Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • SKP
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Edukasi dan Promosi Kesehatan Depresi general_alomedika 2023-02-24T13:58:00+07:00 2023-02-24T13:58:00+07:00
Depresi
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Edukasi dan Promosi Kesehatan Depresi

Oleh :
dr. Irwan Supriyanto PhD SpKJ
Share To Social Media:

Edukasi dan promosi kesehatan pada depresi perlu ditekankan terkait risiko ideasi bunuh diri dan perilaku bunuh diri. Edukasi juga ditujukan untuk membantu pasien memahami depresi yang dialami, manajemen stress yang baik, dan pencegahan relaps. Keluarga juga perlu dilibatkan untuk mengawasi adanya ideasi ataupun suicide crisis syndrome.[9,24,31]

Edukasi Pasien

Edukasi diberikan kepada pasien dan keluarganya mengenai depresi, mencakup pengertian dan bentuk depresi, apa yang menjadi penyebabnya, dan apa yang akan terjadi pada masa pemulihan. Edukasi bisa membantu pasien dan keluarganya untuk menghadapi depresi dengan lebih baik. Hal ini akan membantu keluarga menerima kondisi pasien sehingga membantu pasien lebih cepat pulih dengan dukungan, mengurangi kecemasan akibat gejala yang dialami, serta mengurangi perasaan putus asa.[9,24,32]

Edukasi lainnya adalah mengenai terapi yang diterima oleh pasien, durasi terapi, pentingnya kontrol teratur, dan follow up rutin yang wajib dijalani oleh pasien. Pada edukasi juga perlu ditekankan bahwa sebaiknya pasien tidak menghentikan sendiri terapinya meskipun sudah merasa lebih baik.[24]

Membuat Rencana Keamanan pada Pasien Depresi dan Berisiko Bunuh Diri

Edukasi mengenai pentingnya rencana keamanan dapat sangat mempengaruhi fatalitas dari perilaku bunuh diri. Minta pasien menentukan 3 atau lebih kontak yang dapat dihubungi saat mencari dukungan, mengawasi pasien, dan mendiskusikan hendaya yang dihadapi pasien.

Lakukan diskusi dengan pasien mengenai langkah-langkah yang diperlukan jika keinginan bunuh diri timbul. Hal ini perlu mencakup aktivitas alternatif, pikiran alternatif, perilaku alternatif, dan orang yang dipercaya pasien dapat menjamin keselamatan dirinya.

Sampaikan pada pasien dan pelaku rawat pentingnya menurunkan akses terhadap sumber berbahaya. Sebagai contoh, jauhkan pasien dari benda-benda tajam atau substansi berbahaya.[31,32]

Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

Salah satu metode pencegahan timbulnya dan relaps depresi yang direkomendasikan adalah olahraga teratur.[1] Olahraga teratur bisa memperbaiki pola tidur, menyeimbangkan neurotransmitter di otak, mencegah munculnya pikiran negatif, dan membantu pasien untuk bersosialisasi.[9,24]

Selain itu, pasien perlu dinasehatkan untuk melakukan gaya hidup sehat. Misalnya dengan konsumsi diet yang sehat, menghindari rokok dan alkohol, serta pola tidur yang baik dan cukup.[24]

Dokter juga perlu mengetahui metode pencegahan depresi pada orang lanjut usia karena populasi ini berisiko mengalami depresi yang dapat sangat mengganggu kualitas hidup.

Pencegahan Perilaku Bunuh Diri Berulang

Pasien telah melakukan percobaan bunuh diri perlu dipantau secara rutin. Pemantauan rutin terbukti menurunkan kecenderungan perilaku bunuh diri berulang, terutama pada 6 bulan pertama. Salah satu protokol pemantauan pasien yang bisa digunakan adalah collaborative assessment and management of suicidality (CAMS) menggunakan Suicide status form (SSF) untuk mengevaluasi risiko pasien secara berkala.[33-35]

 

 

Penulisan pertama oleh: dr. Josephine Darmawan

Referensi

9. Guideline Development Panel for the Treatment of Depressive Disorders. Summary of the clinical practice guideline for the treatment of depression across three age cohorts. Am Psychol. 2021 Nov 29. doi: 10.1037/amp0000904. Epub ahead of print. PMID: 34843274.
24. NICE. Depression in adults: treatment and management. Leicester, UK: National Institute for Health and Care Excellence; 2022. https://www.nice.org.uk/guidance/ng222
31. Asarnow JR, Babeva K, Horstmann E. The Emergency Department: Challenges and Opportunities for Suicide Prevention. Child Adolesc Psychiatr Clin N Am. 2017 Oct 1;26(4):771–83.
32. National Action Alliance for Suicide Prevention: Transforming Health Systems Initiative Work Group. Recommended standard care for people with suicide risk: Making health care suicide safe. Washington, DC: Education Development Center, Inc. 2018. https://theactionalliance.org/resource/recommended-standard-care
33. Jobes DA. Clinical assessment and treatment of suicidal risk: A critique of contemporary care and CAMS as a possible remedy. Practice Innovations. 2017 Dec;2(4):207–20.
34. Zortea TC, Cleare S, Melson AJ, Wetherall K, O’Connor RC. Understanding and managing suicide risk. British Medical Bulletin. 2020 Jul 9;134(1):73–84.
35. Ryan EP, Oquendo MA. Suicide Risk Assessment and Prevention: Challenges and Opportunities. FOC. 2020 Apr;18(2):88–99.

Prognosis Depresi

Artikel Terkait

  • Pendekatan Penanganan Pasien Bunuh Diri
    Pendekatan Penanganan Pasien Bunuh Diri
  • Waktu dan Cara yang Tepat untuk Menghentikan Antidepresan
    Waktu dan Cara yang Tepat untuk Menghentikan Antidepresan
  • Efektivitas Kuesioner PHQ-9 Sebagai Skrining Deteksi Dini Depresi
    Efektivitas Kuesioner PHQ-9 Sebagai Skrining Deteksi Dini Depresi
  • Risiko Kombinasi Obat dengan St. John’s Wort
    Risiko Kombinasi Obat dengan St. John’s Wort
  • Kontroversi Pengaruh Media Sosial pada Kesehatan Mental Remaja
    Kontroversi Pengaruh Media Sosial pada Kesehatan Mental Remaja

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
Anonymous
15 November 2022
Penanganan Depresi di Faskes 1 - Jiwa Ask the Expert
Oleh: Anonymous
1 Balasan
ALO dokterIjin bertanya dok, untuk pasien depresi, sejauh mana kita dapat menangani di fasilitas kesehatan primer? Terimakasih dokter
Anonymous
15 November 2022
Kewenangan dokter umum di faskes 1 pada pasien depresi - Jiwa Ask the Expert
Oleh: Anonymous
2 Balasan
ALO dr. Irwan SpKJ, pasien dewasa muda datang ke faskes pertama mengeluh depresi dan kadang ingin mencoba bunuh diri. Setelah dirujuk ke faskes lebih tinggi...
Anonymous
30 Agustus 2022
Apakah pasien dengan riwayat depresi berisiko tinggi mengalami baby blues? - Kedokteran Jiwa Ask the Expert
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo Dokter,Untuk wanita yang sebelumnya sudah pernah mengalami depresi, apakah ada risiko lebih tinggi untuk mengalami baby blues setelah melahirkan bila...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.