Epidemiologi Skrofuloderma
Data epidemiologi skrofuloderma secara khusus masih terbatas. Secara global, terdapat 10,4 juta kasus tuberkulosis di seluruh dunia pada tahun 2016. Dari sekian banyak kasus, hanya 10% merupakan kasus TB ekstra paru, dan hanya ~1% dari 10% kasus TB ekstra paru merupakan kasus tuberkulosis kulit seperti skrofuloderma.[2,5]
Global
Secara global, kasus skrofuloderma termasuk jarang ditemukan. Skrofuloderma adalah salah satu jenis tuberkulosis ekstra paru. Tuberkulosis ekstra paru mencakup kurang-lebih 10% dari seluruh kasus tuberkulosis, dan tuberkulosis pada kulit diperkirakan ~1% dari seluruh kasus tuberkulosis ekstra paru.
Di Brazil, sejak tahun 2012 hingga 2015, didapatkan sebanyak 10.800 kasus tuberkulosis ekstra paru, 227 di antaranya adalah tuberkulosis kutis. Perlu diketahui juga bahwa tuberkulosis kutis terbagi lagi menjadi beberapa jenis, dan skrofuloderma adalah salah satunya.[3,7]
Indonesia
Data spesifik mengenai prevalensi dari skrofuloderma di Indonesia masih sangat sulit ditemukan.
Indonesia menduduki peringkat ke-3 negara dengan pasien tuberkulosis terbanyak di dunia. Diperkirakan jumlah pasien tuberkulosis di Indonesia sekitar 10% dari total seluruh jumlah pasien tuberkulosis di dunia. Menurut Global Tuberculosis Report WHO, sebanyak 319 orang per 100.000 penduduk di Indonesia mengalami infeksi tuberkulosis di tahun 2017. Sementara itu, pada tahun 2018 jumlah kasus tuberkulosis di Indonesia sebanyak 566.623 kasus, terjadi peningkatan dibandingkan tahun 2017 yakni sebesar 446.732 kasus.[8,9]
Mortalitas
Data spesifik mengenai mortalitas pada pasien skrofuloderma masih sangat sulit ditemukan. Penyakit tuberkulosis secara umum masih termasuk dalam 10 penyebab kematian tersering di dunia. Diperkirakan sebanyak 1,3 juta pasien meninggal akibat tuberkulosis di seluruh dunia pada tahun 2018. Di Indonesia sendiri, angka kematian pasien tuberkulosis diperkirakan sebesar 40 per 100.000 penduduk.[9]