Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • SKP Online
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit
  • Obat
  • Tindakan Medis
Penatalaksanaan Depresi general_alomedika 2022-05-10T10:25:28+07:00 2022-05-10T10:25:28+07:00
Depresi
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Penatalaksanaan Depresi

Oleh :
Josephine Darmawan
Share To Social Media:

Penatalaksanaan gangguan depresi dilakukan dengan terapi farmakologi menggunakan anti depresan dan psikoterapi. Tujuan terapi adalah untuk mencapai remisi gejala klinis. Terapi gangguan depresi harus dilakukan dengan kerjasama yang baik antara dokter, pasien, dan keluarga. Rujukan ke spesialis kesehatan jiwa perlu dilakukan apabila:

  • Pasien mengalami depresi dengan komorbiditas lain
  • Depresi yang membahayakan diri sendiri dan/atau orang lain
  • Depresi dengan ciri psikotik
  • Depresi berat
  • Depresi dengan katatonia
  • Depresi yang tidak respon dengan terapi lini utama[4-7]

Farmakoterapi

Obat utama yang diberikan pada pasien dengan gangguan depresi adalah obat-obat anti depresan. Obat-obat anti-depresan umumnya diberikan selama 6-12 minggu, dimulai dari dosis awal yang direkomendasikan (Tabel 1). Faktor terpenting dalam memilih antidepresan adalah efektifitas dan toleransi pasien terhadap obat tersebut. Antidepresan yang sering digunakan adalah:

Penghambat selektif serotonin/selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI)

SSRI adalah antidepresan generasi kedua. Obat ini merupakan obat pilihan utama untuk gangguan depresi karena efek samping minimal dan rendahnya resiko untuk overdosis. SSRI yang sering kali digunakan adalah:

  • Fluoksetin
  • Sertralin
  • Paroksetin
  • Fluvoksamin
  • Citalopram
  • Esitalopram

Sumber: Lanfears-Bane, Wikimedia commons, 2008. Sumber: Lanfears-Bane, Wikimedia commons, 2008.

Penghambat serotonin dan norpeinefrin/serotonin norepinephrine reuptake inhibitor (SNRI)

SNRI merupakan antidepresan generasi kedua dan umumnya digunakan pada pasien yang tidak menunjukkan respon terapi atau tidak dapat mentoleransi SSRI. SNRI yang umum digunakan adalah:

  • Duloksetin
  • Venlafaksin
  • Desvenlafaksin
  • Milnasipran

Antidepresan trisiklik/tricyclic antidepressants (TCA)

Merupakan antidepresan generasi satu. TCA umumnya digunakan pada pasien dengan depresi yang lebih berat atau yang tidak menunjukkan respon dengan terapi SSRI. Meskipun lebih efektif dibandingkan dengan anti depresan generasi kedua, TCA tidak rutin digunakan sebagai terapi lini utama karena banyaknya efek samping yang disebabkan karena aktifitas antikolinergik, seperti mulut kering, visus menurun, konstipasi, retensi urin, takikardia, delirium, halusinasi, overdosis, kejang, teratogenik, dan lainnya. Obat TCA yang paling umum digunakan adalah:

  • Amitriptilin
  • Imipramin
  • Nortriptilin

Penghambat oksidase monoamin/monoamine oxidase inhibitor (MAOI)

MAOI merupakan obat antidepresan generasi pertama dan sudah sangat jarang digunakan karena dapat memicu aktivitas simpatis, hipertensi, dan reaksi dengan banyak bahan makanan. MAOI sebaiknya dihindari pemberiannya pada depresi dan tidak digunakan untuk pengobatan lini pertama. Pemberian MAOI sebaiknya dibawah pengawasan spesialis.

Anti-depresan lainnya

Anti-depresan golongan lain merupakan obat yang lebih baru. Beberapa contoh obat golongan ini adalah:

  • Bupoprion: memiliki efek terapetik yang hampir sama dengan SSRI dengan efek samping yang lebih minimal
  • Mitrazapin
  • Nefazodon: tidak direkomendasikan karena efek hepatotoksisitas[5-7]

Selain anti depresan, obat-obat seperti anti-psikotik, anti-ansietas, atau mood stabilizer dapat diberikan apabila diperlukan.

Tabel 1. Rekomendasi Dosis Awal Anti-Depresan.

Nama Obat Golongan Dosis Awal Availabilitas di Indonesia
Sertraline SSRI 50 mg/hari Ada
Fluoksetin 12.5 – 25 mg/hari Ada
Sitalopram 10 – 20 mg/hari Ada
Esitalopram 10 mg/hari Ada
Paroksetin 10 – 20 mg/hari Ada
Fluvoksamin 50 mg/hari Ada
Venlafaksin SNRI 37.5 mg/hari Ada
Desvenlafaksin 50 mg/hari  
Duloksetin 30 mg/hari Ada
Bupoprion Lainnya 75 – 150 mg/hari  
Trazodone 50 mg/hari Ada
Amitriptilin TCA 25 – 50 mg/hari Ada
Clomipramine 25 mg/hari Ada
Imipramine 25 – 50 mg/hari Ada
Desipramin 25 – 50 mg/hari  
Doksepin 25 – 50 mg/hari Ada
Nortriptilin 25 mg/hari Ada
Protriptilin 10 mg/hari  

