Patofisiologi Tinea Corporis
Penempelan dermatofit pada kulit mengawali patofisiologi tinea corporis. Setelah manusia terkena paparan dari dermatofit, dermatofit harus melewati berbagai pertahan kulit terlebih dahulu, seperti sebum dan koloni bakteri, sebelum hifanya berkembang di jaringan keratin. Proses masuknya jamur ke dalam kulit dibagi menjadi 3 fase, yaitu penempelan, invasi, dan respon tubuh. [1,6]
Fase Penempelan
Diawali dengan spora aseksual jatuh ke kulit dan menghasilkan enzim, seperti protease dan lipase, fase penempelan dimulai. Enzim yang dihasilkan dapat mempererat penempelan dan invasi ke dalam kulit. Setelah berhasil menempel, spora mulai berkembang untuk invasi. [6]
Fase Invasi
Pada fase invasi, adanya trauma dan pengikisan kulit dapat mempermudah masuknya dermatofit ke dalam kulit. Invasi dilakukan dengan sekreasi protease dan lipase oleh jamur. Selain menghancurkan keratin, keratin juga digunakan oleh dermatofit sebagai sumber nutrisi. [6]
Fase Respon
Setelah terjadinya invasi, tubuh manusia sebagai host berespon dengan menghasilkan asam lemak fungistatik, meningkatnya proliferasi epidermis, dan menghasilkan mediator inflamasi. Keratinosit merupakan barrier pertama tubuh pada infeksi dermatofit, dimana keratinosit meningkatkan proliferasi agar mempercepat pengikisan kulit, serta menghasilkan peptida mikrobial dan sitokin. Respon inflamasi yang terjadi menghasilkan lesi yang gatal, merah, dan bengkak. [2,6]