Etiologi Rheumatoid Arthritis
Beberapa analisis genomik menunjukkan bahwa etiologi rheumatoid arthritis dipengaruhi faktor regulasi imun yang menjadi predisposisi penyakit ini, seperti seleksi sel T, presentasi antigen, atau perubahan dalam afinitas peptida, yang secara autoreaktif memicu respon imun adaptif. Salah satu faktor imunologi yang telah lama diketahui adalah adanya human leukocyte antigen (HLA)-DRB1 yang ditemukan pada pasien dengan temuan faktor rheumatoid atau ACPA positif. [3,4]
Faktor Risiko
Terdapat beberapa faktor risiko yang telah diketahui berhubungan dengan etiologi rheumatoid arthritis, seperti:
Genetik
Kerentanan terhadap rheumatoid arthritis berkaitan dengan hipervariabilitas alel DRβ1, yang dikenal sebagai kerentanan epitope. Selain itu, 70% pasien memiliki korelasi genetika pada HLADR4 dibandingkan kelompok kontrol dengan peningkatan risiko rheumatoid arthritis sebesar 4 hingga 5 kali lipat. Gen lain yang terlibat dalam perjalanan penyakit ini adalah protein tyrosine phosphatase 22 (PTPN 22) lokus TRAF1/C5, 6q23, 4q27, CD40, dan CCL21 pada populasi Kaukasia, serta peptidyl arginasedeiminase (PADI-4), FCRL3, dan SLC22A4 yang meningkatkan risiko timbulnya rheumatoid arthritis dua kali lipat terutama pada populasi Asia.
Infeksi
Agen infeksius seperti virus Epstein-Barr, sitomegalovirus, Proteus sp., dan Escherichia coli berkaitan dengan risiko timbulnya rheumatoid arthritis secara langsung serta melalui produknya seperti heat-shock proteins. Salah satu mekanisme yang diduga terlibat adalah terjadinya induksi faktor rheumatoid, yang merupakan autoantibodi berafinitas tinggi yang melawan Fc pada imunoglobulin.
Secara khusus, rheumatoid arthritis berhubungan dengan penyakit periodontal melalui ekspresi PADI-4 oleh Porphyromonas gingivalis yang dapat memicu sitrulinisasi protein.
Usia dan Jenis kelamin
Risiko rheumatoid arthritis lebih besar dua hingga tiga kali lipat pada wanita dibandingkan pria serta ditemukan pada usia lanjut dengan rata-rata usia awal 43 tahun. Keadaan ini berhubungan dengan kondisi hormonal seperti titer dehidroepoandrosteron, estradiol, dan testosteron.
Lingkungan
Merokok menimbulkan interaksi gen-lingkungan dengan HLA-DR pada rheumatoid arthritis dengan faktor rheumatoid dan anti-sitrulinasi positif (salah satunya dengan cara meningkatkan protein sitrulin modifikasi pada paru). Paparan terhadap rokok, dan beberapa faktor lingkungan lainnya, dapat memicu mekanisme yang mempercepat deaminisasi arginin menjadi sitrulin pada autoantigen yang terdapat dalam paru melalui up-regulation aktivitas peptidylarginine–deiminase makrofag yang diaktifkan saat apoptosis.
Pada reumatoid artritis dengan ACPA negatif, obesitas meningkatkan risiko insiden melalui pengaruh adipokin sebagai agen pro-inflamasi. Sebagai contoh, visfatin mengaktivasi leukosit dan melindunginya dari apoptosis. Obesitas juga meningkatkan kerusakan struktural sendi pada pasien dengan rheumatoid arthritis serta menurunkan respon terapi dengan agen anti-TNF. [1,3,5,8,9]