Diagnosis Menorrhagia
Diagnosis menorrhagia dapat dibuat melalui anamnesis yang adekuat. Pemeriksaan fisik dan penunjang diperlukan untuk mencari penyakit yang mendasari keadaan menorrhagia.
Anamnesis
Hal pertama yang harus digali pada anamnesis perempuan dengan menorrhagia adalah tentang perdarahan yang dialaminya. Salah satu poin yang penting adalah apakah perdarahan terjadi pada masa menstruasi dengan lama yang memanjang dan perdarahan yang memberat, ataukah perdarahan tersebut terjadi di luar masa menstruasi (di antara masa menstruasi/intermenstruasi). Untuk menilai beratnya perdarahan pada kasus menorrhagia dapat ditanyakan berapa kali seorang perempuan itu harus mengganti pembalut per harinya. Jika dirasa pembalut harus diganti lebih sering daripada biasanya, kemungkinan perempuan tersebut memang mengalami menorrhagia. Poin lain tentang perdarahan yang bisa ditanyakan adalah sejak kapan dan seberapa sering mengalami keluhan tersebut, serta apakah perdarahan mengganggu kualitas hidup pasien.
Selain masalah perdarahan, pertanyaan yang bisa diajukan adalah pertanyaan untuk menggali gejala yang terkait dengan kemungkinan etiologinya. Misalnya pada pasien yang kita curigai mengalami menorrhagia karena dugaan adanya gangguan perdarahan maka pertanyaan yang bisa digali antara lain:
- Riwayat menorrhagia sejak menarke
- Riwayat keluarga terdapat gangguan perdarahan
- Riwayat personal yang terdiri dari 1 atau lebih hal-hal berikut ini: (1) memar tanpa adanya trauma (terjadi secara spontan); (2) perdarahan gusi atau saluran cerna tanpa ada pencetus; (3) seringkali mimisan dan durasi mimisan lebih dari 10 menit
Keluhan utama pasien dengan menorrhagia biasanya adalah perdarahan menstruasi yang memanjang dan memberat dari biasanya. Biasanya, perdarahan menstruasi akan berlangsung lebih dari 7 hari dengan jumlah darah lebih dari 80 ml per siklusnya yang ditandai dengan pergantian pembalut yang lebih banyak/sering dari biasanya.
Gejala lain yang dapat timbul adalah gejala dari komplikasi menorrhagia itu sendiri seperti lebih mudah merasa lelah karena anemia yang terjadi. Jika perdarahan yang terjadi cukup serius dapat terjadi gejala seperti palpitasi dan sesak napas. Sementara untuk gejala lain yang dapat ditemui pada pasien, selain perdarahan pervaginam dan anemia, bisa sangat sangat beragam tergantung dari etiologi dari menorrhagia itu sendiri.[4,6,10]
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada pasien dengan menorrhagi di antaranya adalah:
- Tanda Vital
- Berat badan
- Adanya tanda deplesi volume (anemia)
- Tanda-tanda gangguan perdarahan seperti ekimosis, purpura, gusi yang berdarah
- Tanda-tanda kelebihan androgen seperti hirsutisme
- Pemeriksaan tiroid
- Pemeriksaan hati dan limpa (apakah terjadi pembesaran)
- Adanya galaktorea
- Pemeriksaan pelvis
- Pemeriksaan vagina (adanya tanda perdarahan atau infeksi)
- Pemeriksaan serviks (mis. nyeri goyang serviks)
- Pemeriksaan uterus (ukuran, bentuk, dan kontur)
Pemeriksaan fisik lain yang dapat dilakukan disesuaikan dengan dugaan etiologi menorrhagia yang terjadi. [4,6,10]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding menorrhagia dapat dibuat berdasarkan tanda dan gejala yang timbul, maupun berdasarkan kemungkinan etiologi menorrhagia. Bila pasien mengeluhkan nyeri perut pada bagian kanan atau kiri bawah misalnya, maka pasien dengan menorrhagia dapat didiagnosis banding dengan pelvic inflammatory disease (PID) ataupun kehamilan ektopik. Apabila dicurigai adanya suatu penyakit berat yang mendasari, maka menorrhagia dapat didiagnosis banding dengan karsinoma endometrium ataupun kanker uterus.
Secara umum, beberapa penyakit yang dapat menjadi diagnosis banding menorrhagia adalah :
- Tumor adneksa
- Servisitis
- Karsinoma endometrium
- Endometritis
- Neoplasia tropoblastik gestasional
- Penyakit radang panggul (pelvic inflammatory disease /PID)
- Kanker uterus
- Vaginitis
Abortus inkomplit
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada menorrhagia diperlukan untuk menegakkan penyakit kausal, menyingkirkan diagnosis banding, serta mendeteksi komplikasi. Beberapa pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan adalah:
- Pemeriksaan darah lengkap
- Kadar besi (TIBC dan TI)
- Faktor koagulasi
- hCG
- Fungsi tiroid dan kadar prolaktin
- Fungsi hati
- Fungsi ginjal
- Fungsi adrenal
- Kadar LH, FSH, dan androgen
Pemeriksan penunjang lain yang bisa dilakukan antara lain Pap smear, ultrasonography (USG) pelvis, sonohisterografi (saline-infusion sonography), histeroskopi, dan biposi endometrium. Agar efektif dan efisien, pemeriksaan penunjang yang dilakukan tersebut, baik pemeriksaan laboratorium maupun pemeriksaan penunjang lainnya, tentunya dipilih dengan berdasar pada dugaan penyebab menorrhagia yang terjadi setelah digali dari anamnesis dan pemeriksaan fisik. [6]

Gambar: wanita umur 43 tahun dengan menorrhagia. Hasil MRI menunjukkan adanya fibroid intramural multipel (lihat tanda panah).