Pendahuluan Pemasangan Intrauterine Device (IUD)
Intrauterine device (IUD) atau alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) merupakan jenis alat kontrasepsi yang dimasukkan ke dalam rahim. IUD merupakan alat kontrasepsi yang efektif untuk jangka panjang, efisien karena hanya membutuhkan satu kali pemasangan, nyaman untuk pasien, terjangkau, dan dapat mengembalikan kesuburan dengan cepat bila dilepas.[1] IUD memiliki dua jenis yaitu IUD yang memiliki tembaga (misalnya IUD Cu T380A) dan IUD yang mengandung hormon Levonorgestrel (mengandung total 13,5 mg hormon levonorgestrel atau 52 mg hormon levonorgestrel).[1]
Lama masa kerja IUD yang mengandung hormon adalah 5 tahun, sedangkan lama masa kerja IUD Cu T380A adalah selama 10 tahun. Sehingga setelah masa kerjanya habis IUD harus dilepas dan diganti dengan IUD yang baru bila masih ingin melanjutkan kontrasepsi tersebut.[2]
Mekanisme kerja yang pasti dari tembaga IUD Cu T380A masih belum diketahui secara pasti, tetapi diduga dapat menyebabkan inhibisi migrasi sel sperma, mengurangi viabilitas sel sperma, mengurangi kecepatan transport sel ovum dan merusak ovum.[3] IUD yang mengandung levonorgestrel bekerja dengan cara menebalkan mukus serviks sehingga menghambat penetrasi sel sperma, menghentikan ovulasi dan menipiskan dinding rahim. [4] IUD tidak melindungi penggunanya dari risiko penyakit menular seksual, sehingga pada wanita dengan risiko tinggi disarankan pasangannya tetap menggunakan kondom.[5]
Selain digunakan sebagai alat kontrasepsi konvensional, IUD Cu T380A juga dapat digunakan sebagai alat kontrasepsi darurat. IUD Cu T380A sebagai alat kontrasepsi darurat harus dipasang dalam waktu 5 hari setelah melakukan hubungan intim dan tetap dapat memberikan manfaat selama 10 tahun bila tetap dipasang.[3] IUD Cu T380A dapat lebih efektif sebagai alat kontrasepsi darurat bila dibandingkan dengan pil kontrasepsi darurat.[6]