Pendahuluan Biopsi Hepar
Biopsi hepar merupakan prosedur pengambilan sedikit jaringan hepar dalam rangka menentukan diagnosis, prognosis dan terapi untuk berbagai penyakit hepar. Beberapa penyakit yang bermanfaat untuk dilakukan biopsi hepar adalah penyakit Hepatitis B dan C, hepatitis autoimun (overlap syndrome), primary sclerosing cholangitis, primary biliary cirrhosis, nonalcoholic fatty liver, hemokromatosis, penyakit Wilson, gagal hati akut, pasca transplantasi, dan tumor.[1] Prosedur ini dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan seperti perkutan, transvena, laparoskopi ataupun plugged biopsy.[1–3]
Meski perkembangan teknik non invasif dalam penegakan diagnosis penyakit hepar sudah semakin maju, metode biopsi hepar masih menjadi pilihan utama. Metode ini relatif sederhana, cepat, relatif murah dan cukup aman, dengan komplikasi cukup jarang. Seringkali pada pemeriksaan histologi ditemukan kondisi hepar cukup parah, meski pada hasil tes fungsi hati tidak ditemukan kenaikan yang signifikan. Selain itu, metode noninvasif lain seperti fibroscan dan elastografi, kurang dapat membedakan kelainan hepar pada tahap awal. Prosedur biopsi hepar dapat dilakukan pada pelayanan rawat jalan. Prosedur ini aman dilakukan pada pasien anak maupun dewasa.[1,3–6]
Beberapa jenis biopsi hepar, yaitu:
- Biopsi hepar perkutan: pada teknik perkutan, jarum dimasukkan ke dalam rongga perut melalui kulit perut bagian atas (transtorakal atau subcostalis). Teknik ini merupakan teknik yang paling umum digunakan dan sudah dilakukan selama bertahun-tahun. Dalam melakukan prosedur ini, dapat digunakan alat pencitraan seperti ultrasonografi (USG) atau CT-Scan sebagai pemandu[2,4,7,8]
- Biopsi hepar transvena (transjugularis atau transfemoralis): Pada teknik ini, jarum dimasukkan ke dalam vena jugularis atau vena femoralis. Lalu menuju hepar mengikuti rute pembuluh vena. Teknik ini dilakukan jika pasien memiliki kondisi medis yang menyulitkan prosedur utama, yaitu perkutan. Misal pada pasien dengan gangguan pembekuan darah atau asites.[2] Teknik transvena lebih rendah resikonya dibanding perkutan karena tidak ada prosedur melukai kapsula Glisson, selain itu meskipun terjadi perdarahan, maka darah akan tetap berada di pembuluh darah, dan tidak masuk ke rongga peritoneum. Terlebih, melalui teknik ini, pengukuran tekanan pembuluh darah hepatika juga dapat dilakukan, bila diperlukan. Pada anak-anak, biopsi transvena bukan merupakan pilihan utama, dikarenakan kesulitan teknis[2,3,9]
- Biopsi hepar laparoskopi: Teknik laparoskopi biasanya oportunistik, yaitu ketika durante operasi, ditemukan kelainan makroskopis pada organ hepar. Melalui teknik ini, lebih banyak hasil yang diperoleh, yaitu dapat melihat tampilan makroskopis hepar, memungkinkan pengambilan jumlah spesimen yang lebih banyak dan representatif, serta kemudahan dalam mengawasi organ disekitarnya untuk mengantisipasi adanya perdarahan atau kebocoran[1,2]
Plugged biopsy: Modifikasi dari teknik perkutan, di mana pada rute masuknya jarum biopsi, disumbat menggunakan kolagen atau trombin. Teknik ini dipertimbangkan bila teknik transvena tidak dapat dilakukan, misal pada pasien anak-anak[2,3,8]
Biopsi hepar diindikasikan untuk:
- Menegakkan diagnosis pada hasil tes fungsi hati abnormal atau penyakit kuning yang tidak diketahui sebabnya (unknown jaundice)
- Mengetahui prognosis dari penyakit hepar
- Mengetahui penanganan terbaik pada suatu penyakit hepar
- Mengetahui efek pengobatan yang dilakukan misal pada transplantasi hepar[2,6]