Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Penatalaksanaan Rhabdomyolysis general_alomedika 2024-03-13T10:15:34+07:00 2024-03-13T10:15:34+07:00
Rhabdomyolysis
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Penatalaksanaan Rhabdomyolysis

Oleh :
dr. Nindy Adhilah
Share To Social Media:

Penatalaksanaan rhabdomyolysis harus didasarkan pada tiga prinsip kegawatdaruratan. Pertama, gangguan cairan dan elektrolit harus dikenali dan diterapi. Kedua, dalam kasus penyebab nontraumatik atau nonfisik, faktor pemicu harus dihilangkan atau dihentikan, misalnya penggunaan obat golongan statin atau ingesti bahan toksik. Ketiga, pada pasien dengan komplikasi seperti sindrom kompartemen, evaluasi dan pengobatan harus segera dilakukan.[2,5,8]

Penanganan Kegawatdaruratan

Beberapa pasien rhabdomyolysis dapat menunjukkan kondisi yang mengancam nyawa. Karena itu, penanganan kegawatdaruratan perlu dilakukan dengan prinsip menilai ABC yaitu airway, breathing, dan circulation. Pemeriksaan saluran napas, proses pernapasan, serta sirkulasi perlu dilakukan secara berkala dan ditangani sesuai dengan masalah yang ditemui.[2,3]

Resusitasi Cairan

Resusitasi cairan perlu segera dilakukan untuk mencegah terjadinya gagal ginjal akut pada semua pasien dewasa dan anak-anak selama tidak didapatkan tanda-tanda overload cairan. Lakukan pemasangan kateter urine untuk mengevaluasi jumlah produksi urine.

Cairan ringer laktat atau cairan salin normal merupakan cairan yang dapat diberikan untuk resusitasi pada rhabdomyolisis. Kecepatan awal yang disarankan adalah 400 ml/jam. Target terapi keluaran urine adalah 1 ml/kg/jam hingga 3 ml/kg/jam, atau sekitar 200-300 ml per jam. Penggunaan natrium bikarbonat, manitol, maupun loop diuretic seperti furosemide tidak disarankan karena belum didukung bukti ilmiah.

Pada anak-anak, dosis yang disarankan adalah pemberian cairan salin normal 20 ml/kgBB bolus (maksimal 1 L), dilanjutkan dengan pemberian dextrose 5% dengan dosis rumatan sesuai usia dan berat badan (maksimal 200 ml per jam).[2,5,6,10]

Gagal Ginjal Akut

Beberapa langkah dipercaya dapat mencegah gagal ginjal akut, seperti alkalinisasi urine, pemberian manitol, atau pemberian diuretik. Akan tetapi, langkah-langkah ini tidak didukung dengan studi yang meyakinkan.[1,2,5,11]

Pada pasien dengan gagal ginjal yang menyebabkan anuria, hiperkalemia persisten, asisdosis metabolik, kondisi overload cairan, ataupun tidak membaik dengan terapi konservatif, hemodialisis dapat dilakukan.[2,3]

Koreksi Elektrolit

Hiperkalemia, hiperfosfatemia, dan hipokalsemia adalah kelainan elektrolit perlu diwaspadai. Koreksi keseimbangan biokimia dan elektrolit harus dilakukan dengan cermat selama penatalaksanaan rhabdomyolysis untuk menghindari komplikasi. Hiperkalemia merupakan kelainan elektrolit yang memerlukan koreksi tepat waktu untuk mengurangi risiko aritmia jantung.

Hiperkalemia

Gagal ginjal akut pada rhabdomyolysis sering dikaitkan dengan kadar kalium yang berlebihan dan berkorelasi dengan volume kerusakan otot. Kadar kalium dan semua elektrolit baseline perlu dievaluasi jika rhabdomyolysis dicurigai.

Hiperkalemia yang terjadi pada gagal ginjal akut yang diinduksi rhabdomyolysis umumnya muncul pada awal perjalanan penyakit dan memerlukan pemantauan serial. Pasien dengan kadar kalium tinggi (>6 mmol/L) memerlukan pemantauan jantung. EKG harus dimonitor dan dinilai terkait adanya manifestasi hiperkalemia berat, seperti pelebaran QRS, gelombang p kecil, dan aritmia yang mengancam.

Peningkatan kadar kalium diobati dengan insulin dan infus glukosa. Pertimbangkan penghilangan kalium melalui resin penukar kation (cation exchange resin) atau dialisis sesuai indikasi.[1]

Hipokalsemia

Hipokalsemia terjadi pada awal rhabdomyolysis karena masuknya kalsium ke dalam sel yang rusak dan deposisi kalsium fosfat di otot. Adanya hipokalsemia dapat memperburuk efek dari hiperkalemia. Jika pasien simptomatik atau mengalami hipokalsemia berat, lakukan penanganan dengan kalsium klorida atau kalsium glukonat.

