Epidemiologi Hepatitis B
Hepatitis B merupakan masalah epidemiologi global dengan Indonesia masuk dalam kategori sedang-tinggi.
Global
Infeksi Hepatitis B masih menjadi masalah kesehatan global yang menjangkiti hampir 2 miliar individu dan menyebabkan 350 juta kasus infeksi kronik[6]. Beban epidemiologi akibat infeksi Hepatitis B dibagi menurut prevalensi individu dengan HBsAg positif yang ditemukan dalam suatu populasi: prevalensi tinggi (>8% populasi memiliki antigen HBsAg), sedang (2%-7%), dan rendah (<2%). Wilayah yang memiliki prevalensi rendah (0,1%-2%) antara lain Amerika Serikat, Kanada, Eropa Barat, dan Australia; sedangkan wilayah yang memiliki prevalensi tinggi banyak ditemukan di Asia Tenggara, Tiongkok, Timur Tengah, Haiti, dan Afrika)[7].
Walaupun prevalensi infeksi Hepatitis B global mengalami penurunan (4,2% di tahun 1990 menjadi 3,7% tahun 2005), studi Global Burden of Disease tahun 2010 menunjukkan peningkatan angka kematian yang berhubungan dengan hepatitis B menjadi 786.000 jiwa[7]. Kanker sel hati dan sirosis hati merupakan penyebab kematian terbesar dalam kaitannya dengan hepatitis B (terjadi pada 43% dan 40% dari total kematian) sedangkan kematian terkait hepatitis B akut mencakup 17% dari penyebab kematian pada infeksi Hepatitis B[7].
Indonesia
Dari klasifikasi tingkat prevalensi, Indonesia masuk dalam kategori sedang-tinggi untuk prevalensi Hepatitis B, di mana prevalensi Hepatitis B tertinggi mencapai 12,8% di Papua dan terendah mencapai 4% di Jakarta[8]. Infeksi kronik Hepatitis B merupakan salah satu penyebab tersering karsinoma hepatoseluler (KHS) dengan prevalensi 38-52%[8,9]. Walaupun infeksi Hepatitis B merupakan penyebab utama komplikasi penyakit hati kronik di Indonesia, hampir 25% pasien sirosis dan 30% pasien karsinoma hepatoseluler di Indonesia tidak menunjukkan adanya bukti infeksi Hepatitis B maupun Hepatitis C (infeksi Hepatitis B/C tersembunyi)[9].