Manfaat Histeroskopi dalam Penanganan Kasus Infertilitas

Oleh :
dr.Gregorius Tanamas, SpOG

Manfaat histeroskopi dalam penanganan kasus infertilitas hingga saat ini masih menjadi pemeriksaan baku emas, terutama untuk menilai gangguan kesuburan yang disebabkan oleh faktor rahim. Histeroskopi dapat memberikan gambaran langsung kondisi di dalam rongga rahim. Dengan perkembangan teknologi saat ini, histeroskopi dapat dilakukan dengan aman sebagai office procedure. Dibandingkan dengan pemeriksaan lain, seperti ultrasonografi (USG) pelvis dan histerosalpingografi (HSG), histeroskopi lebih akurat dalam menilai rongga rahim, terutama dalam penentuan adanya filling defect. Histeroskopi dapat menilai adanya perubahan di dalam rongga rahim yang dapat mengganggu implantasi, pertumbuhan, dan konsepsi, yang diakibatkan oleh lesi kecil yang tidak dapat dideteksi oleh USG pelvis dan HSG.[1,2]

Infertilitas adalah penyakit ditandai dengan kegagalan untuk mempertahankan kehamilan secara klinis setelah 12 bulan berhubungan seksual secara regular, tanpa proteksi, atau ketidakmampuan seseorang atau bersama rekannya untuk bereproduksi. Infertilitas juga dapat diartikan sebagai penyakit yang menyebabkan disabilitas pada kerusakan fungsi reproduksi. Hubungan seksual yang reguler adalah faktor penting penentu untuk terjadinya kehamilan.[3,4]

Manfaat Histeroskopi dalam Penanganan Kasus Infertilitas-min

Infertilitas memiliki dampak pada hubungan bagi kedua pasangan, dimana dilaporkan angka perceraian mencapai 3,5 kali lebih tinggi pada wanita yang infertil. Selain itu, dampak yang ditimbulkan juga meliputi aspek psikologis, sosial, penderitaan pribadi, dan disfungsi seksual. Oleh karena itu, masalah infertilitas dapat menurunkan kualitas hidup pasangan yang mengalaminya.[4,5]

Epidemiologi Infertilitas

Angka kejadian infertilitas pada wanita usia reproduksi adalah 1:7 pasangan di negara maju, dan 1:4 pasangan di negara berkembang. Kondisi infertilitas dapat mencapai 30% pada daerah Asia selatan, Afrika, dan Eropa Tengah. Faktor infertilitas laki-laki sendiri menyumbang 20-30% kasus. Secara keseluruhan, infertilitas ditemukan pada 8-12% pasangan di seluruh dunia, dimana infertilitas sekunder adalah penyebab paling sering pada wanita. Faktor perempuan sendiri menyumbang 10-20% kasus infertilitas, dan menyumbang 37% kasus pada pasangan yang infertil.[2,5,6]

Etiologi Infertilitas pada Wanita

Etiologi infertilitas merupakan faktor penting dalam tatalaksana dan edukasi pada pasangan. Secara umum, gangguan kesuburan pada wanita disebabkan oleh gangguan ovulasi, gangguan pembuahan, dan gangguan implantasi. Yang paling banyak menyebabkan gangguan kesuburan adalah faktor gangguan ovulasi (25-30%), dan faktor kelainan uterus (10-15%). Kelainan pada uterus dapat berupa ada polip uterus, mioma submukosa, dan sindrom Asherman. Faktor-faktor tersebut dapat menyebabkan gangguan kesuburan, baik tunggal maupun kombinasi, dengan faktor lainnya. Bila standard pemeriksaan infertilitas sudah dilakukan, dan tetap tidak ditemukan penyebabnya, maka dikatakan infertilitas idiopatik.[7,8]

Beberapa faktor risiko lain yang dapat menurunkan angka kesuburan wanita adalah usia yang lanjut, index massa tubuh yang tinggi, riwayat operasi daerah pelvis sebelumnya, konsumsi alkohol, kelainan genetik, gangguan imunitas, riwayat infeksi di panggul, riwayat diabetes melitus, thrombophilia, dan stress.[9]

