Efek Merokok Terhadap Kualitas Semen pada Kelompok Pria Subur yang Sehat

Oleh :
dr. Wendy Damar Aprilano

Efek merokok terhadap kualitas semen pada pria kelompok usia subur hingga saat ini masih mengalami perdebatan. Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa merokok memberikan dampak negatif terhadap kesehatan reproduksi pada pria dan wanita. Studi eksperimental pada hewan menunjukkan bahwa merokok secara langsung maupun tidak langsung, memberikan efek toksik pada proses spermatogenesis.[1,2]

Tang Q et al tahun 2019, yang berusaha melihat penyebab infertilitas pada pria, termasuk rokok. Data penelitian tingkat infertilitas diperoleh melalui proses analisis semen, dengan melihat beberapa parameter, seperti volume semen, konsentrasi sperma, jumlah sperma, vitalitas sperma, hingga gerakan sperma. Namun penyebabnya masih belum jelas sehingga ditemukan perdebatan mengenai efek merokok terhadap kualitas semen. Hal ini lah yang akan dibahas pada artikel ini.[1,2,3]

Efek Merokok Terhadap Kualitas Semen pada Kelompok Pria Subur yang Sehat-min

Kandungan Zat Kimia Rokok dan Dampaknya terhadap Kualitas Semen

Rokok mengandung banyak komponen karsinogen dan mutagen bagi manusia (Polycyclic aromatic hydrocarbon, N-nitrisamines, aromatic amines, 1,3-butadiene, benzene, aldehydes, dan ethylene oxide). Paparan akut terhadap substansi dengan kadar racun yang tinggi pada rokok, dapat menyebabkan efek jangka pendek maupun jangka panjang terhadap perubahan parameter pemeriksaan semen.[1,3,5]

Pajanan akut rokok dengan dosis tinggi jarang ditemukan kasusnya dalam populasi. Pajanan kronis, dosis rendah, seringkali ditemukan pada populasi, tetapi mungkin tidak memberikan efek cukup layaknya pajanan akut. Paparan rokok yang berlangsung kronis ini, dapat berkontribusi secara klinis memberikan gangguan terhadap spermatogenesis, yang dapat terlihat dari perubahan pada parameter pemeriksaan semen.[1,3,5]

Komponen psikoaktif utama pada rokok yang bertanggung jawab terhadap proses adiksi adalah nikotin. Mayoritas nikotin pada tubuh manusia akan dimetabolisme menjadi kotinin, yang kemudian diubah menjadi trans-3’- hidroksikotinin (3HC). Diketahui motilitas sperma memiliki hubungan dengan kadar kotinin pada seminal. Pada perokok, konsentrasi kotinin dan 3HC dalam seminal dan serum hampir sama, dengan kadar nikotin seminal lebih tinggi dibandingkan dengan serum.[1,3]

Komponen aktif utama lainnya pada rokok yang memberikan pengaruh terhadap parameter analisa semen adalah logam berat kadmium dan timbal. Peningkatan kadmium seminal terjadi pada perokok apabila merokok >20 batang dalam sehari. Kadar kadmium dalam darah ditemukan semakin tinggi secara signifikan pada perokok yang telah beberapa tahun merokok, dan memberikan dampak negatif secara signifikan terhadap densitas sperma.[1,3]

Konsentrasi timbal dalam plasma seminal ditemukan lebih tinggi pada perokok infertil dibandingkan dengan pria fertil atau pria infertil yang tidak merokok. Dampak negatif dari konsentrasi kadmium dan kadar timbal seminal telah diteliti memberikan dampak negatif terhadap konsentrasi sperma, motilitas sperma, dan abnormalitas morfologi spermatozoa.[1,3]

Perokok aktif terpapar langsung dengan asap utama (mainstream smoke) dan asap sampingan (sidestream smoke). Kondisi ini mempengaruhi kualitas sperma terutama konsentrasi, motilitas, dan morfologi sperma. 50% dari bukan perokok merupakan perokok pasif, yang mayoritas terpapar dengan asap sampingan (sidestream smoke) dari perokok aktif. Efek negatif dari asap sampingan (sidestream smoke) maupun asap hembusan perokok masih belum jelas diketahui. Namun demikian asap ini dapat pula memberikan efek negatif terhadap sistem reproduksi non-perokok yang menerima pajanan berlebihan dari orang-orang yang merokok.[3,6,7]

