Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • SKP
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Teknik Pemeriksaan Refleks Fisiologis general_alomedika 2022-11-04T09:14:35+07:00 2022-11-04T09:14:35+07:00
Pemeriksaan Refleks Fisiologis
  • Pendahuluan
  • Indikasi
  • Kontraindikasi
  • Teknik
  • Komplikasi
  • Edukasi Pasien
  • Pedoman Klinis

Teknik Pemeriksaan Refleks Fisiologis

Oleh :
dr.Monica Cynthia
Share To Social Media:

Teknik pemeriksaan refleks fisiologis dibedakan menjadi pemeriksaan refleks dalam dan pemeriksaan refleks superfisial. Untuk pemeriksaan refleks dalam, alat berupa palu refleks dibutuhkan untuk mengetuk tendon. Sementara itu, untuk pemeriksaan refleks superfisial, stimulasi biasanya cukup menggunakan sentuhan. Sentuhan bisa berasal dari ujung palu refleks maupun objek lain.[4,9]

Persiapan Pasien

Sebelum pemeriksaan refleks fisiologis, pemeriksa perlu melakukan anamnesis yang akan mengarahkan kepada diagnosis. Selanjutnya, pemeriksa melakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh dan melakukan pemeriksaan neurologi bila ada kecenderungan yang mengarah pada gangguan saraf.[3,13]

Sebelum memulai pemeriksaan, pemeriksa harus meminta informed consent terlebih dahulu kepada pasien maupun keluarga pasien. Pemeriksa meminta pasien agar rileks dan tidak menegangkan otot karena hal ini dapat memengaruhi hasil pemeriksaan.[13]

Pemeriksa juga meminta pasien untuk mengikuti instruksi pada saat akan memeriksa karena pemeriksaan untuk beberapa refleks tertentu membutuhkan posisi tubuh duduk, berbaring, atau sendi tertentu menekuk. Pastikan area tubuh yang akan diperiksa tidak tertutup dengan pakaian, sehingga pemeriksa dapat menilai refleks dengan jelas.[1]

Peralatan

Untuk melakukan pemeriksaan refleks dalam, pemeriksa memerlukan palu refleks (reflex hammer) untuk mengetuk tendon. Sementara itu, untuk melakukan pemeriksaan refleks superfisial, pemeriksa dapat menggunakan ujung dari palu refleks pada bagian yang tajam ataupun menggunakan benda lain yang agak runcing seperti kayu geretan atau kunci. Namun, khusus untuk menguji refleks kornea, gunakan sepotong kapas yang ujungnya dibuat lancip.[1,4]

Posisi Pasien

Posisi anggota gerak yang akan diperiksa harus rileks dan tidak boleh tegang. Posisi terbaik untuk pasien adalah berbaring atau duduk pada tempat tidur pemeriksaan. Posisikan kedua sisi anggota gerak secara simetris agar dokter dapat membandingkan kedua hasil pemeriksaan pada kedua sisi anggota tubuh.[8,9]

Prosedural

Pemeriksaan refleks fisiologis dibedakan menjadi refleks dalam dan refleks superfisial. Dokter dapat menentukan pemeriksaan yang akan dilakukan sesuai kondisi pasien.

Pemeriksaan Refleks Dalam

Berikut adalah prinsip untuk pemeriksaan refleks dalam secara umum:

  1. Pemeriksa harus memastikan letak anatomis ketukan (tendon) terlebih dahulu
  2. Apabila tendon yang bersangkutan tidak berlandaskan pada struktur yang cukup keras sehingga berisiko menyebabkan respon refleks lemah, lakukan ketukan secara tidak langsung pada jari pemeriksa yang diletakkan di atas tendon
  3. Gagang palu refleks tidak digenggam secara keras melainkan dipegang dengan ibu jari dan jari telunjuk kemudian diayunkan secara rileks ke arah tendon yang hendak diperiksa
  4. Gerakan mengetuk harus berpangkal pada sendi pergelangan tangan pemeriksa dan bukan pada lengan pemeriksa[10]

Refleks Glabella:

Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara memberikan ketukan singkat pada glabella, yang akan mengakibatkan kontraksi singkat kedua m. orbicularis oculi. Pusat refleks ini terletak di pons. Pada lesi perifer n. facialis, refleks ini akan menurun atau tampak negatif. Namun, pada sindrom Parkinson, refleks ini meningkat.[10]

Refleks Rahang Bawah (Jaw Reflex):

