Pendahuluan Aneurisma Aorta
Aneurisma aorta merupakan penyakit degeneratif vaskular berupa dilatasi arteri, baik terlokalisir maupun difusa, hingga mencapai diameter setidaknya 50% lebih besar dari diameter normal. [1]
Terdapat 2 jenis aneurisma aorta, yakni:
- Aneurisma Aorta Abdominalis: aneurisma aorta tersering. 95% muncul di segmen infrarenal. Aneurisma aorta abdominalis bila diameter aorta >3 cm [1,2]
- Aneurisma Aorta Torakalis: diameter normal lebih besar dibanding aorta abdominalis, pada aorta torakalis mid-descending 26-28 mm, pada celiac axis 20-23 mm. Aneurisma aorta torakalis jika ukuran aorta >150% ukuran normal tersebut [1]
Etiologi aneurisma aorta diyakini berupa proses degeneratif karena faktor genetik dan proses penuaan. Proses degenerasi ini menyebabkan perubahan kolagen dan elastin pada dinding aorta, yang menyebabkan kelemahan dan dilatasi dinding aorta. [1]
Secara epidemiologi, aneurisma aorta abdominalis dan torakalis berbeda sebagai berikut:
- Onset: aneurisma aorta torakalis onsetnya ± 65 tahun sementara onset aneurisma aorta abdominalis ± 75 tahun.
- Gender: perbandingan laki-laki:perempuan pada aneurisma aorta torakalis 1.7:1 sementara pada aneurisma aorta abdominalis 6:1.[2]
Penegakan diagnosis aneurisma aorta efektif dan tersering dilakukan dengan CT scan. Tata laksana aneurisma aorta (baik abdominalis maupun torakalis) bergantung dari ada atau tidaknya komplikasi berupa ruptur aorta. Meskipun terdapat ruang untuk tata laksana medikamentosa, tata laksana definitif aneurisma aorta adalah dengan pembedahan berupa endovascular surgery / stent graft maupun operasi terbuka. [1-3]