Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • SKP
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Patofisiologi Rhabdomyolysis general_alomedika 2022-07-07T10:52:30+07:00 2022-07-07T10:52:30+07:00
Rhabdomyolysis
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Patofisiologi Rhabdomyolysis

Oleh :
dr. Nindy Adhilah
Share To Social Media:

Patofisiologi rhabdomyolysis utamanya melibatkan kerusakan otot. Faktor yang mencetuskan kerusakan otot beragam, mulai dari trauma, obat, faktor genetik, hingga olahraga berat.[1]

Fisiologi Otot

Pada kondisi normal, saat otot dalam kondisi istirahat, pompa natrium-kalium dan penukar natrium-kalsium yang terletak pada membran sarkolema akan menjaga kadar ion natrium dan kalsium intraseluler dalam kondisi rendah dan kadar ion kalium intraseluler dalam kondisi tinggi. Saat depolarisasi otot, terjadi influks kalsium dari tempat penyimpanannya (retikulum sarkoplasma) menuju sitoplasma, menyebabkan terjadinya kontraksi otot melalui ikatan aktin dan myosin. ATP dibutuhkan agar proses tersebut dapat terjadi.[3,4]

Rhabdomyolysis Akibat Trauma

Trauma merupakan penyebab tersering dari rhabdomyolisis. Rhabdomyolisis terjadi akibat pelepasan zat yang berpotensi toksik seperti elektrolit, mioglobin, dan protein sarkoplasma ke dalam aliran darah. Patofisiologi yang mendasari semua kasus rhabdomyolisis adalah gangguan pada membran sel miosit dan kebocoran isi sel ke dalam sirkulasi. Pada trauma, hal ini mungkin diakibatkan oleh cedera miosit langsung.

Pasien dengan trauma multisistem, cedera remuk yang melibatkan ekstremitas atau batang tubuh, dan sindrom kompartemen pada satu atau lebih ekstremitas lebih berisiko mengalami rhabdomyolisis.[1]

Rhabdomyolisis Non Trauma

Pada rhabdomyolysis akibat penyebab non trauma, seperti iskemia otot, gangguan metabolik, atau aktivitas otot berlebih, terjadi deplesi ATP pada sel. Kerusakan sarkolema ataupun deplesi ATP ini menyebabkan fungsi regulasi ion intraseluler menjadi terganggu.

Terjadi influks natrium dan kalsium intraseluler yang selanjutnya akan menarik air ke dalam sel. Akibatnya, terjadi pembengkakan sel dan kerusakan struktur intraseluler. Kalsium intraseluler yang berlebihan mengakibatkan aktivasi ikatan aktin dan miosin, kontraksi miofibril, dan deplesi ATP berkelanjutan.

Selain itu, terjadi aktivasi protease dan fosfolipase dependen kalsium yang menyebabkan terjadinya lisis dari membran sel dan memperparah terganggunya fungsi kanal-kanal ion. Leukosit yang menuju otot yang rusak akan menyebabkan terjadinya peningkatan sitokin, prostaglandin, dan radikal bebas.

Selanjutnya, kerusakan sel-sel otot dan nekrosis serat otot akan menghasilkan produk kalium, myoglobin, creatine kinase, fosfat, asam urat ke dalam aliran darah. Masing-masing komponen ini nantinya berperan dalam manifestasi gejala pada rhabdomyolysis.[3,4]

Gagal Ginjal Akut pada Rhabdomyolysis

Gagal ginjal akut pada rhabdomyolysis terjadi melalui beberapa mekanisme, yaitu vasokonstriksi pembuluh darah ginjal, efek nefrotoksik dari myoglobin, serta pembentukan cast yang menyebabkan obstruksi intraluminal.

Pertama, kerusakan sel otot menyebabkan perpindahan cairan menuju otot sehingga terjadi penurunan volume intravaskuler. Hal ini mengakibatkan aktivasi sistem renin-angiotensin-aldosterone yang berperan dalam menurunkan perfusi ginjal.[2,3,5,6]

Mekanisme selanjutnya melibatkan myoglobin. Pada kondisi urine yang basa, myoglobin tidak memiliki efek nefrotoksik pada tubulus ginjal. Namun, pada rhabdomyolysis, kondisi asidosis metabolik dan penumpukan myoglobin di tubulus ginjal menyebabkan cast lebih mudah terbentuk dan menyebabkan obstruksi pada tubulus ginjal.

Selain itu, zat besi yang dihasilkan dari pemecahan myoglobin akan bereaksi dengan hidrogen peroksida dan menghasilkan radikal bebas yang merusak integritas tubulus ginjal. Myoglobin juga menyebabkan kerusakan pada komponen lipid membran sel sehingga terjadi pelepasan endotelin, thromboksan A2, necrotic tumor factor alpha, isoprostanes, dan penurunan oksida nitrate, yang berakibat pada vasokonstriksi pembuluh darah ginjal.[3,6]

Referensi

1. Kodadek L, Carmichael Ii SP, Seshadri A, Pathak A, Hoth J, Appelbaum R, Michetti CP, Gonzalez RP. Rhabdomyolysis: an American Association for the Surgery of Trauma Critical Care Committee Clinical Consensus Document. Trauma Surg Acute Care Open. 2022 Jan 27;7(1):e000836. doi: 10.1136/tsaco-2021-000836.
2. De Guzman MM. Rhabdomyolysis. Medscape, 2020. https://emedicine.medscape.com/article/1007814-overview
3. Stanley M, Chippa V, Aeddula NR, et al. Rhabdomyolysis. StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK448168/
4. Torres PA, Helmstetter JA, Kaye AM, Kaye AD. Rhabdomyolysis: Pathogenesis, Diagnosis, and Treatment. The Ochsner Journal. 2015; 15:58-69.
5. Gupta A, Thorson P, Penmatsa KR, Gupta P. Rhabdomyolysis: Revisited. Ulster Med J. 2020; 90(2):61-69.
6. Chavez LO, Leon M, Einav S, Varon J. Beyond muscle destruction: a systematic review of rhabdomyolysis for clinical practice. Critical Care. 2016; 20:135.

Pendahuluan Rhabdomyolysis
Etiologi Rhabdomyolysis

Artikel Terkait

  • Peningkatan Risiko Rhabdomyolysis pada Penggunaan Statin Bersama Fibrat atau Clarithromycin
    Peningkatan Risiko Rhabdomyolysis pada Penggunaan Statin Bersama Fibrat atau Clarithromycin
Diskusi Terbaru
dr. Khalisah Atma Aulia
Kemarin, 21:13
Jumlah pemberian obat Acyclovir
Oleh: dr. Khalisah Atma Aulia
1 Balasan
Alo dokter, saya izin bertanya terkait pemberian jumlah obat.Jika ingin meresepkan Acyclovir 5x800 mg (tablet 400) selama 7 hari. Berarti harus meresepkan 70...
dr. Gabriela Widjaja
Kemarin, 13:16
Keamanan dan Efikasi Obat Kedaluwarsa - Artikel SKP Alomedika
Oleh: dr. Gabriela Widjaja
1 Balasan
ALO Dokter!Pasien sering khawatir tentang keamanan dan efikasi obat yang mendekati atau telah melewati tanggal kedaluwarsa. Padahal, di lain pihak,...
Anonymous
1 hari yang lalu
Kapan boleh minum air setelah operasi tumor karotis?
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dokter .. ijin bertanya,Utk pasien pasca operasi tumor karotis berapa jam pasca operasi baru d perbolehkan minum air ? Apakah harus menunggu pasien...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.