Etiologi Dismenore
Etiologi dismenore atau dysmenorrhea primer belum diketahui pasti, namun telah dihubungkan dengan peningkatan prostaglandin uterus, terutama PGF2α. Selama proses peluruhan endometrium, sel-sel endometrium melepaskan PGF2α yang dapat merangsang kontraksi myometrium, iskemia, dan sensitisasi ujung saraf. Terdapat bukti ilmiah bahwa wanita yang mengalami dismenore memiliki kadar PGF2α yang lebih tinggi dalam cairan menstruasinya, utamanya selama dua hari pertama menstruasi.
Pada dismenore sekunder, nyeri muncul sebagai akibat adanya kondisi patologi di pelvis, baik di dalam ataupun luar rahim. Ada banyak penyebab umum dismenore sekunder, termasuk endometriosis, fibroid, adenomiosis, polip endometrium, penyakit radang panggul, dan bahkan penggunaan intrauterine device.[1,6]
Faktor Risiko
Faktor risiko dismenore primer adalah menarche yang terjadi lebih dini (usia <12 tahun), nullipara, menometrorrhagia, merokok, riwayat keluarga dengan endometriosis, dan obesitas.
Sementara itu, faktor risiko terjadinya dismenore sekunder adalah adanya penyakit yang mendasari, seperti leiomyoma atau fibroid, penyakit radang panggul, abses tuboovarium, torsio ovarium, dan endometriosis.[1,2,7]
Usia kehamilan pertama yang lebih muda, penggunaan kontrasepsi hormonal, dan paritas tinggi (>5 kehamilan) telah dikaitkan dengan penurunan risiko dismenore.[25]