Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • SKP Online
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit
  • Obat
  • Tindakan Medis
Pasien Anak - Panduan e-Prescription Konstipasi general_alomedika 2022-04-07T10:24:55+07:00 2022-04-07T10:24:55+07:00
Konstipasi
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan
  • Pasien Dewasa - Panduan e-Prescription
  • Pasien Anak - Panduan e-Prescription

Pasien Anak - Panduan e-Prescription Konstipasi

Oleh :
dr. Nindy Adhilah
Share To Social Media:

Panduan e-Prescription untuk gangguan konstipasi pada anak ini dapat digunakan oleh Dokter Umum saat hendak memberikan terapi medikamentosa secara online.

Konstipasi (sembelit) merupakan gangguan pencernaan yang ditandai dengan kesulitan buang air besar (BAB). Konstipasi dapat diartikan sebagai frekuensi BAB yang jarang dan/atau konsistensi feses yang keras. Berdasarkan penyebabnya, konstipasi dibedakan menjadi konstipasi organik dan konstipasi fungsional. Kasus konstipasi pada anak 95% merupakan konstipasi fungsional, yang berarti tidak terdapat kelainan organ. [1-3]

Tanda dan Gejala

Rome IV membagi kriteria diagnosis konstipasi fungsional berdasarkan usia anak. Anak didiagnosis mengalami konstipasi jika mengalami minimal 2 gejala di bawah ini selama sekurang-kurangnya dalam 1 bulan. [3]

Usia <4 Tahun

  • Frekuensi BAB ≤2 kali/minggu
  • Postur tubuh menahan BAB atau memiliki riwayat kebiasaan menahan BAB
  • Riwayat feses keras atau nyeri saat BAB
  • Terdapat massa feses yang besar di rektum [3]

Pada anak usia <4 tahun yang sudah menjalani toilet training, selain kriteria di atas, terdapat kriteria tambahan sebagai berikut:

  • Mengalami inkontinensia fekal minimal 1 kali dalam seminggu
  • Feses berdiameter besar yang dapat menyumbat toilet [3]

Usia ≥4 Tahun

  • Frekuensi BAB ≤2 kali/minggu
  • Postur tubuh menahan BAB atau memiliki riwayat kebiasaan menahan BAB
  • Riwayat feses keras atau nyeri saat BAB
  • Terdapat massa feses yang besar di rektum [3]
  • Mengalami inkontinensia fekal minimal 1 kali dalam seminggu
  • Feses berdiameter besar yang dapat menyumbat toilet [3]]

Peringatan

Segera rujuk ke fasilitas kesehatan jika terdapat tanda bahaya konstipasi, atau dicurigai adanya konstipasi organik dengan salah satu gejala di bawah ini:

  • Pengeluaran mekonium >48 jam setelah lahir
  • Gejala konstipasi muncul pada anak usia <1 bulan
  • Riwayat keluarga dengan penyakit Hirschsprung

  • Feses yang berbentuk seperti pita
  • Darah pada feses tanpa adanya fissura ani
  • Gagal tumbuh
  • Muntah bilious, yaitu muntah berwarna kehijauan
  • Distensi abdomen yang parah
  • Riwayat kelenjar tiroid yang abnormal
  • Posisi anus abnormal
  • Kelemahan anggota gerak bawah
  • Gejala spina bifida, seperti terdapat seikat rambut di kulit punggung bayi
  • Sacral dimple
  • Gluteal cleft deviation [4]

Peringatan Pemberian Medikamentosa

Pemberian obat-obatan untuk konstipasi pada anak harus memperhatikan beberapa hal berikut:

  • Konstipasi pada anak jangan langsung diberikan medikamentosa, sebaiknya dicoba terlebih dahulu tata laksana suportif nonfarmakologi seperti modifikasi perilaku dan pola makan.[12]
  • Pemberian laktulosa dikontraindikasikan pada anak dengan galaktosemia, obstruksi saluran cerna, acute inflammatory bowel disease, dan perforasi saluran cerna. [5]
  • Pemberian bisakodil dikontraindikasikan pada anak usia <1 tahun, dehidrasi berat, ileus, akut abdomen, obstruksi saluran cerna, fissura ani, proktitis, dan hemoroid dengan luka. [6,7]

Tata Laksana Suportif

Penatalaksanaan konstipasi pada anak harus diawali dengan upaya suportif, yang terdiri dari modifikasi perilaku dan modifikasi pola makan anak.[12]

