Diagnosis Sindrom Turner
Diagnosis sindrom Turner ditegakkan berdasarkan temuan klinis seperti perempuan dengan perawakan pendek, gangguan hormonal (peningkatan follicle stimulating hormone), serta analisis kromosom yaitu ditemukannya kelainan pada kromosom X. Diagnosis dapat ditegakkan saat pemeriksaan prenatal dan postnatal.[2,5,20]
Anamnesis
Anamnesis sindrom Turner diarahkan untuk mengetahui proses tumbuh kembang bayi. Bayi dengan sindrom Turner dapat tumbuh seperti kondisi normal hingga usia 3 tahun, lalu mengalami keterlambatan dalam tumbuh kembang di tahun berikutnya.
Faktor risiko seperti riwayat keluarga dapat disingkirkan karena sindrom Turner tidak diturunkan melalui genetik orang tua.[5,6,18,19]
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan gambaran klinis yang beragam, tergantung pada usia saat diagnosis ditegakkan. Perawakan pendek adalah satu-satunya karakteristik klinis yang konsisten ditemukan pada pasien dengan kariotipe 45,X atau pada lebih dari 96% pasien dengan tipe mosaik atau kelainan struktur kromosom X.[2,12,20]
Diagnosa sindrom Turner yang terdeteksi saat bayi pada umumnya selalu mengalami limfedema, dengan/atau tanpa webb neck, dan gambaran dismorfik lainnya. Sedangkan, pada anak perempuan yang tidak memiliki gejala klasik yang tidak terdiagnosis sampai akhir masa kanak atau awal remaja akan datang dengan keluhan seperti perawakan pendek, pubertas terlambat atau amenorea primer.[20]
Sistem Endokrin
Pada sindrom Turner dapat terjadi beberapa kelainan dari sistem endokrin, yaitu primary ovarian failure, Hashimoto tiroiditis, intoleransi glukosa, dan diabetes mellitus tipe 2.[2,5,18-21]
Sistem Reproduksi
Pada kelainan sistem reproduksi dapat terjadi hilangnya ciri seks sekunder seperti payudara tidak berkembang atau rambut pubis tidak tumbuh. Selain itu, dapat terjadi kegagalan perkembangan ovarium, amenore primer dan sekunder, serta infertil.[7,21,22]
Ovarium pada sindrom Turner secara khas terdiri dari sejumlah kecil jaringan ikat tanpa folikel atau hanya beberapa folikel atretik (streak gonads). Derajat disfungsi ovarium bervariasi. Pada tingkat yang ekstrim ovarium dapat tidak berfungsi. Namun, fungsi ovarium dapat normal setidaknya beberapa tahun setelah menarche.
Perempuan yang terlihat memiliki pertumbuhan ovarium dan perkembangan folikel yang normal hingga masa pubertas, kemungkinan memiliki perkembangan payudara dan pertumbuhan rahim yang spontan. Pada populasi dengan fungsi ovarium yang berkembang tersebut menunjukkan beberapa memiliki delesi kromosom X yang tidak lengkap.
Temuan tersebut konsisten dengan beberapa laporan kasus perempuan dewasa dengan delesi kromosom 45,X dan X parsial yang mengandung dan melahirkan anak sebelum berkembang menjadi amenore sekunder.[7,21,22]
Muskuloskeletal
Perawakan pendek dikombinasikan dengan penampilan kekar adalah karakteristik klinis yang paling umum dari sindrom Turner. Gambaran klinis web neck dan barrel chest adalah indikator untuk menilai kelainan kardiovaskular. Kelainan tulang belakang seperti skoliosis terjadi pada 20% kasus, sedangkan kifosis terjadi 50% kasus.[2,7]
Kelainan tangan pada sindrom Turner berupa deformitas Madelung dan cubitus valgus yang terjadi pada lengan bawah dan pergelangan tangan. Cubitus valgus terjadi pada 50% kasus.[5,18]
