Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • SKP Online
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit
  • Obat
  • Tindakan Medis
Penatalaksanaan Konstipasi general_alomedika 2022-04-07T10:25:03+07:00 2022-04-07T10:25:03+07:00
Konstipasi
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan
  • Pasien Dewasa - Panduan e-Prescription
  • Pasien Anak - Panduan e-Prescription

Penatalaksanaan Konstipasi

Oleh :
dr. Junita br Tarigan
Share To Social Media:

Penatalaksanaan konstipasi adalah dengan terapi komprehensif untuk mengembalikan fungsi defekasi yang fisiologis dan mempertimbangkan penyebab dari konstipasi. Pada pasien konstipasi kronik yang tidak menunjukkan tanda bahaya, usia<40 tahun, tidak ditemukan kelainan pada pemeriksaan colok dubur, dan diduga tidak ada konstipasi sekunder, terapi empirik dapat dilakukan dengan rawat jalan yaitu terapi farmakologis dan nonfarmakologis.

Terapi Non Farmakologi

Terapi non farmakologi untuk konstipasi adalah modifikasi gaya hidup. Hal ini penting untuk ditanamkan agar mencegah keluhan berulang.

Konsumsi Serat

Pasien diminta untuk meningkatkan konsumsi makanan berserat hingga 25 gram serat/hari dan minum air yang cukup ( sekitar 1,5-2,0 L/hari). Serat bisa didapatkan dari sayur-sayuran dan buah-buahan.

Pada CIC (Chronic Idiopathic Constipation) serat yang disarankan adalah serat  yang larut dibandingkan serat tidak larut. Contoh makanan yang tinggi serat larut adalah kubis, kedelai, alpukat, ubi jalar, brokoli, dan pir.

Konsumsi Probiotik

Pasien disarankan mengkonsumsi probiotik. Sudah banyak bukti ilmiah mengenai probiotik yang menyatakan bahwa penggunaan probiotik bermanfaat dalam mengurangi konstipasi, diare, dan mencegah irritable bowel syndrome.

Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik yang regular, tiga kali seminggu, selama 60 menit, dengan target 40-60%  dari target heart rate (THR) ditemukan dapat mengurangi gejala konstipasi.

Kebiasaan Defekasi

Pasien diedukasi agar tidak menahan buang air besar, menghindari mengejan, membiasakan buang air besar setelah makan (melatih reflek post-prandial bowel movement) atau saat waktu yang dianggap sesuai, dan menghindari obat-obatan yang dapat menyebabkan konstipasi. [13]

Terapi Farmakologis

Tatalaksana farmakologis untuk konstipasi di antaranya adalah bulk-forming agent, stool softener, laksatif lubrikan, prokinetik, agen osmotik, dan laksatif stimulan.

Bulk Forming Agent

Golongan ini merupakan golongan laksatif yang bekerja dengan menyerap cairan di intestinal, sehingga konsistensi feses menjadi lebih lunak dan lebih mudah dikeluarkan. Contoh dari golongan ini adalah psyllium dan methylselulosa. Secara teoritis, methylselulosa akan memproduksi lebih sedikit gas dan lebih mudah di toleransi. [2] Sayangnya, obat ini belum tersedia di Indonesia.

Stool Softener

Golongan obat ini lebih mudah digunakan, tetapi efektivitasnya menurun seiring dengan pemakaian. Golongan obat ini lebih direkomendasikan sebagai profilaksis atau pada pasien yang harus menghindari mengejan saat defekasi.

  • Docusate : 240 mg per oral per hari, atau 120-200 mg diberikan sebagai enema.

Laksatif Lubrikan

Laksatif berupa lubrikan berperan dalam tatalaksana konstipasi dengan cara melubrikasi usus dan mencegah absorpsi air di usus. Contoh dari obat ini adalah paraffin oil yang dimasukkan ke dalam anus. Bisa juga diberikan sediaan mineral oil, namun sayangnya belum ada di Indonesia.

Agen Osmotik

Golongan ini direkomendasikan untuk terapi jangka panjang pasien konstipasi dengan waktu transit kolon yang lambat dan keluhan yang berulang walaupun sudah diberikan suplementasi serat.

