Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • SKP
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Sindrom Brugada general_alomedika 2022-04-19T17:07:41+07:00 2022-04-19T17:07:41+07:00
Sindrom Brugada
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalakasanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Pendahuluan Sindrom Brugada

Oleh :
dr. Daniel Budiono
Share To Social Media:

Sindrom Brugada merupakan kelainan listrik jantung yang ditandai oleh elevasi segmen ST pada perekaman lead prekordial kanan elektrokardiografi (EKG). Terjadi  pada pasien tanpa riwayat penyakit jantung struktural, iskemia miokard, atau ketidakseimbangan kadar elektrolit.[1,2]

Pasien Sindrom Brugada memiliki risiko untuk  mengalami aritmia seperti ventricular fibrillation (VF) atau ventricular tachycardia, bahkan henti jantung mendadak tanpa ada tanda bahaya sebelumnya. Dua dari tiga pasien sindrom Brugada tidak mengalami gejala atau asimtomatik saat terdiagnosis pemeriksaan EKG.[1,2]

shutterstock_1373740076-min

Sindrom Brugada lebih sering ditemukan pada pria, rata-rata usia dekade keempat, dan masyarakat di wilayah Asia Tenggara dibandingkan di Eropa atau Amerika Utara. Sindrom Brugada merupakan kelainan yang bersifat herediter dengan transmisi autosomal dominan. Hingga saat ini, setidaknya 100 mutasi gen telah teridentifikasi berhubungan dengan Sindrom Brugada. Namun, mutasi pada gen SCN5A atau gen yang mengkode subunit α pada kanal natrium merupakan varian yang paling sering ditemukan.[1-3]

Patofisiologi Sindrom Brugada masih belum sepenuhnya dimengerti, tetapi mutasi pada gen SCN5A diduga menyebabkan gangguan fungsi kanal natrium sehingga terjadi abnormalitas repolarisasi dan/atau konduksi yang menyebabkan terjadinya gambaran right bundle branch block (RBBB) dan elevasi segmen ST pada pemeriksaan EKG.[1,2,3]

Berdasarkan gambaran EKG, sindrom Brugada dikategorikan menjadi tipe 1, 2, dan 3. Pemasangan implantable cardioverter defibrillator (ICD) direkomendasikan pada pasien sindrom Brugada risiko tinggi, yaitu pada pasien dengan riwayat fibrilasi ventrikel terdokumentasi atau riwayat henti jantung mendadak. Tujuan pemasangan ICD untuk mencegah rekurensi serangan aritmia dan henti jantung. Terapi farmakologis, seperti quinidine atau isoproterenol, dapat diberikan pada pasien sindrom Brugada yang mengalami serangan aritmia atau memenuhi indikasi pemasangan ICD tetapi menolak atau memiliki kontraindikasi.[3,4]

Obat antiaritmia seperti amiodarone dan obat golongan beta bloker tidak efektif dalam mencegah serangan aritmia pada pasien sindrom Brugada. Pasien yang terdiagnosis sindrom Brugada perlu mendapat terapi antipiretik adekuat bila mengalami demam, serta menghindari konsumsi alkohol berlebih atau makanan dalam porsi besar untuk mencegah terjadinya serangan aritmia.[3,4]

Referensi

1. Sieira J, Brugada P. Brugada Syndrome: Defining the Risk in Asymptomatic Patients. Arrhythmia & Electrophysiology Review:2016;5(3):164-9. DOI: 10.15420/aer.2016:22:3
2. Vutthikraivit W, Rattanawong P, Putthapiban P, et al. Worldwide prevalence of Brugada Syndrome: A Systematic Review and Meta-Analysis. Acta Cardiol Sin:2018;34:267-77. DOI: 10.6515/ACS.201805_34(3).20180302B
3. Li KHC, Lee S, Yin C, et al. Brugada syndrome: A comprehensive review of pathophysiological mechanisms and risk stratification strategies. IJC Heart & Vasculature:2020. https://doi.org/10.1016/j.ijcha.2020.100468
4. Priori SG, Lundqvist CB, Mazzanti A, et al. 2015 ESC Guidelines for the management of patients with ventricular arrhythmias and the prevention of sudden cardiac death. European Heart Journal: 2015;36:2793-867.

Patofisiologi Sindrom Brugada

Artikel Terkait

  • Diagnosis Banding Elevasi Segmen ST pada Elektrokardiografi
    Diagnosis Banding Elevasi Segmen ST pada Elektrokardiografi
  • Efikasi Carbamazepine dalam Tata Laksana Nyeri Neuropatik
    Efikasi Carbamazepine dalam Tata Laksana Nyeri Neuropatik
  • Red Flags Nyeri Wajah
    Red Flags Nyeri Wajah
Diskusi Terkait
dr. Riko Saputra
24 Februari 2019
Bagaimana tatalaksana brugada syndrome?
Oleh: dr. Riko Saputra
7 Balasan
Alo dokter, mohon konsultasi jika menemukan pasien dengan brugada syndrome, tatalaksana apa yang harus diberikan?
dr. Willy
13 April 2018
Perubahan EKG pada Pasien Pielonefritis
Oleh: dr. Willy
2 Balasan
Dear TS, Saat ini saya sedang menangani seorang pasien wanita 42 tahun, yang mengeluh demam dan berdebar-debar. OS terdiagnosa pielonefritis dan sedang...

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.