Patofisiologi Infertilitas Wanita
Patofisiologi infertilitas wanita dapat disebabkan oleh gangguan ovulasi, adhesi pelvis atau tuba, endometriosis, atau penyebab uterus lainnya.
Gangguan Ovulasi
Gangguan ovulasi menyebabkan infertilitas karena tidak adanya oosit yang dikeluarkan. Kemungkinan kehamilan dan fertilisasi tidak akan terjadi apabila tidak terdapat ovulasi. Gangguan ovulasi berdasarkan World Health Organization (WHO) dapat dibagi menjadi empat subklasifikasi, yaitu anovulasi hipogonadotropik hipogonadal, anovulasi normogonadotropik normoestrogenik, anovulasi hipergonadotropik hipoestrogenik, dan anovulasi hiperprolaktinemik.[2,3]
Anovulasi Hipogonadotropik Hipogonadal
Anovulasi hipogonadotropik hipogonadal atau yang sering disebut sebagai hipotalamik amenore umumnya disebabkan oleh gangguan makan atau aktivitas yang berlebih. Penurunan masukan kalori, penurunan berat badan, dan aktivitas berlebih menyebabkan peningkatan kadar kortisol yang kemudian menyebabkan supresi hormon gonadotropin (GnRH). Penurunan GnRH menyebabkan penurunan sekresi gonadotropin, follicle-stimulating hormone (FSH), dan luteinizing hormone (LH) dari kelenjar pituitari anterior. Hal ini menyebabkan anovulasi dan penurunan kadar estrogen yang mengakibatkan infertilitas pada wanita.[2,3]
Anovulasi Normogonadotropik Normoestrogenik
Anovulasi normogonadotropik normoestrogenik umumnya disebabkan oleh sindrom polikistik ovarium (PCOS). Infertilitas akibat PCOS umumnya disebabkan oleh tidak terbentuknya folikel matur yang mengakibatkan anovulasi. Patofisiologi PCOS belum diketahui secara menyeluruh, namun beberapa studi telah menghubungkan dengan peningkatan hormon anti-Mullerian (AMH).[2,3]
Anovulasi Hipergonadotropik Hipoestrogenik
Anovulasi hipergonadotropik hipoestrogenik umumnya disebabkan oleh insufisiensi ovarium prematur. Pada keadaan ini terjadi penurunan kualitas dan kuantitas oosit yang dihubungkan dengan usia wanita dan kebiasaan merokok. Insufisiensi ovarium primer merupakan terjadinya hipergonadotropik hipogonadisme sebelum usia 50 tahun. Hal ini disebabkan oleh beberapa penyakit genetik, seperti sindrom Turner dan monosomi kromosom seks yang menyebabkan kariotipe 45X yang mengakibatkan penurunan folikulogenesis, penurunan estrogen, dan berkurangnya oosit yang berujung pada infertilitas.[2,3]
Anovulasi Hiperprolaktinemik
Prolaktinemia umumnya disebabkan adenoma pituitari. Prolaktin umumnya dapat menyebabkan supresi sekresi GnRH hipotalamus yang mengakibatkan rendahnya LH dan anovulasi. Selain itu, prolaktinemia juga menyebabkan penurunan sekresi progesteron dari korpus luteum yang membuat defek fase luteal. Hal ini menyebabkan terjadinya infertilitas wanita.[2,3]
Adhesi Pelvis atau Tuba
Penyebab utama infertilitas akibat adhesi pelvis atau tuba umumnya adalah penyakit radang panggul (PID). PID telah dihubungkan dengan infeksi Chlamydia trachomatis. Infeksi akut dan kronik pada tuba falopii menyebabkan hidrosalpinx yang merupakan kerusakan pada struktur falopii. Hal ini menyebabkan obstruksi tuba dan mengganggu aliran cairan fisiologis pada tuba falopii. [2,3]
Endometriosis
Endometriosis merupakan keadaan jaringan endometrium berada di luar uterus. Endometriosis pelvis merupakan salah satu penyebab infertilitas wanita. Pada endometriosis stadium I dan II, infertilitas umumnya disebabkan oleh inflamasi yang meningkatkan produksi prostaglandin, sitokin, makrofag, dan natural killer cells. Pada stadium III dan IV, infertilitas umumnya disebabkan oleh adhesi atau massa pelvis yang mengganggu motilitas tuba, pengeluaran oosit, dan motilitas sperma. Endometriosis juga telah dihubungkan dengan gangguan folikulogenesis yang mengganggu fertilisasi.[2,3]
Penyebab Uterus Lainnya
Space-occupying lesions pada uterus merupakan salah satu penyebab infertilitas wanita. Leiomyoma uterus submukosa dapat mengganggu implantasi dan menyebabkan infertilitas. Selain itu, kelainan uterus kongenital juga telah dihubungkan dengan infertilitas.[2,3]