Teknik Pemeriksaan Refleks Fisiologis
Teknik pemeriksaan refleks fisiologis dapat dilakukan kurang lebih dengan pemeriksaan fisik lainnya yaitu diawali dengan melakukan anamnesis, dan dilanjutkan dengan melakukan pemeriksaan fisik termasuk didalamnya pemeriksaan saraf, apabila dicurigai adanya gangguan pada sistem saraf. Pemeriksaan refleks fisiologis rutin dilakukan pada pasien yang dicurigai menderita gangguan pada sistem saraf, terutama untuk menentukan tingkat kerusakan pada sistem saraf.[9] Pemeriksaan ini juga sering dilakukan bersama dengan pemeriksaan neurologi lainnya seperti pemeriksaan saraf kranial dan refleks patologis.
Persiapan Pasien
Sebelum melakukan pemeriksaan refleks fisiologis, pemeriksa perlu melakukan anamnesis baik secara umum maupun secara khusus yang akan mengarahkan kepada diagnosis. Selanjutnya pemeriksa dapat melakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh, dan juga apabila ada kecenderungan yang mengarah pada gangguan saraf perlu dilakukan pemeriksaan saraf. Secara umum pemeriksaan saraf meliputi pemeriksaan saraf kranial, pemeriksaan sistem motorik dan koordinasi (juga meliputi pemeriksaan refleks fisiologis dan patologis), pemeriksaan sensasi, kemampuan kognitif dan memori, serta pemeriksaan sistem saraf vegetatif (otonom) yang meliputi denyut nadi, pernapasan dan regulasi suhu tubuh serta pencernaan.[13]
Sebelum memulai pemeriksaan fisik, pemeriksa harus meminta informed consent terlebih dahulu kepada pasien maupun keluarga pasien mengenai tindakan yang akan dilakukan, serta meminta agar pasien dalam kondisi rileks dan tidak menegangkan otot karena dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan.[3]
Pemeriksa dapat meminta pasien untuk mengikuti arahan pada saat akan melakukan pemeriksaan refleks fisiologis karena untuk menguji beberapa refleks tertentu dibutuhkan posisi tubuh duduk, berbaring, atau menekuk area sendi tertentu. Serta pastikan area tubuh yang akan dilakukan pemeriksaan refleks tidak tertutup dengan pakaian, sehingga pemeriksa dapat menilai respon refleks dengan lebih jelas.[1]
Peralatan
Untuk melakukan pemeriksaan refleks dalam diperlukan alat khusus berupa palu refleks (hammer reflex) yang akan digunakan untuk mengetuk tendon. Sementara untuk melakukan pemeriksaan refleks superfisial dapat menggunakan ujung dari palu refleks pada bagian yang tajam ataupun menggunakan benda lain yang agak runcing seperti kayu geretan atau kunci. Sementara untuk menguji refleks kornea diperlukan sepotong kapas yang ujungnya dibuat runcing.[1,4]
Posisi Pasien
Posisi anggota gerak yang akan diperiksa refleks nya harus rileks dan tidak boleh tegang. Posisi terbaik untuk pasien adalah berbaring atau duduk pada tempat tidur pemeriksaan.
Posisikan kedua sisi anggota gerak simetrik agar dapat dibandingkan kedua hasil pemeriksaan pada kedua sisi anggota tubuh.[8,9]
Prosedural
Pada saat melakukan pemeriksaan refleks dalam, pemeriksa perlu memastikan posisi dan teknik pengetukan palu refleks benar dan diketuk pada tendon yang tepat.
