Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • SKP
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Patofisiologi Infertilitas Wanita general_alomedika 2023-02-02T11:31:10+07:00 2023-02-02T11:31:10+07:00
Infertilitas Wanita
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Patofisiologi Infertilitas Wanita

Oleh :
dr. Novita
Share To Social Media:

Patofisiologi infertilitas wanita dapat melibatkan gangguan ovulasi, adhesi pelvis atau tuba, endometriosis, atau penyebab uterus lainnya.[3-5]

Gangguan Ovulasi

Gangguan ovulasi seperti oligo-ovulasi atau anovulasi dapat menyebabkan infertilitas karena tidak adanya oosit yang dikeluarkan setiap bulan sehingga tidak ada kemungkinan untuk terjadi fertilitasi dan kehamilan. Gangguan ovulasi berdasarkan World Health Organization (WHO) dapat dibagi menjadi empat subklasifikasi, yaitu anovulasi hipogonadotropik hipogonadal, anovulasi normogonadotropik normoestrogenik, anovulasi hipergonadotropik hipoestrogenik, dan anovulasi hiperprolaktinemik.[1,3,4]

Anovulasi Hipogonadotropik Hipogonadal

Anovulasi hipogonadotropik hipogonadal atau yang sering disebut sebagai hipotalamik amenore umumnya disebabkan oleh gangguan pada pola makan atau aktivitas berlebih. Penurunan asupan kalori, penurunan berat badan, dan aktivitas berlebih menyebabkan terjadinya peningkatan kadar kortisol yang kemudian menyebabkan supresi hormon gonadotropin (GnRH).

Penurunan GnRH akan menyebabkan penurunan sekresi gonadotropin, follicle-stimulating hormone (FSH), dan luteinizing hormone (LH) dari kelenjar pituitari anterior. Hal ini menyebabkan terjadinya gangguan pertumbuhan folikel, anovulasi dan penurunan kadar estrogen, sehingga mengakibatkan infertilitas pada wanita.[3]

Anovulasi Normogonadotropik Normoestrogenik

Anovulasi normogonadotropik normoestrogenik paling sering disebabkan oleh sindrom ovarium polikistik (PCOS). Infertilitas akibat PCOS umumnya disebabkan oleh tidak terbentuknya folikel matur yang mengakibatkan anovulasi. Patofisiologi PCOS belum diketahui secara menyeluruh, namun beberapa studi telah menghubungkannya dengan peningkatan hormon anti-Mullerian (AMH).[3]

Anovulasi Hipergonadotropik Hipoestrogenik

Anovulasi hipergonadotropik hipoestrogenik umumnya disebabkan oleh insufisiensi ovarium prematur dan resisten ovarium yang berkaitan dengan usia wanita. Pada keadaan ini terjadi penurunan kualitas dan kuantitas oosit yang dihubungkan dengan usia wanita dan kebiasaan merokok.

Insufisiensi ovarium primer merupakan terjadinya hipergonadotropik hipogonadisme sebelum usia 50 tahun. Hal ini disebabkan oleh beberapa penyakit genetik, seperti sindrom Turner dan monosomi kromosom seks yang menyebabkan kariotipe 45X yang mengakibatkan penurunan folikulogenesis, penurunan estrogen, dan berkurangnya oosit yang berujung pada infertilitas.[3]

Anovulasi Hiperprolaktinemik

Prolaktinemia umumnya disebabkan adenoma pituitari. Prolaktin umumnya dapat menyebabkan supresi sekresi GnRH hipotalamus yang mengakibatkan rendahnya LH dan anovulasi. Selain itu, prolaktinemia juga menyebabkan penurunan sekresi progesteron dari korpus luteum yang membuat defek pada fase luteal.

Kadar prolaktin 20-50 ng/mL menyebabkan menurunnya kadar progesteron yang dilepaskan oleh korpus luteum, sehingga fase luteal menjadi pendek. Di sisi lain, prolaktin dengan kadar 50-100 ng/mL menyebabkan amenore atau oligomenore akibat feedback aksis hipotalamik-pituitari-ovarium abnormal. Hal ini menyebabkan terjadinya infertilitas wanita.[3]

Adhesi Pelvis atau Tuba

Penyebab utama adhesi pelvis atau tuba yakni penyakit radang panggul (PID). PID dihubungkan dengan infeksi Chlamydia trachomatis. Infeksi akut dan kronik pada tuba falopii dapat menyebabkan hidrosalpinx atau kerusakan pada struktur falopii. Hal ini mengakibatkan terjadinya obstruksi pada tuba, sehingga mengganggu aliran cairan fisiologis pada tuba falopii.[3]

Endometriosis

Endometriosis merupakan keadaan dimana jaringan endometrium berada di luar uterus. Endometriosis pelvis merupakan salah satu penyebab infertilitas wanita.

