan sudut 90o sekitar 1─2 mm dekat tepi luka hingga ke jaringan subkutan, atau dermis. Kemudian jarum diarahkan ke sisi luka yang berseberangan, menembus jaringan keluar ke arah permukaan kulit sisi yang berseberangan tersebut, memberikan hasil antara titik masuk dan titik keluar berjarak yang sama. Tembusan jarum kedalam jaringan dermis/subkutan yang lebih dalam daripada jarak/lebar kedua titik tersebut, akan memberikan “tepi eversi” pada permukaan jahitan, ini yang diinginkan. Buat simpul, dan gunting sesudahnya. Lakukan ulang penjahitan tersebut hingga luka tertutup, dan simpul ditempatkan pada sisi yang sama
Keuntungan teknik ini adalah:
- Tidak perlu waktu lama
- Dapat digunakan untuk menutup semua jenis luka dengan hasil kosmetik yang memuaskan
- Luka dibagi dua, untuk mencegah adanya kelebihan jaringan antar tepi luka
Jahitan menggunakan teknik ini dilakukan sedikit mungkin untuk mengurangi efek inflamasi terhadap bahan benang yang digunakan Jahitan tidak boleh terlalu kencang, tidak strangulasi, karena tepi luka hanya butuh saling menyentuh untuk dimulainya proses primer penyembuhan Jahitan yang terlalu kencang akan mengganggu peredaran darah, menimbulkan nekrosis, jaringan parut, dan secara kosmetik akan buruk. Disamping itu luka yang telah dijahit, bahkan dengan teknik yang baik sekalipun, akan menimbulkan edema, sehingga beberapa waktu sesudahnya, keadaaan jahitan dapat lebih tegang.
Simple Running Suture
Metode ini hampir sama dengan teknik simple suture, hanya tanpa simpul setelah jahitan yang pertama. Simpul dibuat pada jahitan pertama dan jahitan terakhir. Kecepatan melakukan teknik ini dengan baik dan benar, menunjukkan kualitas ketrampilan operatornya.
Keuntungan teknik ini:
- Membantu hemostasis
- Mengurangi kemungkinan masuknya air
- Benang mudah untuk diangkat
Kerugian teknik ini adalah bila jahitan terlalu kencang, dapat menyebabkan strangulasi jaringan sekitar, termasuk pembuluh darah.
Matras Vertikal
Teknik ini memudahkan untuk membentuk “tepi eversi” jahitan pada permukaan kulit. Penjahitannya dapat menembus lebih dalam melalui lapisan dermal, atau bahkan subdermal. Simpul dibuat dipermukaan kulit
Keuntungan teknik ini:
- Mengurangi dead space
- Meminimalkan tegangan dalam daerah luka
Kerugian teknik ini adalah memerlukan waktu yang relatif lebih lama. Bila tidak trampil melakukan teknik ini, maka hasil akhir penjahitan, akan terbentuk “tepi inversi”, tegangan pada luka, dan meningkatkan risiko terbentuknya jaringan parut.
Matras Horizontal
Teknik ini memudahkan menutup luka yang memiliki perbedaan ketebalan jaringan. Penjahitannya menembus jaringan subkutan, atau dermal terhadap sisi luka yang berseberangan. Keuntungan teknik ini adalah:
- Membantu meminimalkan tegangan jaringan sekitar luka
- Menutup dead space
- Mmebantu terbentuknya “tepi eversi” pada jahitan permukaan kulit
Kerugian teknik ini adalah dapat menimbulkan strangulasi jaringan sehingga terjadi hipoksia, nekrosis, dan perlambatan penyembuhan.
Penjahitan Kulit Subkutikular
Benang dapat ditempatkan intra dermal, dengan cara simple, atau metode running. Simpul dibuat dengan ditanam dengan teknik simple suture.
Pada metode running, jahitan terakhir dapat dibuat tanpa simpul, tapi dengan melekatkan ujung benang pada permukaan kulit.
Penjahitan pada anak-anak sebaiknya menggunakan benang yang absorbable, sehingga tidak perlu ada pencabutan benang.
Apabila jahitan direncanakan untuk terpasang lebih lama, maka jenis non-absorbable, seperti nylon lebih dipilih. Keuntungan teknik ini adalah :
- Meminimalkan tegangan pada tepi luka
- Metode running berguna untuk lebih memuaskan penyembuhan secara kosmetik
Follow up
Follow up dilakukan saat pelaksanaan, selesai, jangka waktu pendek, dan jangka waktu panjang setelah prosedur. Pada saat pelaksanaan prosedur, hal yang harus diawasi adalah :
- Monitor terhadap kemungkinan timbulnya efek samping obat anestesi dari ringan hingga berat
- Mengawasi keadaan umum dan kesadaran pasie
Setelah selesai prosedur, pengawasan dilakukan tergantung jenis luka dan kesulitannya. Observasi dapat terus dilanjutkan hingga sekitar beberapa jam. Tujuannya adalah:
- Untuk memantau kemungkinan timbulnya reaksi lambat terhadap obat anestesi, seperti bengkak, gatal, eritema, atau kesulitan bernapas
- Untuk mengawasi dan memastikan bahwa keadaan luka post tindakan dalam keadaan baik
- Untuk memastikan keadaan umum dan kesadaran pasien baik pada saat dipulangkan
Untuk jangka waktu pendek setelah tindakan, follow up yang dilakukan adalah :
- Merawat dan mengobservasi luka post tindakan, agar sembuh cepat, atau sesuai dengan perkiraan waktu yang telah ditetapkan
- Memastikan luka yang sembuh memiliki kekuatan jaringan yang kembali senormal mungkin
Untuk jangka waktu panjang, pengawasan dilakukan untuk memastikan agar luka yang sembuh tidak terbentuk jaringan parut, atau seminimal mungkin.
Pengangkatan Benang
Pada saat dilakukan follow up mungkin perlu dilakukan pengangkatan benang setelah luka kering atau setengah kering. Pengangkatan benang dilakukan sesuai dengan jenis benang yang digunakan dan keadaan luka. Benang, semestinya diangkat sedini mungkin, untuk mencegah, atau meminimalkan reaksi benang, dan tanda bekas benang pada jaringan kulit. Namun demikian, benang tersebut hendaknya cukup waktu untuk menutup luka secara sempurna, agar luka tidak robek atau terbuka kembali sehingga dapat menimbulkan jaringan parut.
Secara umum, waktu pengangkatan benang non-absorbable biasanya 4─5 hari. Pada situasi tertentu, benang non-absorbable diangkat setelah 10─12 hari.
Secara khusus, berikut ini adalah waktu pengangkatan benang pada masing-masing bagian tubuh:
- Jahitan benang pada wajah, atau telinga sekitar 5─7 hari
- Jahitan benang pada kelopak mata, dapat diangkat antara 3─5 hari
- Jahitan benang pada leher diangkat dalam 7 hari
- Jahitan pada kepala dicabut sekitar 7─10 hari
- Jahitan pada bagian tubuh yang memiliki banyak pergerakan, atau tegangan kulit yang tinggi, pengangkatannya dibiarkan agak lama, agar luka yang sembuh memiliki jaringan yang kuat.
- Jahitan pada badan, dan ekstremitas dibiarkan tinggal hingga sekitar 10─14 hari