Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • SKP Online
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit
  • Obat
  • Tindakan Medis
Diagnosis Faringitis general_alomedika 2019-02-19T17:38:45+07:00 2019-02-19T17:38:45+07:00
Faringitis
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Faringitis

Oleh :
Debtia Rahmah
Share To Social Media:

Diagnosis faringitis umumnya dapat ditegakkan secara klinis melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan penunjang tidak diperlukan, kecuali pada kasus yang dicurigai disebabkan oleh Group A Streptococcus β-haemolyticus (GAS) atau tidak berespon dengan pengobatan.

Anamnesis

Pasien faringitis umumnya mengeluhkan nyeri tenggorokan. [6] Keluhan demam, batuk kering ataupun berdahak serta pilek juga bisa ditemukan. [17]

Faringitis yang diakibatkan oleh Group A Streptococcus β-haemolyticus (GAS) seringkali dialami anak usia 4- 7 tahun dengan onset mendadak. Pasien cenderung tidak mengeluhkan gejala batuk atau rhinorrhea yang biasanya didapati pada kasus faringitis akibat infeksi virus. Selain itu adanya riwayat kontak dengan penderita GAS atau demam reumatik, walaupun bukan berarti jika tidak ada kontak dengan penderita menghilangkan kemungkinan diagnosis faringitis akibat GAS. Riwayat demam reumatik sangat penting untuk ditanyakan karena dapat berulang. [4]

Faringitis harus dibedakan dengan infeksi difteri dimana nyeri tenggorokan disertai keluhan sesak dan pembengkakan leher. [6]

Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik rongga mulut akan didapatkan faring hiperemis, palatum petechiae, atau lesi vesikular. Perlu juga dilakukan pemeriksaan tonsil untuk menilai ada tidaknya eksudat dan pembesaran tonsil.

Pada kasus faringitis akibat infeksi virus seringkali juga ditemukan rhinorrhea, konjungtivitis, stomatitis, dan suara serak. Oleh karena itu, pemeriksaan telinga, hidung, dan mata juga perlu dilakukan. Limfadenopati juga dapat ditemukan. [4,16]

Sistem Skoring

Pada kasus faringitis akibat GAS terdapat kriteria yang dapat digunakan untuk membantu penegakan diagnosis, yakni kriteria Centor dan skoring McIsaac.

Kriteria Centor terdiri atas 4 poin yaitu:

  1. Demam
  2. Limfadenopati cervical anterior
  3. Eksudat tonsillar
  4. Tidak ada gejala batuk.

Masing-masing komponen bernilai satu poin. Skor 4 mengindikasikan kemungkinan GAS faringitis, sedangkan skor 0-1 mengindikasikan kemungkinan penyebab lain selain infeksi GAS. [4]

Skoring McIsaac hampir mirip dengan kriteria Centor. Skoring terdiri atas 4 kriteria berikut.

  • Tidak ada gejala batuk (+1)

  • Limfadenopati koli anterior (+1)

  • Suhu > 38 derajat Celsius (+1)

  • Usia

    • 3-14 tahun   (+1)

    • 15-44 tahun (0)

    • ≥45 tahun (-1)

Studi pada salah satu rumah sakit di Palembang menunjukkan skor McIsaac dengan nilai ≥4 mempunyai sensitivitas dan spesifisitas paling baik yaitu 84,6% dan 68,7%. Oleh karena itu pada pasien dengan skor ≥4 direkomendasikan dilakukan pemeriksaan Rapid Antigen Detection Test (RADT) atau apusan. [2]

Diagnosis Banding

Diagnosis banding faringitis adalah dengan penyakit lain yang menyebabkan keluhan sakit tenggorokan, misalnya mononukleosis, difteri, demam scarlet, dan gastroesophageal reflux disease.

Mononukleosis

Gejala mononukleosis berupa nyeri tenggorokan, demam, dan malaise. Pada pemeriksaan fisik tampak faring hiperemis disertai eksudat serta limfadenopati colli posterior. Selain itu kadang terjadi pembesaran hepar dan limpa. [7]

Difteri

Pada difteri, gejala berupa nyeri tenggorokan, demam tidak terlalu tinggi disertai adanya pseudomembran pada tonsil yang dapat meluas ke palatum, uvula, faring, hingga menutupi jalan napas. Pada pemeriksaan apusan tenggorok akan ditemukan koloni Corynebacterium difteri.[7]

Demam Scarlet

Demam scarlet ditandai dengan faringitis akibat infeksi S.pyogenes, demam, dan ruam kulit. Biasanya ruam berbentuk papul eritema dengan penampakan “sandpaper” mulai hari pertama atau kedua dan dapat menetap hingga enam sampai sembilan hari. [16]

Gastroesophageal Reflux Disease

Faringitis merupakan salah satu komplikasi ekstraesofageal yang mungkin timbul pada gastroesophageal reflux disease (GERD). Refluks isi gaster (asam lambung dan pepsin) hingga ke area faring dapat mengakibatkan kerusakan mukosa yang menimbulkan nyeri tenggorok. [18]

Karsinoma Nasofaring

Karsinoma nasofaring adalah karsinoma sel skuamosa non limfomatous pada jaringan mukosa nasofaring. Keluhan tersering yang dialami oleh pasien adalah pembengkakan pada leher dan otitis serosa unilateral. Diagnosis ditegakkan melalui pemeriksaan endoskopi dan imaging. Kemudian, diagnosis definitif melalui gambaran histopatologi.

