Epidemiologi Tinea Corporis
Epidemiologi tinea corporis lebih tinggi pada area yang panas dan lembap. Trichophyton rubrum dilaporkan menyebabkan 47% kasus tinea corporis. [10]
Global
Tinea corporis dapat mengenai jenis kelamin pria ataupun wanita. Namun, wanita usia reproduktif dilaporkan lebih sering terkena karena lebih sering berkontak dengan anak yang terinfeksi.
Tine corporis juga dapat mengenai semua umur. Tetapi epidemiologinya dilaporkan paling tinggi pada usia preadolesens. [10]
Indonesia
Di Indonesia, data epidemiologi tinea corporis secara nasional masih belum tersedia. Berdasarkan iklim, prevalensi dermatofitosis di Indonesia, sebagai negara tropis, seharusnya memiliki jumlah yang cukup tinggi. Di Yogyakarta, insidensi dermatofitosis sebanyak 2,3% dari seluruh kasus rawat jalan. Sedangkan di Denpasar, insidensi mencapai 39,2%.
Di RS Dr. M Jamil, Padang, tinea corporis merupakan dermatofitosis terbanyak kedua setelah tinea kruris. Suatu penelitian di Medan, menunjukkan bahwa jumlah pasien terbanyak yang menderita dermatofitosis adalah pada usia 40-60 tahun. [11,12]