Pemeriksa dapat mengarahkan pasien untuk membuka mulut sedikit dan memposisikan jari telunjuk agar melintang di dagu pasien. Lalu, ketuk palu refleks pada jari telunjuk pemeriksa. Tindakan ini akan memberikan respons berupa kontraksi m. masseter, sehingga mulut merapat. Pusat refleks ini terletak di pons.[10]

Refleks Tendon Biceps:

Posisikan lengan pasien agar semi-fleksi sambil menempatkan ibu jari pemeriksa di atas tendon otot biseps. Lalu, ketukkan palu refleks pada ibu jari pemeriksa, yang akan memberikan respons berupa fleksi lengan bawah pada siku. Pusat refleks ini terletak pada C5–C6, yang dipersarafi oleh n. musculocutaneus.[4,10]

Refleks Tendon Triceps:

Posisikan lengan bawah pasien agar sendi siku berada dalam posisi semi-fleksi dan sedikit pronasi. Pemeriksa lalu mengetuk tendon insersio m. triceps yang berada sedikit di atas olekranon. Hal ini akan memberikan respons berupa ekstensi lengan bawah pada siku. Pusat refleks ini terletak pada C6–C8, yang dipersarafi oleh n. radialis.[4,10]

Refleks Brakhioradialis:

Posisikan lengan bawah pasien secara fleksi dan sedikit pronasi. Setelah itu, pemeriksa mengetuk tendon brachioradialis yang berada di dasar processus styloideus radii. Hal ini akan memberikan respons berupa fleksi lengan bawah dan supinasi. Pusat refleks ini terletak pada C5–C6, dengan lengkung refleks melalui n. radialis.[4,8]

Refleks Ulna:

Posisikan lengan bawah pasien semi-fleksi dan semi-pronasi lalu ketukkan palu refleks pada periosteum prosesus styloideus. Hal ini akan memberikan respons berupa pronasi tangan karena adanya kontraksi m. pronator quadratus. Pusat refleks ini terletak pada C8 dan T1, yang dipersarafi oleh n. ulnaris.[10]

Refleks Fleksor Jari-Jari:

Posisikan tangan pasien secara supinasi dan tumpukan pada alas keras. Posisikan jari telunjuk pemeriksa agar menyilang pada permukaan volar falang jari pasien, kemudian ketuk jari telunjuk pemeriksa menggunakan palu refleks.[3,4]

Pada kondisi normal, jari-jari pasien akan berfleksi di bagian terminal falang, demikian juga pada falang akhir ibu jari. Apabila terdapat lesi piramidal, hasil menunjukkan fleksi jari-jari lebih kuat. Pusat refleks ini terletak pada C6–T1, dengan lengkung refleks yang melalui n. medianus.[3,4]

Refleks Patella atau Refleks Tendon Lutut:

Pemeriksaan ini disebut juga sebagai kniepees reflex (KPR). Posisikan pasien agar duduk dengan kedua kaki digantung atau duduk dengan kedua kaki menapak pada lantai atau berbaring terlentang dengan tungkai difleksikan pada sendi lutut.[4,10]

Pemeriksa dapat melakukan stimulasi dengan mengetuk tendon m. quadriceps femoris (tendon patella). Hal ini akan memberikan respons berupa kontraksi m. quadriceps femoris dan menyebabkan ekstensi tungkai bawah. Pusat refleks ini terletak pada L2, L3, dan L4, dengan lengkung refleks melalui n. femoralis.[4,10]

Refleks Tendon Achilles (Refleks Triceps Surae):

Pemeriksaan ini disebut juga sebagai achillespees reflex (APR). Posisikan pasien agar berbaring dengan tungkai ditekuk pada sendi lutut dan kaki didorsofleksikan, atau posisikan agar pasien berlutut di atas tempat periksa dengan ujung pergelangan kaki bebas di tepi tempat pemeriksaan, atau posisikan agar pasien duduk.[4,10]

Pemeriksa dapat memberikan stimulus dengan mengetuk tendon achilles, yang akan mengakibatkan kontraksi m. triceps surae dan memberikan gerak plantar-fleksi pada kaki. Pusat refleks ini ada pada S1–2, dengan lengkung refleks melalui n. tibialis.[4,10]

Refleks Dalam Dinding Perut:

Posisikan pasien berbaring terlentang dengan kedua lengan lurus di samping tubuh. Pemeriksa meletakkan jari atau kayu penekan lidah pada dinding perut dan mengetuk menggunakan palu refleks di atasnya. Hal ini akan mengakibatkan otot dinding perut yang bersangkutan berkontraksi. Pusat refleks ini terletak pada T6–12.[4]

