Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Diagnosis Hepatitis B general_alomedika 2025-04-11T13:37:04+07:00 2025-04-11T13:37:04+07:00
Hepatitis B
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Hepatitis B

Oleh :
Bianda Pramudita MSc
Share To Social Media:

Diagnosis hepatitis B perlu dicurigai pada pasien yang mengeluhkan gejala hepatitis viral seperti ikterus, urine berwarna gelap, mual, dan nyeri abdomen. Diagnosis hepatitis B kemudian harus dikonfirmasi dengan pemeriksaan serologi, yaitu hepatitis B surface antigen (HBsAg), hepatitis B surface antibody (anti-HBs), dan total hepatitis B core antibody (anti-HBc).[1,4]

Anamnesis

Gejala hepatitis B akut umumnya muncul dalam 60-150 hari setelah paparan virus hepatitis B (HBV). Gejala biasanya berlangsung selama beberapa minggu saja, namun pada beberapa kasus menetap hingga berbulan-bulan. Hepatitis B akut memiliki derajat manifestasi yang bervariasi, mulai dari asimtomatik, bergejala ringan, hingga hepatitis fulminan. Manifestasi klinis umumnya lebih berat pada individu berusia di atas 60 tahun.

Apabila timbul gejala, keluhan yang muncul di awal biasanya berupa sindroma serum sickness-like, yaitu demam, ruam kulit, arthralgia, dan arthritis. Sindroma ini umumnya membaik ketika ikterus muncul. Keluhan umum pada kasus hepatitis viral adalah ikterus, urine berwarna gelap, kelelahan, mual, muntah, dan nyeri perut.[1,4]

Selain menanyakan mengenai keluhan, dokter juga perlu mengidentifikasi faktor risiko pasien. Individu yang lebih rentan mengalami infeksi hepatitis B adalah bayi yang lahir dari orang dengan infeksi HBV, pasangan seks orang dengan infeksi HBV, lelaki yang berhubungan seks dengan lelaki (LSL), dan pengguna narkoba suntik. Selain itu, populasi yang juga rentan terinfeksi HBV adalah pekerja kesehatan dan keselamatan publik yang berisiko terpapar darah atau cairan tubuh yang terkontaminasi (misalnya petugas laboratorium), serta pasien yang menjalani hemodialisis.[1,3,4]

Hepatitis Fulminan

Hepatitis fulminan cukup jarang terjadi dan ditandai dengan gejala hepatitis akut yang memberat dengan cepat. Hepatitis fulminan dapat menyebabkan penurunan kesadaran dan kejang akibat ensefalopati dan edema serebri, serta dapat menyebabkan manifestasi perdarahan akibat koagulopati.[5,13]

Hepatitis B Kronik

Kebanyakan individu dengan infeksi hepatitis B kronik tidak bergejala dan tidak menunjukkan adanya cedera hepar. Pada pasien yang mengalami infeksi kronik, risiko pasien mengalami sirosis dan neoplasma hepar akan meningkat.

Risiko infeksi berkembang menjadi kronik berbanding terbalik dengan usia paparan. Sekitar 90% bayi dan 30% anak <5 tahun yang terpapar hepatitis B mengalami perkembangan menjadi infeksi kronik. Pada dewasa, risiko perkembangan menjadi infeksi kronik adalah 2-6%.[12]

Pasien dengan hepatitis kronik yang sudah mengalami kerusakan hepar berat dapat menunjukkan gejala seperti ikterus, asites, edema tungkai, dan pelebaran pembuluh darah di permukaan kulit perut. Pasien juga bisa mengeluhkan gejala seperti pada infeksi akut, misalnya demam, malaise, anoreksia, dan mual.[5,13]

Pemeriksaan Fisik

Seperti telah disebutkan di atas, infeksi hepatitis B akut bisa tidak menunjukkan tanda dan gejala klinis apapun. Pada pasien yang bergejala, bisa ditemukan ikterus, ruam kulit, nyeri tekan abdomen, dan hepatomegali. Ruam kulit dapat berupa lesi eritematosa, makular, makulopapular, nodular, ataupun petekie.

Pada hepatitis B kronik, kebanyakan pasien juga tidak mengalami tanda klinis apapun. Pada kondisi dimana sudah terjadi sirosis atau karsinoma hepatoseluler, dapat ditemukan adanya asites, hepatomegali, splenomegali, eritema palmar, kontraktur Dupuytren, spider nevi, ginekomastia, caput medusa, dan ensefalopati hepatikum.

Pada pemeriksaan ekstrahepatik, dapat ditemukan poliarteritis nodosa dan kelainan glomerulus seperti nefropati membranosa dan glomerulonefritis membranoproliferatif.[1,15]

Diagnosis Banding

Gejala hepatitis B sangat mirip dengan hepatitis viral lainnya, termasuk hepatitis A dan hepatitis C. Diagnosis banding lain yang perlu dipikirkan adalah hemokromatosis dan penyakit Wilson.