Penelitian Polyzos, et al, yang meneliti perbandingan efek asap rokok utama dan asap rokok sampingan terhadap sel kelamin tikus menunjukan asap sampingan rokok dapat menurunkan motilitas sperma, sedangkan asap utama rokok memberikan efek perubahan integritas kromatin dan menurunkan laju fertilisasi. Sehingga dapat dilihat bahwa, baik perokok aktif maupun perokok pasif sama-sama memiliki efek negatif terhadap kesehatan reproduksinya.[3,6,7]

Tang Q, et al pada tahun 2019 melakukan studi terhadap 1631 pria subur di Nanjing Medical University Longitudinal Investigation of Fertility and the Environment (NMU-LIFE untuk mengetahui hubungan merokok dengan kualitas semen. Dari penelitian ini didapatkan kesimpulan bahwa merokok berat (>20 batang/hari) memiliki hubungan dengan terjadinya penurunan volume semen, jumlah total sperma, serta peningkatan motilitas yang bersifat progresif bergantung pada beberapa variabel. Diketahui juga bahwa merokok tidak mempengaruhi proses perkembangan sperma, melainkan secara utama memberikan dampak terhadap fase awal proses spermatogenesis.[1,3,5,6]

Efek Merokok Terhadap Kualitas Semen Berbasis Bukti Medis

Studi kohort Tang Q, et al di tahun 2019 mempelajari hubungan rokok dengan kualitas semen pada 1.631 pria sehat fertil di Nanjing Medical University. Hasil penelitian ditemukan bahwa secara signifikan terjadi penurunan volume semen (P=0.001), penurunan jumlah total sperma (P=0.037), serta peningkatan pada motilitas total (P=0.037) maupun progresif (P=0.037) pada perokok dengan jumlah konsumsi rokok per tahunnya ≥10 pak, dibandingkan dengan yang tidak pernah merokok. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap kualitas semen, pada seseorang yang hanya pernah mencoba merokok (dari berbagai usia), mantan perokok, bahkan yang tidak pernah merokok. Dengan demikian, berhenti merokok dapat mengembalikan kualitas semen seperti pada orang yang tidak pernah merokok.[1]

Beberapa studi lain turut mendukung hasil penelitian tersebut. Studi meta-analisis yang dilakukan Sharma R et al, mengenai hubungan merokok dan kualitas sperma dengan melihat hasil pemeriksaan semen terhadap 5865 sampel dari 20 studi. Hasil penelitian menunjukan pajanan asap rokok berhubungan dengan menurunnya jumlah sperma (mean difference [MD] : -9.72 x 106/ml; 95% CI, -13.32 sampai -6.12), motilitas (MD : -3,48%; 95% CI, -5,53 sampai -1,44) hingga morfologi (MD : -1,37%; 95% CI, -2.63 sampai -0.11). Lebih lanjut studi ini menemukan bahwa efek yang lebih besar ditemukan pada pria infertil dan pada perokok berat/sedang dibandingkan dengan perokok ringan. Sehingga dapat disimpulkan merokok secara umum memberikan efek negatif terhadap parameter pemeriksaan semen.[2,3]

Studi Harlev A et al, yang membuat telaah jurnal mengenai hubungan merokok dan infertilitas pria dari berbagai sumber juga memiliki kesimpulan yang sama, yaitu merokok dapat menimbulkan perubahan genetik dan epigenetik yang kemudian menurunkan fungsi sperma dan fertilitas. Studi ini juga menyatakan bahwa terdapat korelasi antara dosis rokok yang dikonsumsi dengan kualitas semen dan fungsi sperma, sehingga menghentikan merokok dapat membantu memulihkan kondisi kesuburan.[2,3]

KESIMPULAN

Merokok memberikan efek yang buruk pada kesehatan reproduksi. Kandungan berbagai bahan berbahaya, baik nikotin, logam berat seperti kadmium, dan timbal, dapat memberikan efek negatif terhadap fase awal spermatogenesis, hingga menimbulkan kerusakan genetik saat proses pematangan spermatozoa berlangsung. Akibatnya merokok dapat menimbulkan penurunan kualitas semen yang dapat dilihat dari perubahan parameter pemeriksaan semen, yaitu terjadinya penurunan volume dan jumlah total sperma, hingga peningkatan motilitas dan motilitas progresif sperma, terlebih pada seorang perokok berat.

Baik perokok aktif maupun pasif akan mengalami dampak rokok yang sama terhadap kesuburan mereka. Akan tetapi, jika seseorang berhenti merokok, maka kualitas sperma dapat mengalami pemulihan dan kembali sebagaimana kualitas dari seseorang yang belum pernah merokok sama sekali. Oleh sebab itu, berhenti merokok baik dilakukan untuk mengembalikan kesehatan reproduksi seperti sedia kala.[1-7]

Referensi