Pada endometriosis stadium I dan II, infertilitas umumnya disebabkan oleh inflamasi yang meningkatkan produksi prostaglandin, sitokin, makrofag, dan natural killer cells. Pada stadium III dan IV, infertilitas umumnya disebabkan oleh adhesi atau massa pelvis yang mengganggu motilitas tuba, pengeluaran oosit, dan motilitas sperma. Endometriosis juga telah dihubungkan dengan gangguan folikulogenesis yang mengganggu fertilisasi.[3]

Penyebab Uterus Lainnya

Penyebab uterus lainnya yang dapat menyebabkan terjadinya infertilitas yakni space-occupying lesions seperti leiomyoma uterus yang muncul pada submukosa atau intrakavitas dapat mengganggu proses implantasi embrio pada uterus. Kemungkinan penyebab lain adalah penurunan reseptivitas dari endometrium. Selain itu, kelainan uterus kongenital, paling sering pada septum uterus, juga telah dihubungkan dengan infertilitas.[3]

 

 

Penulisan pertama oleh: dr. Audric Albertus

Direvisi oleh: dr. Bedry Qhinta

Referensi

1. Himpunan Endokrinologi Reproduksi dan Fertilitas Indonesia. Konsensus Penanganan Infertilitas. 2019. https://pogi.or.id/publish/download/pnpk-dan-ppk/?wpdmdl=891&ind=MTY2MjcxMDk2NndwZG1fS09OU0VOU1VTIEVORE9NRVRSSU9TSVMucGRm
2. WHO. Infertility. 2020. https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/infertility
3. Walker MH, Tobler KJ. Female Infertility. StatPearls. 2022
4. Puscheck EE. Infertility. Medscape, 2020. https://emedicine.medscape.com/article/274143-overview#a1
5. ACOG. Infertility Workup for the Women’s Health Specialist. 2020. https://www.acog.org/clinical/clinical-guidance/committee-opinion/articles/2019/06/infertility-workup-for-the-womens-health-specialist

Pendahuluan Infertilitas Wanita
Etiologi Infertilitas Wanita

Artikel Terkait

  • Perbedaan IVF dan IUI
    Perbedaan IVF dan IUI
  • Jenis Pengobatan Infertilitas
    Jenis Pengobatan Infertilitas
  • Efikasi Penggunaan GnRH pada Luaran Prosedur IVF
    Efikasi Penggunaan GnRH pada Luaran Prosedur IVF
  • Manfaat Histeroskopi dalam Penanganan Kasus Infertilitas
    Manfaat Histeroskopi dalam Penanganan Kasus Infertilitas
  • Manfaat Metformin dalam Program IVF pada Pasien Sindrom Ovarium Polikistik
    Manfaat Metformin dalam Program IVF pada Pasien Sindrom Ovarium Polikistik

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
Anonymous
21 September 2022
Pasien wanita usia 28 tahun dengan keputihan, riwayat haid tidak teratur dan belum hamil sudah 1 tahun menikah
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo dokter, izin diskusi dok. Pasien perempuan usia 28 tahun keluhan saat ini keputihan berwarna putih kekuningan. Keluhan dirasakan pada hari ke-13 dari...
dr. Sartini Roma Dame Nainggolan
03 Agustus 2022
Kapan waktu terbaik melakukan tes infertilitas? - Obgyn Ask the Expert
Oleh: dr. Sartini Roma Dame Nainggolan
3 Balasan
ALO dr. Shandy, Sp. OG, izin bertanya dok, kapan waktu terbaik melakukan tes infertilitas? apakah harus setelah lebih dari 1 tahun menikah? atau ada kah...
Anonymous
14 Juli 2022
Pasien dengan nilai antibodi sperma autoimun tinggi pada serum darah
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Saya memiliki pasien dengan nilai asa seperti pada gambar,,terapinya bagaimana,,mohon kiranya bagi dr sp andrologi agar bs membantu

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.