Hepatitis A

Hepatitis A disebabkan oleh infeksi virus hepatitis A (HAV) yang ditransmisikan secara fekal-oral. Hepatitis A dapat terjadi pada anak-anak dan dewasa. Cara membedakan hepatitis A dari jenis hepatitis virus lain adalah melalui pemeriksaan serologi.[12]

Hepatitis C

Hepatitis C disebabkan oleh virus hepatitis C (HCV) yang ditularkan melalui darah. Sama dengan hepatitis B, infeksi HCV umumnya asimptomatik dan baru terdeteksi setelah terjadi kerusakan hepar yang signifikan. Untuk membedakan hepatitis C dari hepatitis viral lain, dapat dilakukan pemeriksaan serologi.[12]

Hemokromatosis

Hemokromatosis atau penyakit kelebihan zat besi mempunyai gejala seperti nyeri perut dan nilai transaminase hepar yang abnormal. Pada pemeriksaan fisik hemokromatosis dapat ditemukan diskolorasi kulit menyeluruh (bronze diabetes) dan gangguan pada toleransi glukosa. Pemeriksaan serologi dapat membedakan dengan hepatitis B.[1]

Penyakit Wilson

Penyakit Wilson adalah penyakit akibat akumulasi berlebih dari unsur logam tembaga. Penyakit ini ditandai dengan adanya gangguan psikiatrik akibat penumpukan tembaga di ganglia basalis, serta tanda patognomonik berupa cincin Kayser-Fleischer. Pemeriksaan penunjang yang menunjukkan penyakit Wilson adalah nilai seruloplasmin serum rendah dan peningkatan tembaga urine.[1]

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang untuk diagnosis hepatitis B adalah pemeriksaan serologi virus hepatitis B. Pemeriksaan penunjang lain yang juga penting untuk menentukan derajat kerusakan hati dan pemantauan karsinoma hepatoseluler adalah parameter laboratorium fungsi hati.[3,13]

Serologi Virus

Diagnosis hepatitis B akut atau kronis memerlukan pengujian serologis. Karena HBsAg dapat positif pada infeksi akut dan kronis, keberadaan antibodi IgM terhadap antigen core hepatitis B (IgM anti-HBc) merupakan penanda diagnostik untuk infeksi akut atau yang baru saja didapat. Antibodi terhadap HBsAg (anti-HBs) diproduksi setelah infeksi teratasi dan juga merupakan penanda antibodi setelah vaksinasi. Adanya hasil HBsAg dan anti-HBc positif, disertai dengan hasil negatif untuk IgM anti-HBc, menunjukkan infeksi kronik. Sementara itu, adanya total anti-HBc yang positif saja dapat menunjukkan infeksi akut, sembuh, kronik, atau hasil positif palsu.[12]

Tabel 1. Interpretasi Hasil Uji Serologi Virus Hepatitis B

Penanda Serologi Interpretasi
HBsAg Total anti-HBc IgM anti-HBc Anti-HBs
- - - - Tidak pernah terinfeksi
+ - - - Infeksi akun dini; transien (≤ 18 hari) setelah vaksinasi
+ + + - Infeksi akut
- + + - Infeksi akut yang menyembuh
- + - + Sembuh dari infeksi dahulu dan imun
+ + - - Infeksi kronik
- + - - Infeksi dahulu; infeksi kronik kadar rendah; transfer pasif ke infant dengan ibu HBsAg positif; positif palsu
- - - + Imun jika konsentrasi > 10 mIU/ml setelah vaksinasi, transfer pasif setelah HBIG

Sumber: dr. Bedry Qintha, Alomedika, 2022.[12]

Tes Fungsi Hati

Tes fungsi hati biasa dilakukan pada pasien hepatitis B yang mencakup SGOT (Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase), SGPT (Serum Glutamic Pyruvic Transaminase), fosfatase alkali (ALP), gamma-glutamyl transpeptidase (GGT), bilirubin serum direk maupun indirek, albumin, dan international normalized ratio (INR). Pemeriksaan fungsi hati serial penting dilakukan untuk menentukan respon terapi dan memantau kerusakan hati.[3,5]

Pemeriksaan Darah Lengkap

Pada pemeriksaan darah lengkap, perlu diperhatikan kadar trombosit untuk mengevaluasi adanya koagulopati akibat hepatitis B. Jika terjadi koagulopati, maka kadar trombosit akan ditemukan menurun.[3]

Pemeriksaan HBV DNA

Pemeriksaan HBV DNA direkomendasikan pada kondisi di mana infeksi HBV tersembunyi dicurigai, misal jika hasil serologi hepatitis menunjukkan anti-HBc positif sedangkan anti-HBs dan HBsAg negatif.