Modifikasi Perilaku Anak

  • Posisi saat BAB: pasang bangku sebagai penyangga kaki di depan toilet untuk memastikan lutut anak menjadi lebih tinggi dari pinggul, kemudian condongkan tubuh anak ke depan dan letakkan siku di atas lutut, jika perlu gunakan toilet ring

  • Rutin ke toilet: biasakan anak duduk di toilet seats hingga 5 menit, 3 kali sehari, sebaiknya setelah makan, ajarkan anak untuk membusungkan perutnya, puji jika anak melakukannya (reward), dan  pastikan duduk di toilet menjadi pengalaman yang positif
  • Catat perilaku saat di toilet dan frekuensi BAB anak, pengatur waktu di kamar mandi dapat membantu
  • Ajak anak untuk berolahraga lebih sering
  • Tunda upaya pelatihan toilet sampai anak BAB tanpa rasa sakit [12]

Modifikasi Pola Makan

  • Meningkatkan serat makanan bukanlah pengobatan yang memadai untuk konstipasi pada anak
  • Asupan susu sapi yang berlebihan dapat memperburuk konstipasi pada beberapa anak
  • Anak dengan konstipasi fungsional sering memberikan respon positif saat diberikan karbohidrat aktif osmotik yang tidak mudah dicerna, yaitu jus yang mengandung sorbitol seperti jeruk, apel, pir, dan kiwi
  • Tidak perlu menambah asupan cairan melebihi kebutuhan cairan anak dalam sehari (anak usia 7‒12 bulan sekitar 800 ml; anak usia 1‒3 tahun sekitar 1,3 liter; anak usia 4‒8 tahun sekitar 1,7 liter; dan anak >9 tahun 2,1‒2,4 liter) [12]

Terapi Medikamentosa

Tata laksana konstipasi pada anak dibedakan menjadi terapi awal yaitu evakuasi feses, dan terapi pemeliharaan.

Terapi Evakuasi Feses

Terapi evakuasi feses dilakukan jika terdapat impaksi feses pada rektum. Pilihan obat yang dapat digunakan adalah Polyethylene glycol (PEG) atau agen enema.

PEG 3350 atau PEG 4000:

  • Di Indonesia, tidak tersedia sediaan sachet PEG oral dengan dosis anak sehingga sebaiknya tidak digunakan untuk anak dengan usia <8 tahun
  • Sediaan yang ada di Indonesia adalah oral Niflec® yang merupakan kombinasi PEG dengan elektrolit, di mana di dalam 1 sachet mengandung 118 gram PEG 4000
  • Usia ≥ 8 tahun: dosis 1−1,5 gram/kgBB/hari, diberikan dengan cara melarutkan ¼ sachet ke dalam 500 mL air, diberikan 1 kali/hari pada pagi hari, durasi 3‒6 hari [7-10]

Agen Enema:

Penggunaan enema adalah pemberian zat kimia aktif melalui rektal yang dapat mempengaruhi motilitas usus dan/atau memiliki efek osmotik. Pilihan enema yang dapat digunakan adalah:

Microlax® suppositoria dengan dosis:

  • Usia <3 bulan: ½ tube per rektal, 1 kali sehari
  • Usia ≥3 bulan: 1 tube per rektal, 1 kali sehari [1,11]

Atau Bisacodyl suppositoria dengan dosis:

  • Usia 2‒10 tahun: 5 mg per rektal, 1 kali sehari di pagi hari
  • Usia ≥10 tahun: 10 mg per rektal, 1 kali sehari di pagi hari [1,6,8]

Terapi Pemeliharaan

Terapi pemeliharaan bertujuan untuk mencegah rekurensi konstipasi pada anak, sebaiknya diberikan dalam jangka waktu minimal 2 bulan. Dosis obat dapat diturunkan bertahap jika keluhan konstipasi telah mereda setidaknya selama 1 bulan. Terdapat pilihan lini pertama dan lini kedua. [7,8]

Lini Pertama:

PEG 3350 atau PEG 4000 dengan dosis 0,4−0,8 gram/kgBB/hari, 1-2 kali sehari. Namun, sediaan PEG oral dosis anak di Indonesia tidak tersedia sehingga sulit untuk melakukan penyesuaian dosis terapi pemeliharaan dengan berat badan anak.

