Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • SKP
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Penatalaksanaan Skrofuloderma general_alomedika 2020-11-02T15:02:05+07:00 2020-11-02T15:02:05+07:00
Skrofuloderma
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Penatalaksanaan Skrofuloderma

Oleh :
dr. Novita
Share To Social Media:

Penatalaksanaan skrofuloderma dilakukan menggunakan obat antituberkulosis (OAT).[4,8]

Medikamentosa

Terapi medikamentosa dari skrofuloderma menggunakan empat regimen dasar dari terapi tuberculosis, yaitu rifampicin (R), isoniazid (H), pyrazinamide (Z), dan ethambutol (E). Karena skrofuloderma masuk ke dalam kategori tuberkulosis ekstra paru, maka jenis pengobatannya masuk ke dalam kategori I, yaitu 2HRZE/4(HR)3, sesuai dengan Program Nasional Penanggulangan Tuberkulosis di Indonesia.

Terapi terbagi menjadi 2 tahap, yaitu tahap intensif selama 2 bulan dan tahap lanjut selama 4 bulan. Pada tahap intensif, regimen yang digunakan adalah rifampicin, isoniazid, ethambutol, dan pyrazinamide. Sedangkan pada tahap lanjutan, hanya menggunakan rimfapicin dan isoniazid saja.

Berikut ini adalah dosis dari masing-masing OAT:

  • Rifampicin: dosis harian 10 mg/kg; dan dosis 3 kali seminggu adalah 10 mg/kg
  • Isoniazid: dosis harian 5 mg/kg; dan dosis 3 kali seminggu adalah 10 mg/kg
  • Pyrazinamide: dosis harian 25 mg/kg; dan dosis 3 kali seminggu adalah 35 mg/kg
  • Ethambutol: dosis harian 15 mg/kg; dan dosis 3 kali seminggu adalah 30 mg/kg

Untuk mempermudah pasien, kini sediaan OAT ada dalam bentuk KDT atau Kombinasi Dosis Tetap. OAT KDT terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam 1 tablet, tersedia dalam 2 sediaan untuk masing-masing tahap dan diberikan sesuai dengan berat badan pasien.[8]

Tabel 1. Dosis Obat Antituberkulosis Kombinasi Dosis Tetap (OAT KDT) Orang Dewasa

Berat Badan (kg)

Tahap Intensif

Setiap hari selama 56 hari

RHZE (150/75/400/275)

Tahap Lanjutan

3 kali seminggu selama 16 minggu

RH (150/150)

30-37 kg 2 tablet 4KDT 2 tablet 2KDT
38-54 kg 3 tablet 4KDT 3 tablet 2KDT
55-70 kg 4 tablet 4KDT 4 tablet 2KDT
≥71 kg 5 tablet 4KDT 5 tablet 2KDT

Anak

Berbeda dengan terapi OAT pada orang dewasa, regimen untuk anak-anak hanya berupa 2RHZ/4RH. OAT diminum setiap hari baik pada tahap intensif maupun tahap lanjutan. Berikut dosis OAT untuk anak-anak:

  • Rifampicin: 10-20mg/kg
  • Isoniazid: 5-15 mg/kg
  • Pyrazinamide: 15-30 mg/kg

Sama halnya dengan orang dewasa, untuk memudahkan pemberian OAT maka tersedia pula bentuk OAT KDT. Berikut ini adalah tabel yang menjelaskan mengenai dosis, jumlah tablet yang perlu diminum, yang disesuaikan dengan berat badan anak.[8]

Tabel 2. Dosis Obat Antituberkulosis Kombinasi Dosis Tetap (OAT KDT) Anak 

Berat Badan (kg)

Tahap Intensif

Setiap hari selama 2 bulan

RHZ (75/50/150)

Tahap Lanjutan

Setiap hari selama 4 bulan

RH (75/50)

5-9 kg 1 tablet 1 tablet
10-14 kg 2 tablet 2 tablet
15-19 kg 3 tablet 3 tablet
20-32 kg 4 tablet 4 tablet