- Palu refleks tidak boleh dipegang secara keras, pemeriksa dapat memegang gagang palu refleks dengan ibu jari dan jari telunjuk dan ayunkan secara terarah ke tendon atau periosteum
- Gerakan pengetukan berpangkal pada sendi pergelangan tangan pemeriksa dan bukan pada lengan pemeriksa, sehingga dapat bergerak secara leluasa
- Pemeriksa juga harus memastikan letak anatomis pengetukan yaitu tendon
- Pengetukan dilakukan secara tak langsung yaitu pengetukan dilakukan diatas tendon pasien pada jari pemeriksa
- Metode perkusi indirek ini dilakukan apabila tendon yang bersangkutan tidak berlandasan pada bangunan yang cukup keras sehingga menyebabkan respon refleks menjadi lemah atau kurang nyata. Metode tersebut dapat dilakukan untuk membangkitkan refleks tendon bisep brachialis dan bisep femoris[10]
Pemeriksaan Refleks Dalam
Berikut adalah beberapa pemeriksaan refleks dalam yang lazim diperiksa pada pemeriksaan rutin:
Refleks Glabela:
Pemeriksaan ini dilakukan dengan memberikan pukulan singkat pada glabela atau sekitar daerah supraorbitalis, yang akan mengakibatkan kontraksi singkat kedua m. orbicularis oculi. Pusat refleks ini terletak di pons.
Pada lesi perifer n. facialis, refleks ini akan menurun ataupun negatif, sedangkan pada sindrom parkinson refleks ini meningkat.[10]
Refleks Rahang Bawah (Jaw Reflex):
Pemeriksa dapat mengarahkan pasien untuk membuka mulut sedikit dan posisikan jari telunjuk pemeriksa melintang di dagu lalu ketuk dengan palu refleks pada jari telunjuk pemeriksa, yang akan memberikan respon berupa berkontraksinya m.masseter sehingga mulut merapat. Pusat refleks ini terletak di pons.[10]
Refleks Tendon Biceps Brachialis:
Posisikan lengan pasien pada posisi semi fleksi sambil menempatkan ibu jari pemeriksa di atas tendon otot biseps lalu ketukkan palu refleks pada ibu jari pemeriksa, yang akan memberikan respon berupa fleksi lengan siku. Pusat refleks ini terletak pada C5-C6, yang dipersarafi oleh n.musculocutaneus.[4,10]
Refleks Triseps:
Posisikan lengan bawah pasien di sendi siku pada posisi semi fleksi dan sedikit pronasi. Pemeriksa dapat mengetuk pada tendon insersio m.triceps yang berada sedikit di atas olekranon, yang akan memberikan respons berupa gerakan ekstensi lengan bawah di sendi siku. Pusat refleks ini terletak pada C6-C8, yang dipersarafi oleh n.radialis.[4,10]
Refleks Brakhioradialis:
Posisikan lengan bawah pasien fleksi serta sedikit dipronasikan lalu pemeriksa mengetuk pada tendon brachioradialis, yang berada di dasar dari processus styloideus radii. Hal ini akan memberikan respon berupa lengan bawah fleksi dan supinasi. Pusat refleks ini terletak pada C5-C6, dengan lengkung refleks ini melalui n.radialis.[4,8]
Refleks Ulna:
Posisikan lengan bawah pasien semifleksi dan semi pronasi lalu ketukkan palu refleks pada periosteum prosesus styloideus. Hal ini akan memberikan respon berupa pronasi tangan karena adanya kontraksi m.pronator quadratus. Pusat refleks ini terletak pada C8, T1, yang dipersarafi oleh n.ulnaris.[10]
Refleks Fleksor Jari-Jari:
Posisikan tangan pasien pada posisi supinasi dan ditumpukan pada alas yang keras. Posisikan jari telunjuk pemeriksa menyilang pada permukaan volar falang jari-jari pasien kemudian ketuk jari telunjuk pemeriksa menggunakan palu refleks.
Pada kondisi normal, jari-jari pasien akan berfleksi pada bagian terminal falang, demikian juga pada falang akhir ibu jari.