Kuantifikasi HBV DNA serum dilakukan untuk mengevaluasi pasien hepatitis B kronik, yaitu tingkat replikasi dari virus. Hasil positif mengindikasikan kemungkinan hepatitis aktif atau infeksius, karena virus sedang aktif bereplikasi.[3,5]

Genotipe HBV

Pemeriksaan genotipe HBV berperan penting untuk menentukan progresi penyakit HBV dan respons terhadap terapi interferon. Sejauh ini, terdapat 10 genotipe HBV yang diberi inisial A hingga J. Sebagai contoh, genotipe A cenderung lebih mudah serokonversi melalui terapi interferon dibandingkan genotipe B, C, dan D. Selain itu, insidensi kanker hati lebih tinggi pada pasien HBV dengan genotipe C atau F dibandingkan dengan genotipe lainnya.[5]

Biopsi Hepar

Biopsi hepar dilakukan untuk mengetahui tingkat keparahan kerusakan hepar, terutama pada penderita hepatitis B kronik. Hal yang perlu diperhatikan adalah tingkat fibrosis dan inflamasi jaringan hepar. Jika biopsi pada spesimen menunjukkan inflamasi sedang hingga berat (A2 atau A3), direkomendasikan untuk memulai terapi.[3,5]

Pemeriksaan Non Invasif Alternatif

Elastografi merupakan metode pemeriksaan non invasif yang bermanfaat untuk memandu surveilans dan keputusan terapi. Elastografi dapat dilakukan untuk memeriksa fibrosis. Alternatif lainnya adalah FIB-4 atau Fibrotest. Jika hasil pemeriksaan non invasif ini menunjukkan fibrosis yang signifikan (derajat F2 atau lebih), direkomendasikan untuk memulai terapi.[5]

 

 

Penulisan pertama oleh: dr. Sunita

Referensi

1. Tripathi N, Mousa OY. Hepatitis B. StatPearls, Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022.
3. Pyrsopoulos NT. Hepatitis B. Medscape, 2021.
4. CDC. Hepatitis B Questions and Answers for Health Professionals. 2022. https://www.cdc.gov/hepatitis/hbv/hbvfaq.htm
5. Terrault N, Lok A, McMahon B, Chang K, Hwang J, Jonas M, et al. Update on Prevention, Diagnosis, and Treatment and of Chronic Hepatitis B: AASLD 2018 Hepatitis B Guidance. Hepatology 2018;67:1560–99. https://doi.org/10.1002/hep.29800.
12. CDC. Sexually transmitted infections treatment guideline. 2021. https://www.cdc.gov/std/treatment-guidelines/STI-Guidelines-2021.pdf
13. Yim HJ, Kim JH, Park JY, Yoon EL, Park H, Kwon JH, Sinn DH, Lee SH, Lee JH, Lee HW. Comparison of clinical practice guidelines for the management of chronic hepatitis B: When to start, when to change, and when to stop. Clin Mol Hepatol. 2020 Oct;26(4):411-429. doi: 10.3350/cmh.2020.0049.

Epidemiologi Hepatitis B
Penatalaksanaan Hepatitis B

Artikel Terkait

  • Waktu Inisiasi Farmakoterapi Hepatitis B Kronis
    Waktu Inisiasi Farmakoterapi Hepatitis B Kronis
  • Memahami Hasil Serologi Hepatitis B
    Memahami Hasil Serologi Hepatitis B
  • Mencegah dan Mengatasi Needle Stick Injury
    Mencegah dan Mengatasi Needle Stick Injury
  • Penanganan Painless Jaundice pada Pasien Dewasa
    Penanganan Painless Jaundice pada Pasien Dewasa
  • Menyusui pada Ibu dengan Hepatitis B dan C
    Menyusui pada Ibu dengan Hepatitis B dan C

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 24 April 2025, 06:44
Apakah pasien hepatitis B harus diterapi seumur hidup?
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo dokter. Ijin bertanya. Apakah terapi pd pasien hepatitis b harus diberikan seumur hidup?Jika tidak, kapan kita bisa stop untuk terapi hepatitis b...
Anonymous
Dibalas 06 Maret 2025, 17:10
Tatalaksana mual pada Pasien post HD dengan HbSAg positif
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dokter..Izin bertanya, saya ada pasien perempuan usia 65th, datang dengan keluhan sesak nafas, perut rasa begah, mual dan demam. Pasien post HD 1 hari...
Anonymous
Dibalas 13 Juni 2024, 08:56
Terapi Hepatitis B apakah harus seumur hidup?
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Izin diskusi dokter. Untuk terapi hepatitis biasanya berlangsung berapa lama? Apakah penderita harus minum obat seumur hidup? Kemudian kapan kita bisa cek...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.