Lini Kedua:

Jika PEG tidak tersedia maka dapat diberikan laktulosa atau bisacodyl.

Laktulosa diberikan 1−2 gram/kgBB/hari pada pagi hari, maksimal selama 2 bulan. Atau diberikan dengan dosis sebagai berikut:

  • Usia <1 tahun: 5 mL (3.335 g/5 ml), 1 kali di malam hari
  • Usia 1‒6 tahun: 5‒10 mL (3.335 g/5 ml), 1 kali di malam hari
  • Usia 7‒14 tahun: 15 mL (10 g/15 ml), 1 kali di malam hari [5]

Bisacodyl diberikan dengan dosis:

  • Usia 3−10 tahun: dosis 5 mg (1 tablet), 1 kali di malam hari
  • Usia >10 tahun: dosis 5−10 mg (1‒2 tablet), 1 kali di malam hari [6]

 

Ditulis oleh: dr. Nindy Adhilah

Referensi

1. Purnamasari L. Tanda Bahaya, Evaluasi, dan Tatalaksana Sembelit pada Anak. CDK. 2018; 45(12): 902-907
2. Endyarni B, Syarif BH. Konstipasi Fungsional. Sari Pediatri. 2004; 6(2): 75-80
3. Levy EI, Lemmens R, Vandenplas Y, Devreker T. Functional Constipation in Children: Challenges and Solutions. Pediatric Health, Medicine and Therapeutics. 2017; 8: 18-27
4. Hyams JS, Lorenzo CD, Saps M, Shulman RJ, Staiano A, Tilburg MV. Childhood Functional Gastrointestinal Disorders: Child/Adolescent. Gastroenterology. 2006; 130(5): 1527-1537
5. MIMS Indonesia. Lactulose. Available from: https://www.mims.com/indonesia/drug/info/lactulose
6. MIMS Indonesia. Bisacodyl. Available from: https://www.mims.com/indonesia/drug/info/bisacodyl
7. Poddar U. Approach to Constipation in Children. Indian Pediatrics. 2016; 53: 319-327
8. Koppen IJN, Lammers LA, Benninga MA, Tabbers MM. Management of Functional Constipation in Children: Therapy in Practice. Pediatr Drugs. 2015; 17: 349-360.
9. MIMS Indonesia. Niflec. Available from: https://www.mims.com/indonesia/drug/info/niflec
10. Lyseng-Williamson KA. Macrogol (polyethylene glycol) 4000 Without Electrolytes in the Symptomatic Treatment of Chronic Constipation: A Profile of Its Use. Drugs & Therapy Perspectives. 2018; 34:300-310
11. MIMS Indonesia. Microlax. Available from: https://www.mims.com/indonesia/drug/info/microlax
12. Constipation. The Royal Children’s Hospital Melbourne. March 2020. https://www.rch.org.au/clinicalguide/guideline_index/Constipation/

Pasien Dewasa - Panduan e-Prescr...

Artikel Terkait

  • Manajemen Konstipasi Kronis pada Lansia
    Manajemen Konstipasi Kronis pada Lansia
  • Red Flag Konstipasi pada Pasien Dewasa
    Red Flag Konstipasi pada Pasien Dewasa
Diskusi Terkait
dr. Muhammad Ramadhan Alkausar
07 April 2022
Penanganan pasien konstipasi - Penyakit Dalam Ask the Expert
Oleh: dr. Muhammad Ramadhan Alkausar
1 Balasan
Alo dokter desy Sp.PD, izin bertanya bagaimana penanganan pasien dengan konstipasi. Apakah definisi konstipasi masih sama yaitu <3 kali/minggu, atau...
Anonymous
19 Januari 2022
Pola BAB bayi yang masih diberikan ASI eksklusif - Anak Ask the Expert
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dr. Joko, M.Sc., Sp.AMohon bertanya, Dok. Saya sering menemui orang tua yang menanyakan apakah bayinya (usia <6 bulan) mengalami konstipasi karena tidak...
dr.Sonia Elvira Salim
19 Januari 2022
Pasien nak usia 2 tahun dengan keluhan demam selama 2 hari dan belum bisa BAB - Anak Ask the Expert
Oleh: dr.Sonia Elvira Salim
1 Balasan
Selamat siang dr. Joko Kurniawan, M.Sc, Sp.A. ijin bertanya dokter, pada px anak usia 2 thn datang dengan keluhan demam selama 2 hari dan belum bisa BAB,...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.