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang umumnya tidak diperlukan pada kasus faringitis yang dicurigai akibat infeksi virus. Tetapi jika dicurigai ada infeksi GAS atau jika pasien tidak respon dengan pengobatan, maka pemeriksaan penunjang dapat dilakukan. [6]

Pemeriksaan Darah Rutin

Pemeriksaan darah rutin tidak dapat membedakan etiologi viral atau bakteri pada faringitis. Tetapi pemeriksaan ini dapat membantu menyingkirkan diagnosis banding lain, misalnya pada pasien yang dicurigai demam dengue. [8]

Rapid Antigen Detection Test (RADT)

Rapid Antigen Detection Test (RADT) merupakan tes diagnostik untuk membantu penegakan faringitis GAS. Pemeriksaan ini menilai ada tidaknya karbohidrat Streptococcus group A pada swab tenggorok. Pemeriksaan hanya membutuhkan waktu sebentar dengan nilai spesifisitas yang tingggi. Nilai spesifisitas tes ini mencapai 98% dan sensitivitas 70%. [19]

Apus Tenggorok

Apus tenggorok memiliki sensitivitas yang tinggi 90-99% untuk mendiagnosis faringitis GAS. Pemeriksaan ini memerlukan 18-24 jam inkubasi pada suhu 37 C sebelum hasil bisa didapatkan.

Rontgen Leher Lateral

Pemeriksaan ini dapat memperlihatkan gambaran anatomi jalan napas untuk menilai gangguan jalan napas maupun epiglotitis.

CT Scan Jaringan Lunak Leher

Pemeriksaan ini dapat dilakukan pada kasus abses atau infeksi leher dalam. [4]

Referensi

2. Damayanti E, Iraini Y, Yuwono. Ketepatan Skoring McIsaac untuk Mengidentifikasi Faringitis Group A Streptococcus pada Anak. Sari Pediatri. 2014; 15(5):301-6.
4. Acerra JR, Taylor JP. Pharyngitis. Medscape. 2018
(https://emedicine.medscape.com/article/764304-overview)
6. Kociolek LK, Shulman ST. In the clinic pharyngitis. Annals of Internal Medicine. 2012:1-16
Vincent MT, Celestin N, Hussain AN. Pharyngitis. Am Fam Physician. 2004;69(6):1465-70.
7. Vincent MT, Celestin N, Hussain AN. Pharyngitis. Am Fam Physician. 2004;69(6):1465-70.
8. Aung K. Viral pharyngitis follow-up. Medscape. 2018 (https://emedicine.medscape.com/article/225362-followup)
16. Wessel MR. Pharyngitis and scarlet fever. In: Ferretti JJ, Stevens DL, Fischetti VA, editors. Streptococcus pyogenes : Basic Biology to Clinical Manifestations. 2016:1-19.
(https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK333418/pdf/Bookshelf_NBK333418.pdf)
17. Kementerian Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar. Kementerian Kesehatan RI. 2013:65-66.
18. Chait MM. Gastroesophageal reflux disease: Important considerations for the older patients. World J Gastrointest Endosc. 2010; 2(12): 388-396.
19. Tanz RR, Gerber MA, Kabat W, Rippe J, Seshadri R, Shulman ST. Performance of a rapid antigen-detection test and throat culture in community pediatric offices: implications for management of pharyngitis. Pediatrics. 2009;123:437–44. doi: 10.1542/peds.2008-0488.

Epidemiologi Faringitis
Penatalaksanaan Faringitis

Artikel Terkait

  • Pemberian Kortikosteroid pada Nyeri Tenggorokan
    Pemberian Kortikosteroid pada Nyeri Tenggorokan
  • Red Flag Nyeri Tenggorokan
    Red Flag Nyeri Tenggorokan
Diskusi Terbaru
Anonymous
Kemarin, 16:55
Tatalaksana pasien CHF dengan dehidrasi - Kardiologi Ask the Expert
Oleh: Anonymous
1 Balasan
ALO dr. Sonny, Sp. JP izin Tanya, pada tatalaksana pasien CHF diperlukan retriksi cairan dan terapi diuretik. Namun pada kondisi tertentu seperti pada pasien...
Anonymous
Kemarin, 16:54
Tapering off penggunaan betablocker - Kardiologi Ask the Expert
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dr Sonny, SpJP,Ijin bertanya dok, untuk penggunaan betablocker tappering off yang baik bagaimana ya dok?Terimakasih 
Anonymous
Kemarin, 16:47
Hipertensi pada ADHD - Kardiologi Ask the Expert
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo Dok, saya punta pasien remaja usia 17 tahun, laki2 ADHD.. setiap di tensi 150/90.. bagaimana penanganannya? apakah mungkin white coat hypertension?

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.