Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • SKP
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Diagnosis Hiperkalemia general_alomedika 2022-11-17T16:34:27+07:00 2022-11-17T16:34:27+07:00
Hiperkalemia
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Hiperkalemia

Oleh :
dr. Queen Sugih Ariyani
Share To Social Media:

Diagnosis hiperkalemia ditegakkan dengan pemeriksaan klinis dan temuan peningkatan kadar kalium dari pemeriksaan laboratorium. Hal yang perlu diwaspadai dari kasus hiperkalemia adalah efek kardiovaskular, misalnya aritmia.

Anamnesis

Gejala yang ditimbulkan oleh hiperkalemia sering tidak spesifik. Gejala yang paling banyak dikeluhkan pasien hiperkalemia adalah kelemahan dan kelelahan. Hiperkalemia juga dapat bermanifestasi sebagai keluhan pada sistem kardiovaskular atau muskuloskeletal.

Riwayat penyakit ginjal, diabetes, kemoterapi, trauma mayor, atau nyeri otot yang mengarah pada rhabdomyolisis dapat menjadi petunjuk tambahan kecurigaan terhadap hiperkalemia. Terkadang pasien juga dapat mengeluhkan kelumpuhan otot, sesak napas, palpitasi, atau nyeri dada. Pasien dapat juga mengalami mual, muntah, dan parestesia.

Pada anamnesis juga perlu ditanyakan hal-hal yang bisa meningkatkan risiko hiperkalemia, misalnya penggunaan obat-obatan tertentu, seperti heparin, ketoconazole, atau spironolactone.[1,2]

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik pada pasien hiperkalemia bisa saja normal. Temuan pemeriksaan fisik yang didapat mungkin berhubungan dengan penyakit yang mendasari, misalnya hipertensi dan edema pada penderita penyakit ginjal; nyeri otot pada pasien dengan rhabdomyolisis; atau ikterus pada pasien dengan kondisi hemolitik.

Pasien dapat mengalami kelemahan otot, flaccid paralysis, atau penurunan refleks tendon dalam. Kelemahan otot dapat terjadi secara ascending, dimulai dari kaki dan berlanjut ke tubuh dan lengan. Hal ini kemudian dapat berkembang menjadi flaccid paralysis, mirip dengan sindrom Guillain-Barré. Tonus sfingter dan fungsi saraf kranial biasanya normal. Kelemahan otot pernapasan dapat terjadi namun insidensinya jarang.

Pada pemeriksaan jantung bisa didapatkan ekstrasistol, pause, atau bradikardia akibat blokade jantung. Takipnea dapat ditemukan bila terjadi gangguan pada otot pernapasan.[2,8]

Diagnosis Banding

Diagnosis banding hiperkalemia dibuat untuk mempersempit kemungkinan penyebab yang mendasari. Hiperkalemia juga dapat didiagnosis banding dengan pseudohiperkalemia.

Pseudohiperkalemia

Pseudohiperkalemia terjadi ketika hasil laboratorium kadar kalium tidak menunjukkan nilai kalium yang sebenarnya. Penyebab tersering adalah lisis dari sel darah merah pada spesimen flebotomi. Diagnosis dapat dieksklusi dengan mengulangi pemeriksaan dan mengukur nilai kalium di serum dan di plasma. Pada pseudohiperkalemia, kadar plasma akan normal dan kadar serum meningkat.

Hiperkalemia Karena Penurunan Ekskresi Kalium

Penurunan ekskresi kalium umumnya disebabkan oleh gangguan fungsi ginjal, misalnya gagal ginjal, hipoperfusi ginjal, ataupun hipoaldosteronisme.

Hiperkalemia Diinduksi Obat

Berbagai obat dapat menyebabkan hiperkalemia, misalnya penyekat beta, obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS), captopril, ramipril, candesartan, heparin, ketoconazole, spironolactone, amilorid, triamterene, trimetoprim, agonis alfa, digoxin, succinylcholine, isofluran, minoksidil, somatostatin, dan mannitol.

Hiperkalemia Kongenital

Abnormalitas kongenital sintesis aldosteron juga dapat menyebabkan peningkatan kadar kalium dan peningkatan ekskresi natrium. Pada kondisi yang berat, neonatus bisa mengalami komplikasi yang fatal bahkan berujung kematian. Contoh kondisi yang perlu dipertimbangkan dalam diagnosis banding adalah congenital adrenal hyperplasia dan pseudohipoaldosteronisme.[25]

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat menunjukkan diagnosis hiperkalemia adalah pemeriksaan elektrolit. Pemeriksaan penunjang lain yang perlu dilakukan mencakup EKG dan fungsi ginjal.