  • Laktulosa : 10-20 gram diberikan dalam satu dosis atau dibagi menjadi dua dosis per hari.
  • Sorbitol : 30-150 mL sebagai larutan 70% diberikan satu kali secara oral, atau 120 mL sebagai larutan 25-30% diberikan satu kali sebagai enema
  • Polyethylen glycol : 19 gram dilarutkan dalam 100-250 mL air digunakan sekali sehari, selama maksimal 7 hari.

Laksatif Stimulan

Golongan laksatif stimulan adalah yang paling sering digunakan dan mudah didapat. Golongan ini juga termasuk obat-obat prokinetik yang meningkatkan motilitas usus.

  • Tegaserod : 2 x 6 mg digunakan selama 4-6 minggu
  • Bisacodyl : 5-10 mg diberikan saat malam hari, maksimal 20 mg
  • Sennoside : 15-30 mg per oral 1-2 kali/hari

Terapi Farmakologis pada Keadaan Khusus

Pada slow transit constipation, dianjurkan menggunakan terapi kombinasi laksatif stimulan dan prokinetik selain terapi non-farmakologis.

Pasien dengan disfungsi anorektal (disfungsi dasar panggul), selain dengan pengobatan non farmakologis dan laksatif, dapat dianjurkan untuk diberikan terapi biofeedback atau injeksi toksin botulinum tipe A ke dalam otot pubo rektalis.

Pada konstipasi sekunder, selain mengatasi konstipasi, terapi ditujukan terhadap penyakit yang mendasarinya.

Terapi operatif dapat dipertimbangkan pada konstipasi yang tidak respons terhadap berbagai terapi medikamentosa, dengan syarat tanpa kelainan anorektal. [2,14,15]

Referensi

2. D Basson Marc. "Constipation." Medscape (2018).
13. Tantawy Sayed, Kamel Dalia M , Abdelbasset Walid Kamal, Elgohary Hany M. "effects of a proposed physical activity and diet control to manage constipation in middle-aged obese Women." Diabetes, Metabolic Syndrome and Obesity: Targets and Therapy 2017 (2017): 513-19.
14. Lembo Anthoni J, Johanson John F, Parkman Henry P, Rao Satish S, et el. "Long Term Safety and Effectiveness of Lubriprostone, a Chloride Channel (CIC-2) Activator in Patients with Chronic Idiopathic Constipation." Dig Dig Sci (2011): 2639-2645.
15. Institute, Health and Care Excellence National. "Lubriprostone for treating chrinic idiopathic constipation." Nice Guidance (2018): 1-47.

Diagnosis Konstipasi
Prognosis Konstipasi

Artikel Terkait

  • Manajemen Konstipasi Kronis pada Lansia
    Manajemen Konstipasi Kronis pada Lansia
  • Red Flag Konstipasi pada Pasien Dewasa
    Red Flag Konstipasi pada Pasien Dewasa
Diskusi Terkait
Anonymous
26 hari yang lalu
Pasien bayi usia 6 bulan dengan sembelit
Oleh: Anonymous
3 Balasan
Selamat pagi dok, ijin bertanya...Bayi usia 6 bulan baru mulai mpasi, awalnya dikasih pisang stgh matang. Dikatakan tidak bisa bab selama 2 hari....
Anonymous
27 hari yang lalu
Pasien bayi usia 4 bulan dengan Konstipasi
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dok.Izin bertanya. Apa wajar anak usia 4 bulan tdk bab selama 4 hari ?Sebelumnya os rutin bab 1-2 x/ hari.Apakah boleh diberikan obat pencahar tube...
dr. Muhammad Ramadhan Alkausar
07 April 2022
Penanganan pasien konstipasi - Penyakit Dalam Ask the Expert
Oleh: dr. Muhammad Ramadhan Alkausar
1 Balasan
Alo dokter desy Sp.PD, izin bertanya bagaimana penanganan pasien dengan konstipasi. Apakah definisi konstipasi masih sama yaitu <3 kali/minggu, atau...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.