Epidemiologi Dismenore
Data epidemiologi dismenore atau dysmenorrhea menunjukkan bahwa kondisi ini lebih banyak terjadi pada wanita usia 17-24 tahun dan akan berkurang seiring dengan bertambahnya usia. Prevalensi pada wanita usia yang lebih tua adalah 25%, sedangkan pada wanita muda sebesar 90%. Tidak ada data yang menunjukkan hubungan antara etnis dengan insidensi dismenore.[2,8,9]
Global
Secara global, kejadian dismenore tersebar di seluruh dunia dengan angka kejadian bervariasi dalam rentang 15,8% hingga 89,5%. Sebagai contoh, di Bangladesh angka kejadian dismenore dilaporkan sebesar 59,8%; di Mesir sebesar 35%; dan di Korea Selatan sebesar 0,9%. Studi di Italia menunjukkan prevalensi dismenore sebesar 84,1%. Sebanyak 55,2% nyeri yang dirasakan membutuhkan pengobatan, 31,9% membutuhkan istirahat dari pekerjaan atau sekolah, dan 25,3% membutuhkan keduanya.[2,8,9]
Indonesia
Belum ada data epidemiologi nasional dismenore di Indonesia. Sebuah studi terhadap 43 remaja putri di Denpasar menunjukkan bahwa 74,42% sampel mengalami dismenore. Proporsi dismenore paling tinggi ditemukan pada remaja usia 14-16 tahun, tidak memiliki riwayat keluarga, menarche pada usia 11-12 tahun, dan lama haid 7 hari atau lebih.[10]
Mortalitas
Dismenore dapat menyebabkan morbiditas signifikan. Diperkirakan sebesar 40% pasien yang mengalami dismenore mengalami gejala yang berat. Pada 16-29% wanita, dismenore dikaitkan dengan penurunan kualitas hidup signifikan. Dismenore juga menurunkan produktivitas karena meningkatkan hilangnya hari kerja dan sekolah.[1]