Panduan E – Prescription Alomedika Tinea Corporis
Panduan e-prescription pada tinea corporis ini dapat digunakan oleh Dokter Umum saat hendak memberikan terapi medikamentosa secara online.
Tinea corporis adalah infeksi jamur superfisial pada badan atau kulit, selain yang melibatkan kulit kepala (tinea kapitis), jenggot (tinea barbae), wajah (tinea faciei), selangkangan (tinea cruris), tangan dan kaki (tinea manus dan tinea pedis), serta kuku (tinea unguium).[1,2]
Tanda dan Gejala
Pasien dengan tinea corporis biasanya mengeluhkan bercak merah yang gatal pada leher, punggung, dan perut.[1,3-5]
Pada pemeriksaan fisik, dapat ditemukan lesi tunggal atau multipel, bersisik, dan berbatas tegas. Lesi berkembang secara sentrifugal dengan central healing pada inti dan bagian tepi lesi lebih aktif.[1,3-5]
Peringatan
Pemberian griseofulvin, ketoconazole, itraconazole dan terbinafine dikontraindikasikan pada pasien yang memiliki hipersensitivitas pada obat tersebut, dan bersifat hepatotoksik sehingga tidak boleh diberikan pada pasien yang memiliki gangguan hati. Alternatif yang dapat digunakan adalah antifungal topikal seperti olyenes, azoles (imidazoles) atau allylamines. [6-12]
Griseofulvin dapat menurunkan efikasi kontrasepsi oral, sehingga kontrasepsi tambahan, yaitu kondom, perlu diberikan pada pasien yang menggunakan kontrasepsi oral. Kontrasepsi tambahan perlu dilanjutkan sampai 1 bulan setelah terapi griseofulvin dihentikan. Pasien laki-laki yang hendak mengonsumsi griseofulvin sebaiknya tidak sedang menjalani program hamil dalam 6 bulan ke depan. Griseofulvin juga dikontraindikasikan pada pasien porfiria dan cutanea tarda.[6,7]
Ketoconazole tidak boleh diminum bersamaan dengan benzodiazepine karena dapat meningkatkan konsentrasi plasma dan efek sedasi.[8] Ketoconazole tidak boleh diminum bersamaan dengan inhibitor HMG-Coa reduktase karena dapat menyebabkan miopati. Ketoconazole tidak boleh diberikan pada pasien yang mendapat pengobatan antiaritmia, cisapride, pimozide, guanidine, and ranolazine karena dapat menyebabkan pemanjangan interval QT dan torsade de pointes.[8]
Itraconazole tidak boleh diberikan pada pasien gagal jantung karena efek kardiotoksiknya. Itraconazole tidak boleh diminum bersamaan dengan terfenadin, astemizol, cisapride, karena dapat menyebabkan gangguan irama jantung.
Itraconazole juga dapat menyebabkan efek sedatif yang lebih panjang saat diminum bersamaan dengan midazolam atau triazolam. Itraconazole juga dapat meningkatkan efek obat antidiabetik sehingga menyebabkan hipoglikemia berat. [9]
Rujukan perlu dilakukan apabila:
- Tidak sembuh dalam 10–14 hari
- Terdapat imunodefisiensi
- Terdapat penyakit penyerta yang memerlukan multifarmaka[4-5]
Medikamentosa
Terapi tinea corporis berbeda pada dewasa dan anak. Pada dewasa, pilihan medikamentosa dapat berupa topikal atau oral, tergantung pada luas lesi dan penyakit penyerta. Sedangkan untuk tinea corporis pada anak, pengobatan menggunakan obat topikal.
Dewasa
Terapi lini pertama untuk lesi terbatas adalah:
- Terbinafine 1% krim atau solusio dioles 2 kali sehari hingga 2 minggu, atau
- Butenafine 1% krim dioles 1 kali sehari selama 2 minggu, atau
- Naftifine 1% krim atau gel dioles 2 kali sehari hingga 2 minggu
Terapi lini kedua untuk lesi terbatas adalah:
Clotrimazole 1% (krim, losion) dioles 2 kali sehari hingga 4–6 minggu, atau
Miconazole 1% (cream, losion) dioles 2 kali sehari hingga 4–6 minggu, atau
- Econazole 1% krim, dioles 1 x sehari hingga 4–6 minggu, atau
- Sertaconazole 1% krim, dioles 1 x sehari selama 2 minggu, atau
- Luliconazole 1% krim atau losion, dioles 1 x sehari hingga 2 minggu[13-16]
Terapi oral dipilih sebagai lini pertama pada lesi yang luas, pasien dengan imunosupresi, resistensi terhadap antijamur topikal, dan pasien dengan komorbiditas tinea kapitis atau tinea unguium.
Terapi lini pertama:
- Terbinafine 250 mg sekali sehari selama 2–4 minggu
Terapi lini kedua:
- Fluconazole 200 mg, peroral 1x seminggu selama 2–4 minggu, atau
- Itraconazole 200 mg, peroral, 2 x sehari selama 1–2 minggu, atau
- Griseofulvin 500 mg, peroral, 1x sehari selama 8 minggu[13-16]
Anak
Terapi yang dipilih pada anak adalah obat topikal:
- Terbinafine 1% krim atau solusio dioles 2 x sehari selama 2 minggu
- Butenafine 1% krim dioles 1 x sehari selama 2 minggu
- Clotrimazole 1% krim atau losion dioles 2 x sehari selama 2 minggu
- Miconazole 1% (cream, lotion) dioles 2 x sehari selama 2 minggu[17,18]
Penggunaan pada Kehamilan
Penggunaan antijamur dikontraindikasikan pada kehamilan karena efek toksisitas pada janin, kecuali terbinafine yang memiliki kategori B menurut FDA. Antifungal topikal dapat diberikan juga pada kehamilan.[19-21]
Ditulis oleh: dr. Nailla Fariq