Elektrolit

Pemeriksaan elektrolit yang dilakukan meliputi evaluasi kadar kalium, natrium, dan kalsium dalam serum. Kadar kalsium serum penting untuk diperiksa karena hipokalsemia dapat memperburuk efek hiperkalemia pada jantung.

Nilai referensi kadar kalium dalam darah adalah 3,5-5,0 meq/L. Jika kadar kalium lebih dari 5,0-5,5 mEq/L maka diagnosis hiperkalemia dapat ditegakkan.[1,2]

Elektrokardiografi (EKG)

Peningkatan kalium ekstrasel memiliki beberapa efek pada elektrofisiologi miokard yang berkontribusi pada gangguan konduksi jantung. Ketika terjadi peningkatan kalium ekstrasel, gradien kalium intrasel ke ekstrasel menurun, sehingga menurunkan potensi membran istirahat. Peningkatan kalium ekstrasel juga meningkatkan permeabilitas membran terhadap kalium, menurunkan resistensi membran, meningkatkan arus repolarisasi, dan memperpendek potensial aksi transmembran.[5]

Kelainan EKG klasik yang dapat ditemukan pada kasus hiperkalemia adalah gelombang T yang tinggi yang merefleksikan penurunan ambang batas depolarisasi cepat dan pemanjangan interval QT. Kemudian, akan terjadi pemanjangan interval PR secara progresif, dan gelombang P akan menghilang, bradikardia, dan QRS melebar.

Pada kasus yang lebih jarang, hiperkalemia dapat membentuk perubahan segmen ST non-spesifik yang menyerupai sindroma Brugada. Pola EKG ini terjadi pada pasien sakit kritis dengan hiperkalemia yang signifikan dan dapat dibedakan dari sindrom Brugada genetik dengan tidak adanya gelombang P, pelebaran QRS, atau sumbu QRS yang abnormal.[5,20]

Fungsi Ginjal

Pemeriksaan fungsi ginjal penting untuk dilakukan sebab gangguan ekskresi kalium di ginjal merupakan hal yang sering mendasari hiperkalemia. Pemeriksaan yang dapat dilakukan meliputi pengukuran kadar blood urea nitrogen (BUN) dan kreatinin serum untuk menilai fungsi ginjal, serta urinalisis untuk skrining penyakit ginjal.[2]

Pemeriksaan Lain

Selain untuk keperluan diagnostik, pemeriksaan penunjang juga dapat dilakukan untuk mengevaluasi kemungkinan penyebab dari hiperkalemia. Bergantung pada temuan klinis dan hasil laboratorium, pemeriksaan berikut dapat bermanfaat:

  • Kadar glukosa: pada pasien dengan kecurigaan diabetes melitus atau riwayat penyakit diabetes mellitus yang sudah diketahui
  • Kadar digoxin: jika pasien dalam pengobatan digitalis
  • Gas darah arteri atau vena: jika terdapat kecurigaan asidosis
  • Kadar kortisol dan aldosteron serum: untuk memeriksa defisiensi mineralokortikoid ketika penyebab lain telah dieliminasi
  • Tes asam urat serum dan fosfor: untuk sindrom lisis tumor
  • Pengukuran serum kreatinin fosfokinase (CPK): untuk rhabdomyolysis[1,2]

Referensi

1. Alsauskas DC, Mackelait L, Nayak V. Hyperkalemia. Medscape, 2016. https://emedicine.medscape.com/article/240903-overview
2. Simon LV, Hashmi MF, Farrell MW. Hyperkalemia. [Updated 2020 Jul 20]. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020 Jan. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470284/
5. Dépret F, Peacock WF, Liu KD, et al. Management of hyperkalemia in the acutely ill patient. Ann. Intensive Care 9, 32 (2019). https://doi.org/10.1186/s13613-019-0509-8
8. Montford JR, Linas S. How Dangerous Is Hyperkalemia? JASN, 2017. 28 (11) 3155-3165. https://doi.org/10.1681/ASN.2016121344
20. Sterns RH, Grieff M, Bernstein PL. Treatment of hyperkalemia: something old, something new. Kidney International, 2016;89(3):546-554. https://doi.org/10.1016/j.kint.2015.11.018.

Epidemiologi Hiperkalemia
Penatalaksanaan Hiperkalemia

Artikel Terkait

  • Peran Insulin dalam Penatalaksanaan Hiperkalemia
    Peran Insulin dalam Penatalaksanaan Hiperkalemia
Diskusi Terkait
dr.Rinitha Dinda Savitri
27 Februari 2020
Acuan pemberian terapi hiperkalemia berdasarkan kondisi pasien
Oleh: dr.Rinitha Dinda Savitri
15 Balasan
Alo dokterIzin diskusi untuk terapi hiperkalemiaApakah terapi hiperkalemia yang diberikan juga mengacu ringan sedang dan berat atau semua pada dasarnya...

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.