Apabila terdapat lesi piramidal, hasil menunjukan fleksi jari-jari lebih kuat. Pusat refleks ini terletak pada C6-T1, dengan lengkung refleks ini melalui n.medianus.[3,4]
Refleks Patella (Refleks Tendon Lutut):
Pemeriksaan ini disebut juga kniepeesreflex (KPR) yang berasal dari bahasa Belanda, yang artinya refleks tendon lutut.
Pada pemeriksaan refleks ini, posisi pasien dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu pasien duduk dengan kedua kaki digantung, pasien duduk dengan kedua kaki menapak pada lantai, dan posisi pasien berbaring terlentang dengan tungkai difleksikan pada sendi lutut.
Pemeriksa dapat melakukan stimulasi dengan mengetuk pada tendon m.quadriceps femoris (tendon patella). Hal ini akan memberikan respon berupa kontraksi m.quadriceps femoris dan menyebabkan ekstensi tungkai bawah. Pusat refleks ini terletak pada L2, L3, L.4, dengan lengkung refleks ini melalui n.femoralis.[4,10]
Refleks Tendon Achilles (Refleks Triseps Sure):
Dalam bahasa Belanda pemeriksaan ini disebut sebagai achillespees reflex (APR). Pada pemeriksaan ini pasien dapat diposisikan dengan tiga cara, yaitu pasien berbaring dengan tungkai ditekuk pada sendi lutut dan kaki di dorsofleksikan, posisi pasien berlutut diatas tempat periksa dengan ujung pergelangan kaki bebas di tepi tempat pemeriksaan, dan posisi terakhir yaitu pasien duduk.
Pemeriksa dapat memberikan stimulus dengan mengetuk pada tendon achilles, yang akan mengakibatkan berkontraksinya m. triceps surae dan memberikan gerak plantar fleksi pada kaki. Pusat refleks ini terletak pada S1-2, dengan lengkung refleks ini melalui n.tibialis.[4,10]
Refleks Dalam Dinding Perut:
Posisikan pasien berbaring terlentang dengan kedua lengan lurus di samping tubuh. Pemeriksa meletakkan jari atau kayu penekan lidah pada dinding perut dan mengetuk menggunakan palu refleks diatasnya. Hal ini akan mengakibatkan otot dinding perut yang bersangkutan berkontraksi. Pusat refleks ini terletak pada T6-T12.
Reaksi dinding perut ini memiliki nilai yang penting apabila dilakukan bersama dengan refleks superfisial dinding perut. Apabila refleks dalam dinding perut meningkat, sementara refleks superfisialis nya negatif maka hal ini menunjukan adanya lesi piramidal pada tempat yang lebih atas dari T6.[4]
Pemeriksaan Refleks Superfisial
Refleks superfisial terjadi karena terangsangnya kulit atau mukosa sehingga mengakibatkan berkontraksinya otot di bawahnya atau di sekitarnya.
Berikut adalah beberapa pemeriksaan refleks superfisial yang lazim dilakukan:
Refleks Kornea:
Pemeriksaan ini dilakukan dengan menyentuh kornea mata pasien dengan sepotong kapas yang ujungnya dibuat runcing, yang akan mengakibatkan dipejamkannya mata (m.orbicularis oculi). Perlu dipastikan pasien tidak melihat arah datangnya kapas ke mata. Sensibilitas kornea dipengaruhi oleh N.V sensorik cabang oftalmik.
Refleks kornea tampak berkurang atau justru tidak terjadi pada kondisi adanya gangguan pada N.V sensorik, ataupun pada kondisi terjadinya kelumpuhan m.orbicularis oculi yang dipersarafi oleh n.facialis (N.VII).[4]
Refleks Dinding Perut Superfisialis:
Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggores dinding perut menggunakan benda yang agak runcing seperti kunci, maupun kayu pemeriksaan pada berbagai lapangan dinding perut yaitu di epigastrium (otot yang berkontraksi diinervasi oleh T.6, T.7), perut bagian atas (T.7, T9), perut bagian tengah (T.9, T.11), perut bagian bawah (T.11, T.12 dan lumbal atas), yang akan memberikan respon berupa otot (m. rectus abdominis) berkontraksi dan pusar bergerak ke arah otot yang berkontraksi.