Reaksi dinding perut ini memiliki nilai yang penting bila dilakukan bersama dengan refleks superfisial dinding perut. Bila refleks dalam dinding perut meningkat sedangkan refleks superfisialisnya negatif, hal ini menunjukkan adanya lesi piramidal pada tempat yang lebih atas dari T6.[4]

Pemeriksaan Refleks Superfisial

Refleks superfisial terjadi karena terangsangnya kulit atau mukosa, yang menyebabkan kontraksi otot di bawahnya atau di sekitarnya.[9,10]

Refleks Kornea:

Pemeriksaan ini dilakukan dengan menyentuh kornea pasien dengan sepotong kapas yang ujungnya dibuat lancip, yang akan mengakibatkan dipejamkannya mata (m. orbicularis oculi). Pastikan bahwa pasien tidak melihat arah datangnya kapas ke mata. Sensibilitas kornea dipengaruhi oleh nervus kranialis V sensorik cabang oftalmik.[4]

Refleks kornea biasanya tampak berkurang atau justru tidak muncul pada gangguan nervus kranialis V sensorik atau pada kelumpuhan m. orbicularis oculi yang dipersarafi oleh nervus kranialis VII.[4]

Refleks Dinding Perut Superfisialis:

Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggores dinding perut menggunakan benda yang agak runcing seperti kunci maupun kayu pada berbagai lapangan dinding perut, yaitu di epigastrium (otot yang berkontraksi diinervasi oleh T6, T7), perut bagian atas (T7, T9), perut bagian tengah (T9, T11), dan perut bagian bawah (T11, T12, dan lumbal atas), yang akan memberikan respons berupa kontraksi m. rectus abdominis. Pusar bergerak ke arah otot yang berkontraksi.[4,10]

Pada beberapa kondisi di mana dinding perut kendur (pada wanita multipara dan pada pasien lanjut usia) atau pada kondisi di mana dinding perut terlalu tegang (pada ibu hamil, pasien ascites, dan pasien defans muskular), dinding perut tidak menunjukkan refleks kontraksi. Refleks dinding perut superfisialis umumnya akan menghilang setelah beberapa kali dilakukan. Pada lesi piramidalis, refleks ini akan menghilang.[4,10]

Refleks Kremaster:

Pemeriksaan refleks ini dilakukan dengan cara menggores bagian medial pangkal paha menggunakan benda yang agak runcing, seperti pensil atau ujung gagang palu refleks atau ujung kunci. Hal ini akan memberikan refleks berupa kontraksi skrotum. Lengkung refleks ini melalui L1–2 dan akan memberikan hasil negatif bila ada lesi pada traktus piramidalis. Hasil juga tampak negatif pada orang lanjut usia dan penderita hidrokel, varikokel, orkitis, atau epididimitis.[4,10]

Refleks Anus Superfisial:

Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara merangsang kulit di sekitar anus dengan menggunakan tusukan ringan ataupun goresan, yang akan mengakibatkan otot sfingter eksternus berkontraksi. Lengkung refleks ini melalui S2–4, S5.[4]

Refleks Telapak Kaki (Plantar Reflex):

Pemeriksa perlu menginformasikan pasien untuk melemaskan kaki. Gores telapak kaki dengan menggunakan benda yang agak runcing yang akan menimbulkan respons berupa fleksi plantar kaki dan fleksi semua jari kaki. Adanya lesi di traktus piramidalis akan memberi respons berupa dorsofleksi ibu jari kaki dan gerakan mekar jari-jari kaki lainnya, yang disebut refleks Babinski (refleks patologis).[4,10]

Follow Up

Setelah melakukan pemeriksaan refleks, dokter perlu menginterpretasi tingkat refleks pasien sebagai berikut:

  • 0 : tidak ada refleks sama sekali, abnormal
  • 1+ : ada refleks tetapi lemah, mungkin abnormal tetapi mungkin normal
  • 2+ : ada refleks adekuat, normal
  • 3+ : ada refleks berlebihan, mungkin abnormal tetapi mungkin normal
  • 4+ : ada refleks berulang (klonus), abnormal[4]

Pada pasien dengan refleks lemah, pemeriksa perlu mempalpasi otot untuk mengetahui apakah ada kontraksi. Hasil refleks yang meningkat tidak selalu berarti ada gangguan patologis. Namun, bila refleks sisi kanan dan sisi kiri berbeda, kemungkinan besar hal ini disebabkan oleh suatu kondisi patologis. Dokter perlu selalu membandingkan hasil refleks pada kedua sisi tubuh (kanan dan kiri).[4]

Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan sesuai temuan pemeriksaan refleks dan tes neurologi lain. Contoh pemeriksaan penunjang yang mungkin bermanfaat adalah CT scan, MRI, electroencephalography (EEG) untuk menilai aktivitas elektrik di otak, electromyography (EMG) untuk menilai aktivitas otot, dan electroneurography (EnoG) untuk menilai konduktivitas saraf. Terkadang, pungsi lumbal juga diperlukan untuk mengambil sampel cairan serebrospinal.[13]

 

 

Direvisi oleh: dr. Irene Cindy Sunur

Referensi

1. University of California San Diego. The Neurological Examination. 2020. https://meded.ucsd.edu/clinicalmed/neuro3.html
3. AMBOSS. Neurological Examination. 2020. https://www.amboss.com/us/knowledge/Neurological_examination#xid=o500Og&anker=Z7a4dc4f44e60b633633c3d5e963a8839
4. Lumbantobing S. Neurologi Klinik: Pemeriksaan Fisik dan Mental. Ed 17. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2014;134-145.
8. Walker HK. Deep Tendon Reflexes. In: Walker HK, Hall WD, Hurst JW, editors. Clinical Methods: The History, Physical, and Laboratory Examinations. 3rd edition. Boston: Butterworths; 1990. Chapter 72. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK396/
9. Swenson R. Disorders of The Nervous System Chapter 8- Reflex Evaluation. Dartmouth College. 2020. https://www.dartmouth.edu/~dons/part_1/chapter_8.html
10. Sidharta P. Tata Pemeriksaan Klinis dalam Neurologi. Ed 4. Dian Rakyat. 1999:430-40.
11. Figliuzzi A, Alvarez R, Al-Dhahir MA. Achilles Reflex. StatPearls Publishing. 2022. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK459229/
13. InformedHealth.org. Cologne, Germany: Institute for Quality and Efficiency in Health Care (IQWiG); 2006-. What happens during a neurological examination? 2016 Jan 27. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK348940/

Kontraindikasi Pemeriksaan Refle...
Komplikasi Pemeriksaan Refleks F...

Artikel Terkait

  • Efektivitas Citicolin dan Piracetam untuk Stroke Iskemik dan Cedera Otak Traumatik
    Efektivitas Citicolin dan Piracetam untuk Stroke Iskemik dan Cedera Otak Traumatik
  • Penggunaan Aspirin dan Clopidogrel pada Stroke Iskemik Minor
    Penggunaan Aspirin dan Clopidogrel pada Stroke Iskemik Minor
  • Membedakan Paralisis Nervus Fasialis Sentral dan Perifer
    Membedakan Paralisis Nervus Fasialis Sentral dan Perifer
  • Serba-serbi Glasgow Coma Scale (GCS)
    Serba-serbi Glasgow Coma Scale (GCS)
  • Antikoagulan, Antiplatelet dan Trombolisis pada Stroke Iskemik
    Antikoagulan, Antiplatelet dan Trombolisis pada Stroke Iskemik

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
dr.hanny suhartini
16 Januari 2023
Pasien pasca stroke dengan kelemahan ekstremitas tetapi menolak menjalani fisioterapi
Oleh: dr.hanny suhartini
6 Balasan
alo dok saya mau bertanya, pada pasien stroke yang sudah lama atau stabil tensi nya, namun msh ada kelemahan ekstremitas saja sebalik nya di terapi apa ya...
dr. Intan Fajriani
02 November 2022
Live Webinar Alomedika - Webinar Medis Neurology: World Stroke Day 2022. Jumat, 4 November 2022. Pukul:14.00-15.30
Oleh: dr. Intan Fajriani
0 Balasan
ALO, Dokter! Jangan lewatkan Live Webinar dengan topik, "Webinar Medis Neurology: World Stroke Day 2022."Narasumber : dr. Hadet Prisdhiany, Sp.N - Neuro...
Anonymous
30 Oktober 2022
Penatalaksanaan pasien stroke di rumah dengan kesadaran menurun
Oleh: Anonymous
4 Balasan
Mohon izin bertanya dok,, bagaimana penatalaksanaan pasien yang dikonsul oleh sejawat nakes lain, dengan kesmen dan TD 220/110. Pasien hanya dirawat di rumah...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.