Perlu dicatat bahwa pengobatan hipokalsemia dini pada rhabdomyolysis harus dihindari karena pengendapan kalsium dapat terjadi pada otot yang cedera. Selama fase pemulihan, kadar kalsium serum bisa kembali normal dan menyebabkan hiperkalsemia karena pelepasan kalsium dari otot yang cedera atau hiperparatiroid sekunder akibat gagal ginjal.[1]

Hiperfosfatemia

Hiperfosfatemia terjadi akibat pelepasan fosfat dari sel otot yang rusak. Kadar fosfat yang tinggi dapat menimbulkan masalah karena fosfat berikatan dengan kalsium dan mengendap di jaringan lunak. Selain itu, dengan menghambat 1α-hidroksilase, hiperfosfatemia menghambat pembentukan kalsitriol dan membatasi pembentukan vitamin D.

Pengobatan hiperfosfatemia dilakukan dengan hati-hati karena pengobatan melibatkan pemberian khelator kalsium yang dapat meningkatkan pengendapan kalsium fosfat pada otot yang cedera.[1]

Menghilangkan Pencetus

Pada kasus rhabdomyolysis yang nontraumatik, faktor pencetus perlu dihilangkan. Contohnya adalah toksin akibat gigitan ular atau konsumsi obat seperti amitriptyline dan fluoxetine.

Penggunaan Obat yang Tidak Direkomendasikan

Penggunaan obat seperti natrium bikarbonat, manitol, maupun loop diuretic seperti furosemide, tidak direkomendasikan dalam terapi rhabdomyolysis karena belum didukung bukti ilmiah adekuat. Dalam konteks rhabdomyolysis, loop diuretic bahkan dapat memperburuk kondisi hipokalsemia yang sudah ada.[8,12]

Referensi

1. Kodadek L, Carmichael Ii SP, Seshadri A, Pathak A, Hoth J, Appelbaum R, Michetti CP, Gonzalez RP. Rhabdomyolysis: an American Association for the Surgery of Trauma Critical Care Committee Clinical Consensus Document. Trauma Surg Acute Care Open. 2022 Jan 27;7(1):e000836. doi: 10.1136/tsaco-2021-000836.
2. De Guzman MM. Rhabdomyolysis. Medscape, 2020. https://emedicine.medscape.com/article/1007814-overview
3. Stanley M, Chippa V, Aeddula NR, et al. Rhabdomyolysis. StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK448168/
4. Torres PA, Helmstetter JA, Kaye AM, Kaye AD. Rhabdomyolysis: Pathogenesis, Diagnosis, and Treatment. The Ochsner Journal. 2015; 15:58-69.
5. Gupta A, Thorson P, Penmatsa KR, Gupta P. Rhabdomyolysis: Revisited. Ulster Med J. 2020; 90(2):61-69.
8. Shefner JM, Targoff IN, Dashe JF. Clinical manifestations and diagnosis of rhabdomyolysis. UpToDate. 2021. Dalakas MC. Inflammatory myopathies: update on diagnosis, pathogenesis and therapies, and COVID-19-related implications. Acta Myologica. 2020; 39(4): 289-301
10. Michelsen J, Cordtz J, Liboriussen L, Behzadi MT, Ibsen M, Damholt MB, Møller MH, Wiis J. Prevention of rhabdomyolysis-induced acute kidney injury – A DASAIM/DSIT clinical practice guideline. Acta Anaesthesiol Scand. 2019;00:1-11.
11. CDC. Rhabdomyolysis. 2019. https://www.cdc.gov/niosh/topics/rhabdo/default.html
12. Sever MS, Vanholder R, Lameire N. Management of crush-related injuries after disasters. N Engl J Med 2006; 354:1052.

Diagnosis Rhabdomyolysis
Prognosis Rhabdomyolysis

Artikel Terkait

  • Peningkatan Risiko Rhabdomyolysis pada Penggunaan Statin Bersama Fibrat atau Clarithromycin
    Peningkatan Risiko Rhabdomyolysis pada Penggunaan Statin Bersama Fibrat atau Clarithromycin
Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 19 Desember 2024, 08:05
Susp rhabdomyolisis ec intense fitness
Oleh: Anonymous
1 Balasan
ALO Dokter, mau diskusi sy ada px L 25 th dgn obesitas. Dtg dgn keluhan bak merah baru 1 hari disertai nyeri2 otot seluruh badan. Ternyata 3 hari terakhir...
Anonymous
Dibalas 27 Maret 2024, 20:08
Rhabdomyolysis pada antikolesterol
Oleh: Anonymous
3 Balasan
Alo dokter. Pasien saya Ny. A (49 th) dtg dgn keluhan nyeri otot terasa dari paha hingga telapak kaki 2 hari terakhir ini. Pasien mengalami plantar fasciitis...

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.