Kelainan pada tungkai dan kaki meliputi flat feet, metakarpal atau metatarsal keempat yang pendek, genu valgum (knock-knee), dan genu varum (bow leg). Genu valgum adalah angulasi distal ke arah menjauhi midline dengan kedua lutut hampir menyentuh. Genu varum adalah sudut pertemuan tulang tibia dan fibula pada lutut menjauhi midline sehingga tungkai terlihat melengkung.[20,21]
Mata
Down-slanting eyelid openings, yaitu kemiringingan sudut fisura palpebra lebih dari dua standar deviasi di bawah rata-rata usia. Kelainan lain pada mata meliputi ptosis, strabismus, amblyopia, katarak, miopia, dan buta warna parsial.[2,5,7,18,21]
Telinga
Kelainan pada telinga yang sering dijumpai adalah low-set and posteriorly rotated ears, otitis media berulang dan glue ear. Pada beberapa kasus juga ditemui adanya kehilangan pendengaran (tuli).[5,7,18,21]
Kardiovaskular
Gangguan kardiovaskular dapat menyebabkan masalah kesehatan paling serius bagi perempuan dengan sindrom Turner, bahkan menjadi penyebab mortalitas tertinggi. Berbagai malformasi dapat terjadi pada 50% kasus yang berkontribusi pada peningkatan angka kematian bagi individu yang terkena.[1]
Pada neonatus dengan sindrom Turner ditemukan beberapa kelainan pada sistem kardiovaskular seperti limfedema pada tangan dan kaki, elongated transverse aortic arch 40-50% kasus, bicuspid aortic valve defect 15-30% kasus serta koarktasio aorta 18-30% kasus. Pada usia lebih besar dapat ditemukan adanya hipertensi, diseksi aorta serta aneurisma aorta.[1,5,7,18,21]
Pemeriksaan MRI jantung lebih sensitif daripada ekokardiografi untuk mendeteksi kelainan kardiovaskular, terutama untuk penyakit katup jantung. MRI jantung dapat mendeteksi kelainan vena pulmonal dan elongated transverse aortic arch secara abnormal.
Interval QT yang memanjang telah dilaporkan pada 20%-40% anak perempuan dan perempuan dewasa dengan sindrom Turner. Perpanjangan QTc ini kemungkinan terkait dengan peningkatan risiko aritmia, meskipun tidak ada bukti hubungannya dengan kematian jantung mendadak.
Ginjal
Malformasi kongenital sistem ginjal terjadi pada sekitar 30-40% pasien dengan sindrom Turner. Kelainan yang lebih umum termasuk malformasi renal collecting system 20%, kelainan posisi 5%, agenesis ginjal serta horseshoe kidneys 10%.[5,7,18,21]
Anomali yang terkait dengan obstruksi ureteropelvic junction dapat menimbulkan hidronefrosis yang signifikan secara klinis dan risiko pielonefritis. Untuk mengidentifikasi anomali ginjal, pasien harus menjalani ultrasonografi ginjal saat diagnosis sindrom Turner ditegakkan.
Sistem Integumen
Beberapa kelainan pada sistem integumen yang dapat ditemui adalah low posterior hairline, kulit kering, dan displasia kuku. Pada beberapa pasien sindrom Turner dapat ditemukan beberapa bercak kecil (nevi pigmented) pada kulit.[5,7,21]
Sistem Neuropsikiatri
Kecerdasan biasanya normal pada pasien dengan sindrom Turner. Pada kasus langka dengan kromosom cincin-X kecil, mungkin memiliki keterbelakangan mental yang parah. Hal ini dikarenakan kromosom cincin-X kecil tersebut gagal menjalani inaktivasi kromosom X. Kelainan neuropsikiatri yang lain berupa attention deficit-hyperactivity disorder (ADHD), kesulitan belajar, penurunan keterampilan visuospatial, dan fungsi eksekutif.[1,5,6,21]
Gigi
Kelainan pada gigi meliputi mobilitas gigi, poket periodontal, gigi erupsi prematur, enamel tipis, penurunan jumlah dentin, dan maloklusi. Kelainan lain yang dapat ditemui antara lain mandibula hipoplastik atau arkus palatum yang sempit dan melengkung tinggi.[5,23]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding sindrom Turner adalah sindrom Noonan.