Pada beberapa kondisi dimana dinding perut kendur seperti pada kondisi multipara, dan pada lanjut usia, ataupun pada kondisi dinding perut terlalu tegang seperti pada kondisi hamil, asites, “defense muscular”, maka otot dinding perut tidak menunjukan refleks berkontraksi. Refleks dinding perut superfisialis umumnya akan menghilang setelah beberapa kali dilakukan. Pada lesi piramidalis, refleks ini akan menghilang.[4,10]
Refleks Kremaster:
Pemeriksaan refleks ini dilakukan dengan menggores medial pangkal paha menggunakan benda yang agak runcing seperti pensil atau ujung gagang palu refleks maupun ujung kunci, yang akan memberikan refleks berupa kontraksinya skrotum. Lengkung refleks ini melalui L.1-2, dan akan memberikan hasil negatif pada kondisi adanya lesi traktus piramidalis, dan juga pada orang lanjut usia, penderita hidrokel, varikokel, orkitis, atau epididimitis.[4,10]
Refleks Anus Superfisial:
Pemeriksaan ini dilakukan dengan merangsang kulit di sekitar anus dengan menggunakan tusukan ringan ataupun goresan, yang akan mengakibatkan otot sfingter eksternus berkontraksi. Lengkung refleks ini melalui S.2-4, S.5.[4]
Refleks Telapak Kaki (Plantar Reflex):
Pemeriksa perlu menginformasikan pasien untuk melemaskan kaki, dan kemudian menggoreskan telapak kaki dengan menggunakan benda yang agak runcing yang akan menimbulkan respon berupa fleksi plantar kaki dan fleksi semua jari kaki.
Pada kondisi adanya lesi di traktus piramidalis, akan memberi respon berupa dorsofleksi ibu jari kaki dan gerakan mekar jari-jari kaki lainnya, yang disebut refleks Babinski (refleks patologis).[4,10]
Follow Up
Setelah melakukan pemeriksaan refleks fisiologi bersamaan dengan pemeriksaan neurologi lainnya hasil interpretasi akan menentukan lokasi gangguan saraf. Pemeriksaan lanjutan membutuhkan alat bantu penunjang lainnya seperti radiologi maupun lumbal pungsi.
Pemeriksaan penunjang lainnya seperti CT scan dan MRI, pemeriksaan EEG untuk menilai aktivitas elektrik di otak, pemeriksaan electromyography (EMG) untuk menilai aktivitas otot, maupun pemeriksaan electroneurography (EnoG) untuk menilai konduktivitas saraf. Terkadang pemeriksaan lumbal pungsi juga diperlukan untuk mengambil sampel cairan serebrospinal.[13]
Interpretasi Hasil
Setelah melakukan pemeriksaan refleks, pemeriksa dapat menentukan jawaban refleks yang dibagi atas beberapa tingkat yaitu:
Negatif : tidak ada refleks sama sekali.
+ : refleks lemah
+ : refleks normal
++ : refleks berlebihan atau meningkat[4]
Perlu diketahui bahwa tidak ada batasan tegas antara tingkat refleks. Pada pasien dengan refleks yang lemah, pemeriksa perlu melakukan palpasi otot pasien untuk mengetahui apakah ada kontraksi.[4]
Hasil refleks yang meningkat tidak selalu berarti ada gangguan patologis namun apabila refleks pada sisi kanan tubuh dan sisi kiri berbeda maka kemungkinan besar hal ini disebabkan oleh karena suatu kondisi patologis. Sehingga perlu diingat untuk selalu membandingkan hasil refleks pada kedua sisi tubuh (kanan dan kiri).[4]