Terapi Suportif

Terapi suportif pada pasien dengan skrofuloderma biasanya berkaitan erat dengan efek samping dari pemberian OAT. Terapi suportif atau terapi tambahan yang diberikan yakni obat-obatan simptomatik untuk meringankan efek samping yang ditimbulkan OAT. Berikut ini adalah contoh efek samping ringan yang bisa diatasi dengan pemberian obat simptomatik:

  • Tidak nafsu makan, mual, sakit perut, warna kemerahan pada urin, disebabkan oleh rifampicin: Biasanya tidak perlu diberikan terapi tambahan, hanya perlu edukasi bahwa kondisi tersebut adalah hal yang wajar dialami selama mengkonsumsi rifampicin, dan sebaiknya OAT diminum saat malam hari sebelum pasien tidur atau 2 jam setelah makan
  • Nyeri sendi, sering disebabkan oleh pyrazinamide: Kondisi ini dapat diatasi dengan pemberian aspirin 325- 625 mg setiap 4 jam sekali jika perlu, atau golongan obat antiinflamasi nonsteroid lain seperti ibuprofen dan diklofenak

  • Kesemutan dan rasa terbakar di kaki, sering disebabkan oleh isoniazid: Kondisi ini dapat diatasi dengan pemberian vitamin B6 1 x 100 mg per hari
  • Pruritus atau eksantema ringan, disebabkan oleh isoniazid dan rifampicin: Kondisi ini dapat diatasi dengan memberikan obat antihistamin seperti cetirizine dan loratadine

  • Hiperurisemia dengan atralgia, disebabkan oleh pyrazinamide: Kondisi ini bisa diatasi dengan menyarankan pasien untuk diet rendah purin, serta dapat diberikan obat seperti allopurinol atau kolkisin sesuai indikasi[4,8]

Referensi

4. Gunawan H, Achdiat PA, Hindritiani R, et al. Various cutaneous tuberculosis with rare clinical manifestations: a case series. Int J Mycobacteriol. 2018; 7(3): 288-91
8. Kemeterian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis. Kemenkes RI, 2009. https://www.persi.or.id/images/regulasi/kepmenkes/kmk3642009.pdf

Diagnosis Skrofuloderma
Prognosis Skrofuloderma

Artikel Terkait

  • Penanganan TB-HIV
    Penanganan TB-HIV
  • Pengobatan Tuberkulosis Fase Intensif
    Pengobatan Tuberkulosis Fase Intensif
  • Menangani Efek Samping Terapi Tuberkulosis
    Menangani Efek Samping Terapi Tuberkulosis
  • Skrining dan Profilaksis TB pada Bayi dengan Ibu TB Aktif
    Skrining dan Profilaksis TB pada Bayi dengan Ibu TB Aktif
  • Penanganan Tuberkulosis Anak di Indonesia
    Penanganan Tuberkulosis Anak di Indonesia

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
dr. Desi Rahmawaty
10 hari yang lalu
Tata laksana untuk pasien gagal pengobatan TB suspek MDR
Oleh: dr. Desi Rahmawaty
2 Balasan
Alo Dokter, izin bertanya.Apa yang sebaiknya dilakukan jika ada pasien TB lini 1 pada bulan kelima sputum BTA masih positif sehingga dinyatakan gagal...
dr. Ranti Phussa
06 Desember 2022
Rujukan konsultasi dan pemeriksaan untuk tuberkulosis Kulit - Kulit Ask the Expert
Oleh: dr. Ranti Phussa
1 Balasan
Selamat siang, dr. Risty Hafinah, Sp.DVIzin bertanya dok, apabila kita menemui adanya pasien remaja dengan riwayat pengobatan TB yang datang ke praktik...
Anonymous
01 Desember 2022
Skrining anak yang kontak dengan pasien TB aktif - Anak Ask the Expert
Oleh: Anonymous
1 Balasan
ALO DokterUntuk anak berusia <5 tahun yang ada kontak erat dengan pasien TB aktif, apakah sebaiknya dilakukan skrining TB? Pemeriksaan apakah yang dianjurkan...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.