Psikoterapi

Psikoterapi dapat dilakukan sebagai upaya pengobatan lini utama ataupun kombinasi dengan antidepresan. Psikoterapi dilakukan pada pasien dengan gejala depresi ringan hingga sedang. Pasien yang tidak mengalami perbaikan gejala setelah 12 minggu menjalani psikoterapi harus diberikan anti-depresan. Metode psikoterapi yang umum dilakukan adalah:

Terapi kognitif dan perilaku/cognitive-behavioral therapy (CBT)

Terapi CBT untuk depresi meliputi strategi untuk mengubah cara pikir/kognitif pasien yang teridiri dari pendangan negatif terhadap diri sendiri, dunia, dan masa depan dan mengatur ulang perilaku, misalnya dengan penerapan jadwal aktivitas, dan sebagainya. CBT dapat dilakukan pada pasien dari seluruh kelompok usia. Pasien dengan CBT umumnya lebih jarang mengalami rekurensi.

Terapi interpersonal/Interpersonal therapy (IPT)

Psikoterapi dengan IPT umumnya berlangsung selama 16 sesi dan lebih mengutamakan hubungan interpersonal dan masalah personal yang meliputi: kedukaan/bereavement, konflik dengan pasangan, konflik dengan rekan kerja, konflik dengan teman terdekat, konflik dengan anggota keluarga, perubahan fase hidup (perceraian atau pensiun), dan kekurangan keterampilan sosial. IPT merupakan modalitas terapi yang efektif dan spesifik untuk gangguan depresif mayor pada pasien dewasa.

Psikoterapi lainnya

Metode psikoterapi lain yang dapat digunakan antara lain:

  • Terapi psikodinamik
  • Terapi integratif
  • Terapi sistemik

Selain terapi farmakologi dan psikoterapi, dapat dilakukan perubahan gaya hidup dengan olah fisik, yoga, tai chi, akunputur, diet tinggi omega tiga.[5-7]

 

Referensi

4. Lyness J, Roy-Byrne P, Solomon D. Unipolar depression in adults: Assessment and diagnosis. UpToDate. 2016. Diakses dari: https://www.uptodate.com/contents/unipolar-depression-in-adults-assessment-and-diagnosis
5. Halverson J, Bienenfeld D. Depression. Medscape. 2017. Diakses dari: https://emedicine.medscape.com/article/286759
6. Simon G, Roy-Byrne P, Solomon D. Unipolar major depression in adults: Choosing initial treatment. UpToDate. 2017. Diakses dari: https://www.uptodate.com/contents/unipolar-major-depression-in-adults-choosing-initial-treatment
7. Gartlehner G, Wagner G, Matyas N, Titscher V, Greimel J, Lux L, et al. Pharmacological and non-pharmacological treatments for major depressive disorder: review of systematic reviews. BMJ Open. 2017;7:1–14.

Diagnosis Depresi
Prognosis Depresi

Artikel Terkait

  • Pendekatan Penanganan Pasien Bunuh Diri
    Pendekatan Penanganan Pasien Bunuh Diri
  • Waktu dan Cara yang Tepat untuk Menghentikan Antidepresan
    Waktu dan Cara yang Tepat untuk Menghentikan Antidepresan
  • Efektivitas Kuesioner PHQ-9 Sebagai Skrining Deteksi Dini Depresi
    Efektivitas Kuesioner PHQ-9 Sebagai Skrining Deteksi Dini Depresi
  • Kesehatan Mental dalam Kondisi Pandemik Virus Corona
    Kesehatan Mental dalam Kondisi Pandemik Virus Corona
  • Kontroversi Pengaruh Media Sosial pada Kesehatan Mental Remaja
    Kontroversi Pengaruh Media Sosial pada Kesehatan Mental Remaja

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
dr. Hudiyati Agustini
6 hari yang lalu
Kemana rujukan depresi akibat kerja?
Oleh: dr. Hudiyati Agustini
1 Balasan
Alo dr. Fani SpOK.. ada pasien wanita 27 tahun, datang dg keluhan kecemasan hingga beranggapan lebih baik tdk ada di dunia ini. Saat anamnesis sepertinya...
Anonymous
31 Mei 2022
Indikasi tappering off antidepresan - Kedokteran Jiwa Ask the Expert
Oleh: Anonymous
1 Balasan
ALO, dr. Irwan Supriyanto, Ph.D., Sp.KJ,Ijin bertanya dok. Indikasi tappering off untuk pasien depresi yang mendapat pengobatan apa dan bagaimana...
dr.Dizi Bellari Putri
17 Maret 2022
Kaitan Resistensi Insulin dengan Gangguan Depresi Mayor - Artikel SKP
Oleh: dr.Dizi Bellari Putri
1 Balasan
ALO Dokter!Apakah dokter tahu? Tidak hanya diabetes melitus tipe 2, Gangguan depresi mayor (MDD) ternyata juga dilaporkan berhubungan dengan resistensi...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.