Pendahuluan Makrosomia
Makrosomia adalah suatu kondisi di mana bayi lahir dengan berat badan berlebih, yaitu melebihi 4.000-4.500 g. Makrosomia sering berkaitan dengan diabetes maternal, obesitas, dan kehamilan post-term. Makrosomia akan meningkatkan risiko distosia bahu, cedera lahir, perdarahan postpartum, serta kebutuhan intervensi obstetri seperti seksio sesarea.
Bayi makrosomia berisiko mengalami trauma lahir pada area mulut akibat persalinan yang sulit dan hipoglikemia neonatal yang dapat mengganggu pertumbuhan gigi dan rahang. Dalam jangka panjang, anak dengan riwayat makrosomia lebih rentan terhadap obesitas, maloklusi. bad habit seperti bernapas lewat mulut, dan gangguan pertumbuhan kraniofasial.[1]
Patofisiologi makrosomia terutama diakibatkan oleh diabetes gestasional yang meningkatkan risiko transfer glukosa melalui plasenta, sehingga memicu kondisi hiperinsulinemia janin. Hiperinsulinemia ini akan merangsang pertumbuhan jaringan lemak dan otot secara berlebih. Proses ini, yang sering disebut dengan Pedersen Hypothesis, akan membuat penumpukan lemak di bahu dan tubuh bagian atas bayi.[1-6]
Di Amerika Serikat, 7-8% bayi lahir dengan berat >4.000 g, sementara untuk kategori >4.500 g berkisar di angka 1%. Sementara itu, di Asia, angkanya bervariasi, dari 0,5% sampai 13,9%. Di Indonesia sendiri, berdasarkan Riskesdas 2018, proporsi bayi lahir ≥4.000 g berada di angka 3,7%.[6-10]
Diagnosis makrosomia ditegakkan melalui pengukuran berat lahir bayi >4.000 g atau klasifikasi Large for Gestational Age (LGA) >90th persentil usia gestasi. Saat prenatal, kecurigaan harus ditimbulkan ketika estimasi berat janin dengan USG melebihi angka wajarnya. Saat neonatal, bayi makrosomia sering mengalami distosia bahu. Konfirmasi perlu dilakukan melalui penimbangan berat badan, evaluasi trauma lahir, dan hipoglikemia.[3,4,11-13]
Upaya pencegahan difokuskan pada modifikasi faktor risiko, seperti pengendalian glikemia pada ibu diabetes, olahraga teratur selama kehamilan, serta pertimbangan pembedahan bariatrik sebelum konsepsi pada pasien obesitas dengan perencanaan waktu kehamilan.
Pada ibu hamil dengan suspek makrosomia, keputusan rute persalinan mempertimbangkan estimasi berat janin, faktor risiko maternal, serta preferensi pasien. Persalinan pervaginam dapat dipertimbangkan bila tidak ada kontraindikasi, dengan persiapan menghadapi komplikasi seperti distosia bahu dan perdarahan postpartum. Seksio sesarea elektif direkomendasikan bila perkiraan berat janin >4.500 g pada ibu diabetes atau >5.000 g pada ibu non-diabetes.[1,12]