Sindrom Noonan
Perbedaan utama yaitu tidak ada kelainan kromosom pada sindrom Noonan. Sindrom Turner hanya terjadi pada perempuan, sedangkan sindrom Noonan dapat terjadi pada laki-laki dan perempuan. Pada sindrom Noonan terdapat gambaran klinis mirip dengan sindrom Turner seperti webbed neck, perawakan pendek, kelainan pada jantung, dan ginjal. Pemeriksaan genetik diperlukan untuk membedakan antara dua kondisi ini.[2,3]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang sindrom Turner yang utama adalah pemeriksaan kariotipe. Pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis sindrom Turner dapat dilakukan saat prenatal dan postnatal.[2,5,7,24-28]
Pemeriksaan Prenatal
Diagnosis sindrom Turner dapat dikonfirmasi pada masa prenatal dengan pemeriksaan invasif seperti sampel chorionic villous, amniocentesis, dan cordocentesis. Pemeriksaan non invasif yang dapat dilakukan pada masa prenatal meliputi pemeriksaan USG dan non-invasive prenatal testing (NIPT).[24]
Pada pemeriksaan amniocentesis pada trimester kedua yaitu pada minggu 15-19 kehamilan. Pemeriksaan chorionic villous sampling dapat dilakukan pada usia kehamilan 11-13 minggu. Sedangkan pemeriksaan cordocentesis dilakukan pada usia kehamilan > 19 minggu. Setelah pengambilan sampel, pemeriksaan dapat dilanjutkan dengan pemeriksaan analisis kariotipe atau fluorescence in situ hybridization (FISH).[7]
Pemeriksaan prenatal non invasif seperti ultrasonografi trimester pertama dapat ditemukan nuchal translucency (NT) dan cystic hygroma. Pada pemeriksaan juga dapat ditemukan defek pada jantung, brachycephaly, malformasi, polihidramnion, oligohidramnion, hydrops fetalis dan pertumbuhan terlambat.[26]
Pemeriksaan non-invasive prenatal testing (NIPT), bisa dilakukan mulai di usia 10 minggu kehamilan. Pemeriksaan NIPT adalah pemeriksaan skrining bukan diagnosis. Jika pemeriksaan NIPT mengindikasikan janin risiko tinggi terkena sindrom Turner maka akan direkomendasikan untuk pemeriksaan USG secara detail dan pemeriksaan diagnosis invasif seperti amniocentesis.[24]
Pemeriksaan Postnatal
Pada pemeriksaan postnatal untuk pasien dicurigai memiliki sindrom Turner, direkomendasikan untuk melakukan analisis kromosom minimal 30 kariotipe metafase sebagai lini pertama pemeriksaan. Biasanya, sampel pemeriksaan menggunakan darah perifer.[24]
Jika pemeriksaan darah kariotipe menunjukkan 46,XX, tetapi gejala klinis mengarah ke sindrom Turner maka disarankan untuk pemeriksaan fenotip, analisis kariotipe atau fluorescence in situ hybridization (FISH) yang menggunakan jaringan kulit, epitel bukal, dan urin.[24]
Pemeriksaan analisis kariotipe sitogenik konvensional ditujukan pada bayi yang lahir dengan ukuran yang lebih kecil dari usia kehamilan (IUGR), ditemukan defek jantung, limfedema pada tangan dan kaki, serta low posterior hairline. Jika pemeriksaan kariotipe telah dilakukan saat prenatal melalui amniocentesis, maka harus diulang kembali saat postnatal dengan pemeriksaan sampel darah dari bayi yang dicurigai mengalami sindrom Turner tersebut.[24-27]
Walaupun, pemeriksaan kariotipe adalah teknik gold standard untuk mendiagnosis sindrom Turner, pemeriksaan ini memiliki keterbatasan jika digunakan untuk skrining. Hal ini dikarenakan dibutuhkan petugas khusus, proses pengerjaan yang lama dan besar nya biaya.[24]
Pemeriksaan yang disarankan untuk skrining pada neonatus yaitu real time polymerase chain reaction (PCR) dan pyrosequensing. Pemeriksaan polymerase chain reaction (PCR) pada sindrom Turner untuk mengetahui adanya kromosom Y pada bentuk sindrom Turner. Hasil Pemeriksaan ini juga perlu dikonfirmasi menggunakan pemeriksaan fluorescent in situ hybridization (FISH).
Pemeriksan FISH sangat sensitif mengidentifikasi Y-derived marker chromosome sehingga mosaikisme X/XY dapat diidentifikasi. Pemeriksaan FISH juga dilakukan pada seseorang yang diduga kuat memiliki sindrom Turner, tetapi memiliki hasil pemeriksaan kariotipe normal.
Pada beberapa perempuan dengan sindrom Turner mengalami peningkatan konsentrasi hormon perangsang folikel (FSH) serum yang dihubungkan dengan kegagalan ovarium. Dalam beberapa kasus, peningkatan FSH ditemukan sebelum diagnosis sindrom Turner dibuat. Namun, penting untuk dicatat bahwa FSH normal tidak mengesampingkan kemungkinan sindrom Turner. Pengukuran hormon anti-müllerian (AMH) mungkin lebih sensitif sebagai penanda kegagalan ovarium yang tertunda daripada FSH.[7,24-28]
Direvisi oleh: dr. Elizabeth Anastasya