Pendahuluan Kolonoskopi
Kolonoskopi adalah prosedur endoskopi menggunakan selang fleksibel dengan kamera untuk memvisualisasi secara langsung mukosa kolon dan rektum, misalnya untuk evaluasi polip atau kanker kolorektal. Pemeriksaan ini juga digunakan untuk evaluasi perdarahan gastrointestinal bawah dan diagnosis inflammatory bowel disease. Selain diagnostik, kolonoskopi juga memiliki peran terapeutik, seperti untuk polipektomi dan kontrol perdarahan.
Sebelum melakukan kolonoskopi, dokter perlu mengevaluasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko komplikasi pada pasien. Contoh dari faktor tersebut adalah riwayat bedah abdomen dalam waktu dekat, adanya pacemaker atau defibrillator, serta penggunaan benzodiazepine atau narkotika yang bisa mempengaruhi keadaan pasien saat anestesi.[1-3]
Secara klinis, kolonoskopi digunakan dalam evaluasi kondisi medis usus besar, rektum distal hingga sekum, serta bagian distal dari usus halus (ileum terminal). Meski sering dipakai untuk skrining kanker kolorektal, penggunaan rutin kolonoskopi untuk tujuan ini dilaporkan tidak mempengaruhi laju mortalitas.
Kolonoskopi dilakukan dengan menggunakan kolonoskop yang dilengkapi kamera resolusi tinggi pada bagian ujung, serta sebuah kanal aksesori yang dapat dimasukan alat maupun cairan untuk membersihkan lensa kolonoskop maupun mukosa kolon.[1,2]
Pembatasan diet diperlukan setidaknya sejak 1 hari sebelum kolonoskopi. Makanan yang harus dihindari antara lain sayuran tinggi serat, biji-bijian, dan buah berbiji. Konsumsi cairan bening diperbolehkan. 6 jam sebelum prosedur pasien tidak boleh lagi mengonsumsi makanan. 2 jam sebelum prosedur pasien diminta tidak lagi minum.[4,5]
Bowel preparation merupakan komponen penting untuk memastikan kualitas kolonoskopi. Bowel preparation dapat diberikan sebagai dosis tunggal atau terbagi. Umumnya, dosis pertama diberikan sehari sebelum prosedur dan dosis selanjutnya diberikan 3-8 jam sebelum tindakan kolonoskopi. Cairan yang dapat digunakan adalah cairan salin hipertonik volume besar ataupun larutan yang mengandung polyethylene glycol (PEG).[1-3]
Potensi komplikasi yang perlu diwaspadai pada tindakan kolonoskopi adalah perforasi kolon dan perdarahan. Meskipun kejadiannya jarang, perforasi kolon memiliki laju mortalitas yang tinggi. Risiko komplikasi dilaporkan meningkat pada pasien lanjut usia dan pasien dengan inflammatory bowel disease. Selain itu, kolonoskopi juga bisa memicu terjadinya divertikulitis akut.[6]
Direvisi oleh: dr. Bedry Qintha