Peran Histeroskopi pada Kasus Infertilitas

Di Spazio Sardo A et al. pada tahun 2016 melakukan systematic review pada penelitian-penelitian yang membandingkan kelompok wanita infertile tanpa kelainan intrauterine yang melakukan histeroskopi dengan kelompok tanpa histeroskopi, sebelum tindakan  in vitro fertilization (IVF) atau intracytoplasmic sperm injection (ICSI). Melibatkan 2.976 subjek, didapatkan kesimpulan sebagai berikut:

  • Ada bukti berkualitas sangat rendah bahwa histeroskopi meningkatkan kelahiran hidup
  • Didapatkan bukti berkualitas sedang bahwa histeroskopi meningkatkan angka kehamilan
  • Membandingkan histeroskopi operatif untuk kelainan intrauterin, seperti polip dan mioma, terdapat bukti berkualitas rendah bahwa histeroskopi operatif menaikkan tingkat kehamilan
  • Tidak ada penelitian yang membandingkan histeroskopi operatif versus diagnostik yang dinilai dengan anka kelahiran hidup[7]

Systematic review lainnya, oleh Kamath MS et al. tahun 2019, mempelajari penelitian membandingkan wanita subfertilitas idiopatik yang melakukan skrining histeroskopi (1.836 subjek) dengan yang tidak melakukan histeroskopi (1.914 subjek) sebelum in vitro fertilization (IVF). Sebelumnya subjek telah melakukan pemeriksaan pencitraan rutin dan tidak ditemukan kelainan pada rongga rahim. Hasil review melaporkan sebagai berikut:

  • Tidak ada bukti berkualitas tinggi untuk mendukung penggunaan histeroskopi secara rutin sebagai alat skrining pada populasi umum wanita subfertil dengan USG pelvis atau HSG normal
  • Tidak ada bukti berkualitas tinggi yang menyatakan skrining histeroskopi, sebagai pemeriksaan kesuburan dasar, dapat meningkatkan keberhasilan reproduksi
  • Terdapat bukti berkualitas rendah bahwa histeroskopi sebelum IVF dapat meningkatkan kelahiran hidup, tingkat kehamilan, ataupun kejadian keguguran
  • Manfaat skrining histeroskopi dalam meningkatkan kelahiran hidup dan kehamilan klinis berdasarkan penelitian masih meragukan
  • Tidak ada data yang cukup mengenai keamanan skrining histeroskopi[10]

Dari kedua review tersebut dapat disimpulkan bahwa belum ada bukti kuat untuk mendukung pelaksanaan rutin skrining histeroskopi pada populasi umum wanita subfertilitas, dimana hasil USG pelvis dan HSG normal, untuk meningkatkan keberhasilan reproduksi. Walaupun pada kelompok wanita yang akan menjalankan terapi IVF, pemeriksaan histeroskopi didugga dapat meningkatkan angka kehamilan dan persalinan hidup, akan tetapi belum ada cukup bukti yang mendukung dilakukannya skrining histeroskopi secara rutin.[10]

Kesimpulan

Gangguan kesuburan merupakan masalah kompleks, dan dengan perkembangan teknologi maka diharapkan dapat ditemukannya solusi untuk masalah-masalah gangguan kesuburan. Histeroskopi unggul dalam mendeteksi adanya kelainan pada rongga rahim, dikarenakan kemampuan visualisasi lebih baik dibandingkan USG pelvis atau HSG. Namun, belum ada rekomendasi untuk dilakukannya pemeriksaan skrining histeroskopi rutin pada seluruh kasus infertilitas. Sampai saat ini, histeroskopi hanya dianjurkan untuk kasus-kasus tertentu yang berhubungan dengan adanya kelainan pada rongga rahim, seperti kasus polip uterus atau mioma submukosa.

Referensi